Niat baik itu selalu putih. Hanya terkadang interpretasinya saja yang masih abu-abu.
~Riyant***
Pancasila
Pilar Bangsa Indonesia yang kata orang 'belief system'
Dalih pemersatu banyak suku di tanah air
Lalu, mengapa beberapa orang berlomba mengubahnya?Bahkan tak hanya keringat, nyawa ikut dimainkan
Kita sebagai penerus, kemudian mempertanyakannya?
Pancasila ... segala makna hidup terangkum di dalamnya
Mereka yang bersikeras tidak terima, apa ego sudah menghabisi toleransi?Aku melipat kertas menjadi bulatan berantakan, kemudian membuangnya ke tong sampah di samping bangku taman--taman kampus. Aku selalu merasa ada yang kurang dan rancu, puisi buatanku terasa hambar.
Aku tidak suka puisi. Haruskah ngabuburitku kali ini diisi dengan perenungan puisi?
"Mbak, bikinin puisi ya. Temanya 'hari lahir pancasila'. Dikumpulin habis lebaran."
Kalimat semalam yang masih terngiang di kepala, video call singkat keponakanku yang masih duduk di bangku SMP. Tidak tanggung-tanggung, ia mencoba membuat wink yang menggemaskan--sejenis aegyo. Apa-apaan bocah ini?
Aku dan puisi itu tak pernah berteman, yang benar saja aku harus berkutat dengannya. Jika itu quotes, aku masih bisa terima. Seribu persen, ini pasti karena ulah Sw-ku yang sering posting caption quotes. Lalu aku dikira jago puisi.
Aku mengulang menulis, siapa tahu ada kata puitis yang mungkin nyantol di kepala.
"Mbak sedekah, buat makan!" kata seseorang yang mengalihkan konsentrasiku.
Ah! Rupanya anak kecil yang sedang 'meminta-minta'. Aku ingin mengusirnya, tapi sepertinya begitu jahat. Apalagi bulan puasa. Baiklah, bersedekah itu baik, tapi bukankah lebih baik bersedekah di kotak amal masjid?
Hei! Bukannya aku tidak mau memberinya, sepertinya dia bertemu orang yang salah saja. Aku ini anak rantau, demi mencetak sebuah laporan yang tebalnya 150 halaman, aku harus rela mencari buka puasa gratis.
Bocah ini tetap tak mau pergi. Aku pernah baca artikel, mereka yang jadi 'peminta' bahkan lebih kaya dari yang 'dimintai'. Ya walaupun tidak seluruhnya.
Aku membuka tas kecilku aku memberinya uang lima ribuan. Tidak lupa ia mengucapkan terima kasih. Aku meraih tangannya sebelum perempuan kecil itu pergi.
"Memang ibumu di rumah tidak masak?"
"Ibuku sakit, aku ingin membantunya," balasnya yang berlalu pergi begitu aku melepaskan tangannya.
Aku kembali berfokus pada puisiku yang seharian ini jauh dari kata selesai. Aku merasakan pergerakan di sampingku, ternyata seseorang ikut duduk dan aku hanya tersenyum yang kemudian dia balas juga.
Mataku menyelidik serius begitu anak kecil itu kembali menuju bangkuku, meminta uang orang di sampingku. Aku mendadak kesal, bocah kecil itu berhambur pergi setelah berucap terima kasih. Bukan kepergiannya, tapi tujuan lari kecilnya. Menghampiri seorang ibu-ibu yang lumayan gemuk dan rambut digerai bebas. Lalu ia memberikan uang itu seluruhnya. Bisa jadi itu ibunya.
"Jadi itu yang dimaksud membantu ibuku," aku bermonolog dalam hati. Aku membuang kertasku lagi ke tong sampah.
Benar, tindakan manusia tidak semua berbanding lurus dengan niatnya.
***
Supriyanti (56)
KAMU SEDANG MEMBACA
Episode Ramadhan
De TodoEpisode ramadhan, kumpulan pesan yang ingin disampaikan penulis. Tulisan ini merupakan project ksi selama ramadhan. Note : pesan harus disampaikan, bukan disimpan rapat ketat. Happy Reading.