Saking seringnya dibangunin Rio subuh-subuh, kini Ify bisa bangun sendiri tanpa harus melalui campur tangan Rio ataupun Gina. Hal itu tentu saja membuat Gina senang bukan kepalang. Ia bisa mulai untuk maskeran karena ia merasa selama membangunkan Ify yang tertidur, kulit wajahnya terasa lebih cepat berkerut karena menahan kesal dan amarah.
Seperti saat ini, Ify sudah sampai di sekolah saat bel masuk masih lima belas menit lagi berbunyi. Setelah mendudukkan diri di kursi, Ify meletakkan kepalanya di meja. Agni belum datang, sehingga ia bebas untuk menguasai seluruh meja.
Entah sudah berapa lama, Ify tiba-tiba mendengar bel yang berbunyi. Ify mendongakkan kepalanya dan benar saja, bel masuk sudah berbunyi. Ia sedikit mengeryitkan keningnya saat Agni belum juga datang.
Ify berniat bolos tapi guru matematika itu terlanjur datang. Dengan mood yang setengah baik, Ify memutuskan untuk tidur saja. Toh, meteri ini sudah ia pahami.
Entah sudah berapa lama Ify tertidur, hingga ia merasa badannya bergoyang. Melenguh pelan, Ify mengangkat kepalanya Dan mendapati Gabriel sudah duduk di sebelahnya.
"Apaan, sih?" sungut Ify sambil kembali menelungkupkan wajahnya ke meja.
"Kantin, yuk!" Gabriel tak henti menggoyangkan badan Ify. Merengek seperti anak kecil yang minta jajan ke ibunya.
Gadis yang masih setengah ngantuk itu mengangkat kepalanya lagi Dan baru sadar jika penghuni kelas tinggal beberapa saja. Rupanya sudah waktu istirahat. Pantas saja Gabriel terus merengek seperti ini.
"Ngantuk, kamu aja yang ke kantin," tolak Ify karena ia ingin melanjutkan mimpinya yang sempat tertunda.
"Ayolah! Udah istirahat ini."
"Aku ngantuk, Iel."
Ify berniat kembali tidur saat Gabriel nekat menggendongnya.
"GABRIEELLLL, TURUNIN GAK??!" Ify berteriak histeris.
"Tapi temenin ke kantin." Gabriel berhenti di dekat pintu.
"Iya, iya." Ify memilih menurut daripada ia menanggung malu karena tingkah Gabriel yang luar biasa ini.
Setelah diturunkan, Satu tepukan keras melayang ke pundak Gabriel.
"Auhhhh ... sakit, Fy!" pekik Gabriel sambil mengusap pundaknya yang terasa getir. Ify memang perempuan, tapi jangan remehkan tenaganya.
"Makanya jangan sembarangan."
"Iya iya maaf," ucap Gabriel dengan bibir yang maju.
Ify hanya memutar bola matanya malas dan berjalan mendahului Gabriel ke kantin.
Sampai di kantin, Ify kembali menelungkupkan kepalanya ke meja membuat Gabriel menggelengkan kepalanya.
"Untung cantik," desis Gabriel pelan lalu memilih untuk memesan makanan sekalian untuk Ify.
Ify hampir saja kembali ke dunia mimpi andaikan ia tak merasakan tiupan lembut yang menggelitik telinganya.
Dengan wajah malas, Ify mengangkat kepalanya dan hampir terjengkang saat mendapati wajah Rio yang sangat dekat dengan wajahnya.
"Lo ngapain?" bisik Ify pelan karena tak ingin mengundang perhatian para siswa yang sedang menikmati makan siang mereka. Untung saja tempat yang ia pilih pas karena berada di pojok dan jauh dari kerumunan para siswa.
"Aku merasa, waktuku hampir habis." kata Rio pelan namun membuat Ify melotot.
"Tapi gue belum berhasil mendapatkan buktinya, Yo!" sahut Ify dengan cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Time √ (Tersedia Dalam Versi Cetak)
FanfictionMario Pratama, Mahasiswa UI yang meninggal terbunuh di rumahnya sendiri. Mendapat kesempatan kedua untuk menemukan siapa pembunuhnya karena polisi telah menutup kasus ini sebelum kasusnya selesai. Alifya Zahranti, salah satu siswi SMA PERMATA di Jak...