17 - Be Mine

3.9K 411 47
                                    

Vote, WAJIB.
Komen, SUNNAH.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Perang dingin.
Mungkin itulah yang terjadi.

Jika saja tatapan mereka satu sama lain bisa menghasilkan butir-butir salju, mungkin saat ini kantin sekolah sudah kedinginan dan beku.

Banyak murid-murid yang memilih untuk menghindar dan pura-pura tidak tahu. Namun banyak pula diantara mereka yang diam-diam curi dengar. Apa sebenarnya yang terjadi?

Tanpa peduli keadaan, Hinata menyucuk bola-bola dagingnya dengan garpu. Mengangkatnya lalu memakannya dengan tenang. Shikamaru dan Sasuke yang masih saja bertatap-tatapan, ia biarkan tanpa mau melerai. Peduli setan.

Hinata sudah memprediksi keadaan yang seperti ini. Jadi dia tidak kaget. Jika Shikamaru sudah berada di dekatnya, kemanapun Hinata pergi, pemuda itu akan mengikuti. Kecuali jika Hinata melarang dengan satu alasan jelas.

Dan Sasuke-

Uh, wajah Hinata jadi bersemu hanya karena mengingat kejadian waktu mereka diatap sekolah. Harapan yang dulu pernah sirna karena ketidak jelasan perasaan Sasuke, kini muncul lagi kepermukaan menggelitik hati Hinata yang keras.

Grek

Bunyi bangku digeser membuat Hinata mendongak. Ia lihat Naruto tersenyum lebar, pemuda Uzumaki itu duduk setelah meletakkan mangkuk makanannya. Berhadapan tepat dengan Hinata.

"Hai." sapanya ramah.

"Naruto-senpai."

"Sejak kapan mereka begini?" tanyanya santai. Naruto melirik Shikamaru yang masih saja menatap Sasuke tidak suka.

"Sudah dari tadi."

"Aku takut setelah ini mereka akan saling jatuh cinta. Kau tahu kan, cinta itu bisa datang dari tatapan mata."

Hinata tertawa menanggapi lelucon yang sama sekali tidak lucu dari Naruto, "Berdoa saja semoga tidak. Karena itu pasti menjijikkan."

Naruto mengangkat kedua bahunya. Ia mulai memakan bola-bola dagingnya setelah memasukkan semua bumbu yang ia butuhkan.

"Oh ya, kau ada acara siang ini? aku ada sedikit perlu denganmu." Naruto menunjuk Hinata dengan garpunya.

"Aku-"

"Kau sudah ada janji denganku, Hinata. Pulang sekolah kita akan jalan-jalan." Sasuke tidak tahan, ia berhenti menatap Shikamaru dan mengalihkan pandangannya pada Hinata. Di tatapnya gadis itu lekat-lekat, meminta persetujuan atas paksaannya.

"Kita juga sudah ada janji akan belajar bersama, Hinata." Shikamaru tidak mau kalah.

Sementara Hinata yang seperti direbutkan malah masih bersikap santai menghabiskan makanannya. Tanggung tinggal sedikit lagi.

Naruto bisa merasakannya, pemuda Nara berkuncir tinggi yang duduk disebelah Hinata itu mungkin memiliki posisi yang sama dengannya. Orang bayaran yang dipercayakan untuk menjaga anak dari tuan besarnya.

Berdehem pelan, Naruto menatap Shikamaru dengan teliti, "Ngomong-ngomong, kau murid baru ya? Aku tak pernah melihatmu sebelum ini. Aku Naruto."

"Panggil saja aku Shikamaru, senpai."

"Oke. Shikamaru-kun, apa kau punya sesuatu untuk diceritakan, kurasa suasana kantin jadi sangat dingin sejak kedatangan Sasuke."

Hinata tidak ingin ikut campur dalam obrolan sahabatnya. Tatapan dingin Sasuke yang menatapnya tanpa kedip sudah cukup membuatnya risih.

"Aku tidak punya cerita menarik, senpai. Tapi aku punya pengalaman yang menarik dengan detektif handal di kota ini. Apa kau kenal dengan Namikaze-san? Terhitung sudah 12 kasus besar dan kecil yang kami pecahkan berdua. Kudengar dia memiliki seorang anak, tapi selalu di rahasiakan."

ANTAGONIS [SasuHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang