07 - Sebuah Tekad

4K 522 77
                                    

Dun dun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dun dun.
Ini cendol durian khusus buat kamu yang jawabannya bener. 😂😂

***

Napas keduanya memburu saat Sasuke melepaskan tautan bibirnya dengan Hinata. Wajah mereka masih sedekat dua lapisan telapak tangan. Mata keduanya juga masih sama-sama terpejam.

Hinata menggigit tepian bibirnya. Tubuhnya masih melayang dari tanah dan meyangkut pada himpitan tubuh besar Sasuke. Dari jarak yang sangat dekat, Hinata bisa mendengar geraman-geraman halus yang mulai keluar dari belah bibir pemuda di depannya.

Perlahan himpitan pada tubuh Hinata mengendur. Sasuke menurunkannya dengan pelan. Pemuda itu memegangi kepalanya sendiri, matanya masih terpejam.

Hinata diam. Bahkan saat kepala Sasuke menyandar pada bahunya, gadis Hyuuga masih betah mengunci bibirnya. Ia yakin jika saat ini ia bersuara, bukan kalimat simpati yang terdengar melainkan kalimat pedas yang bisa menyudutkan si Uchiha Bungsu.

Tubuh Sasuke merosot hingga bersujud di hadapan Hinata. Dadanya terasa sesak dan membuatnya terbatuk-batuk. Menggunakan lengan bajunya, Sasuke mengelap bibirnya dengan kasar.

Hinata ikut jongkok. Ia memperhatikan dengan seksama setiap detail pahatan wajah tampan milik Sasuke. Kulit wajah yang putih itu kini sudah berubah merah semu kegelapan.

Manik matanya teralih saat mendengar batuk Sasuke semakin parah. Sudut bibir pemuda itu bahkan sudah berdarah. Hinata menahan tangan Sasuke agar berhenti mengusap bibirnya, "Aku tidak rabies. Kau tidak perlu mengelapnya sampai seperti itu. Cih."

Sasuke masih terbatuk. Ia menghempas tangan Hinata lalu mundur, menyebabkan celana panjangnya jadi menyapu debu lebih banyak, "Menyingkirlah." katanya serak.

"Kenapa? Kau malu?" Hinata tertawa mengejek. Ia berdiri dan melangkah lagi mendekati tubuh Sasuke yang semakin melemah, "Aku sudah tahu. Seharusnya kau tidak perlu malu padaku, senpai." ia jongkok lagi.

Sasuke terbatuk sekali. Matanya sudah mulai memburam, Hinata benar-benar sialan. Hanya jongkok tanpa menyentuh saja sudah membuatnya hampir mati seperti ini.

Tersenyum, Hinata mengusap kepala Sasuke pelan, "Jika kau butuh pertolongan, aku akan menolongmu. Jika kau menolak, aku akan pergi."

Terbatuk lagi, napas Sasuke semakin terasa sesak. Pandangannya mulai menggelap dengan bayang-bayangan masa lalu yang berkelebat. Tenaganya sudah tidak ada, tapi ia masih sanggup mengusir tangan Hinata dari kepalanya, "Pergilah."

"Okay." Hinata berdiri. Ia mendengus melihat Sasuke yang kesakitan dan terbatuk-batuk. Tanpa ada rasa belas kasihan sama sekali, Hinata melangkah pergi.

Tapi baru saja ia berpijak pada langkah keenam, Ia bisa langsung merasakan bahwa sudah terjadi sesuatu pada Sasuke.

Hinata berbalik dan benar saja, matanya menangkap sosok kakak kelasnya sudah tumbang dan terguling di tanah.

ANTAGONIS [SasuHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang