Chapter 9

1.6K 145 7
                                    

Happy Reading!

🌝🌝🌝

Author Pov.

Kaila menatap sendu kearah Adzriel. Ia tau, ia sadar bahwa Adzriel begini karena ulah nya. Karena ulah kekanak kanakan nya. Ia tak peduli orang lain mengatakan ini takdir atau semacam nya. Yang ia tau ini semua karena ulahnya. Ia menyesal, Sungguh.

Mata yang selalu menatap dengan sorot cinta itu kini terpejam. Bibir yang selalu mengucap kata cinta itu kini tertutup rapat. Tubuh yang selalu mendekap nya hangat kini terbaring lemah. Dan tangan yang selalu menggenggam lengan nya kini sangat terasa dingin.

Ia harus kuat. Kini kesabaran nya diuji. Kini akan ia tunjukkan pada semua bahwa ia kuat menjalani rintangan yang diberi tuhan. Ia sadar bahwa saat ini ia sedang diberi ujian oleh tuhan. Mengingat sebelum nya ia selalu dilindungi dalam keadaan apapun oleh orang tuanya dan....

Harta.

Kini ia tak bisa dilindungi oleh siapa-siapa. Sebab, ini takdir yang tuhan berikan pada nya, bukan dengan fisik. Tapi batin.

"Kai.. Sarapan yuk," ajak Mama Risa.

Kaila menoleh. "Gamau Ma. Ga nafsu," katanya lirih.

"Kamu harus makan sayang. Kalo kamu ga makan nanti kamu sakit. Kamu mau nyusahin Papah sama Mamah lagi? Hm? Kalo badan kamu kurus kamu yakin El bakalan senang ngeliat kamu kurus dengan pipi tirus? Enggak kan? Yang ada El marah sama kami sayang, karena udah ga bener jagain gadisnya," kata Mama Risa perhatian.

Kaila menatap Risa sendu. Sungguh tatapan itu ngena kehati Risa. Tapi ia harus kuat.

"Mama udah cari donor darah buat El?"tanya nya menghiraukan kalimat Risa tadi.

Risa mengangguk. "Udah. Sebentar lagi kesini kok. Yaudah kamu makan ya sayang," lirih Mama Risa dikalimat terakhir.

Kaila pasrah. Kemudian ia mengambil sarapan itu dan memakan nya dengan nafsu yang tak ada.

Risa yang melihat itu hanya tersenyum getir. Lalu pandangan nya mengarah pada Putra semata wayang nya. Putra kebanggaan nya. Pewaris tahta keluarga Natanael berikutnya. Dan putra kesayangan nya.

Ia lemah melihat keadaan Adzriel sekarang. Kalau bisa, ia bersedia mengantikan posisi Adzriel sekarang. Semua demi anaknya.

Lama memandang putra nya dengan fikiran yang bercampur aduk, tak sadar bahwa suami dan sahabatnya -OrangtuaKaila- tengah berdiri di daun pintu. Semua yang berada disini merasakan hal yang sama. Mereka sedih, tentu.

Tapi mereka tak bisa melakukan apa-apa selain berdoa.

"Sayang," panggil Zhafran.

Risa menoleh. Kemudian ia menghapus air mata yang sempat turun saat melihat Suami dan sahabatnya yang tengah menatap nya sendu.

"Eh Mas."

Zhafran berjalan mendekati Risa, dan mengecup kening wanita itu.

"Jangan lemah. Putra kita ga akan suka kalo kita lemah," senyum Zhafran.

Risa membalas senyuman itu. "Iya mas."

"Oh iya, sebentar lagi darah untuk Adzriel dateng," ujar Nandya.

Mereka mengangguk. Lalu pandangan Nandya mengarah ke anak gadisnya yang tengah melamun menatap kota jakarta dari jendela.

"Sayang, udah makan?"

Kita(?) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang