Chapter 15

1.8K 134 2
                                    

Happy Reading! 💋

🍂🍂🍂

Dua keluarga itu tengah berkumpul di ruang keluarga kediaman Mellvile, setelah tercyduk hal zina yang dilakukan oleh anak anak mereka, sang tuan rumah menggiring para tamu ke ruang keluarga.

Keempat sesama generasi itu Tertawa lepas melihat wajah merah padam mereka, oh bukan mereka. Tetapi, hanya Kaila. Sedangkan Adzriel mati matian Untuk tidak mengumpat.

"Oh ayolah, Peri Kecilku. Kemari," seru Arya merentangkan tangan nya menyambut Kaila kedalam pelukan nya setelah tak tahan melihat wajah merah padam sang anak kesayangan.

Kaila tersenyum kecil, lalu menubrukkan diri kedalam pelukan hangat sang Ayah yang selalu didapat nya. Arya mengelus rambut panjangbKaila yang menjuntai sesekali, mengecup puncak kepala Kaila.

Mereka kembali tertawa lepas, mengingat kembali kejadian beberapa menit lalu. Setelah dirasa berlebihan, Zhafran pamit pulang. Yang diangguki oleh sang tuan rumah.

Mereka kembali ke ruang keluarga setelah mengantar keluarga Dinata. Kaila kembali masuk kepelukan sang Ayah.

Mereka menonton televisi dengan keheningan, tak lama Kaila berseru membuat Arya dan Nandya menegang.

"Kai pengen punya Adik," seru nya cemberut. Arya menetralisirkan tubuh nya, ia berdehem lalu,

"Ekhem... Kan Papah sudah jelasin sayang." pengertian Arya masih dengan mengelus rambut Kaila.

"Papah kalo ga mau ngambulin permintaan Kai yaudah Papah adopsi anak panti asuhan aja,"

Tubuh Nandya memegang hebat. Dan Arya menyadari itu. "Sayang... Mamah ga yakin bakalan sayang sama dia. Kamu ngerti okey." Nandya berdiri dari duduk nya menghampiri putri nya yang masih di dekapan sang suami.

"Huft," Kaila mendengus kasar. Kemudian melepaskan diri dari dekapan Arya. Arya yang menyadari itu lantas menarik tubuh Kaila lagi hingga menabrak dada bidangnya.

"Ah Pah,"

"Jangan minta adik lagi. Papa ga suka," Arya berbicara to the point kali ini. Sungguh, ia benci topik ini. Sampai kapanpun ia takkan membuatkan Kaila adik.

"Sekarang tidur," titah Arya tak terbantahkan. Kaila menghela napas pasrah. Ia memposisikan tubuh nya dengan nyaman dipangkuan Arya. Sedangkan kaki nya ia letakkan di paha Nandya.

Tak butuh waktu lama untuk ia terlelap. Karena Arya tak hentinya mengelus lembut rambut panjangnya.

"What should we do?"

"I have no idea. I only follow you. But I also disagree with the request of this little girl," Nadya mengangkat bahu nya acuh.

"I will not grant this little girl's request," tegas Arya sambil mengusap rambut Kaila.

"It's up to you, my husband," kemudian Nandya mengecup singkat bibir suaminya.

"Aku heran. Kenapa kita bisa sangat menyayanginya? Adzriel pun begitu," Heran Arya.

"I don't know for sure. Dia seperti punya pesona sendiri yang bisa meluluhkan kita," Nandya mengangkat bahunya Acuh.

Kita(?) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang