"Jangan sakiti Gadis. Jika iya, aku adalah orang pertama yang akan maju."
-Jaka (Benteng Gadis)- - -
Angin sore bersama cahaya senja menerpa wajah kedua insan yang saling mogok bicara, lebih tepatnya si adik yang mendiamkan sang kakak.
Gadis yang masih mengenakan seragam sekolah berjalan cepat menyusuri jalan raya menuju rumah. Jaka mengekori di belakang Gadis sambil menuntun sepeda motor.
“DIS JANGAN CEPET-CEPET JALANNYA.” Jaka meneriaki Gadis cukup kencang, karena kondisi mereka yang lumayan jauh. Gadis menoleh dan menghentikan langkahnya untuk menunggu kakaknya.
“Jangan ngambek ya Dis, salahin motornya pake mogok segala hehe.” Jaka mencoba merayu adik tercinta dengan gaya cengengesan ala-ala Jaka.
“Siapa suruh kakak pake supranya Pak Jamal. Tau ah, Gadis capek. Tau gini tadi Gadis naik grab aja. Percuma kakak jemput kalo ujungnya jalan kaki.” Gadis masih kesal dengan kakaknya. Siapa suruh menjemput Gadis dengan motor tua supra milik Pak Jamal, supir pribadi keluarga mereka.
“Yaelah Dis, kakak juga capek tau. Nih gantian kamu yang nuntun motornya.” Gadis mendelik melihat kakaknya, “apa-apaan.” batinya.
“Dih, males amat.” Gadis melengos begitu saja pada kakaknya. Tanpa sengaja mata Gadis menatap sosok yang berseragam sama dengannya berada di depan Indomart bersama motor maticnya.
“ZAKII....” merasa namanya di panggil, Zaki menoleh ke belakang. Dilihatnya Gadis sedang berjalan cepat menuju ke arahnya diikuti kakaknya yang sedang menuntun sepeda motor.
“Nebeng dong Zak.” Jaka yang mendengar itu mendelik.
“Ehh Dis kok gitu, nanti kakak sama siapa? Masa nuntun motor sendiri?” Jaka memelas memandang Gadis, tapi Gadis hanya melengos mendengar ucapan kakaknya.
“Bodo amat deh.”
“Jangan gitu dong Dis, tega kamu ninggalin kakak.”
“Biarin.”
Kedua manusia itu masih berdebat, Zaki yang sedari tadi menatap diam membuka suara “Jadi nebeng gak Dis?”
Gadis segera naik ke atas motor matic Zaki lalu menjulurkan lidah ke arah kakaknya.
“Maaf ya bang kita duluan.” Zaki menoleh ke arah Jaka lalu melajukan motornya.
“Bye Kak..” Gadis tersenyum girang meninggalkan kakaknya. Jaka merengut sebal melihat kelakuan adiknya. “Awas aja ntar dirumah.” batin Jaka mengancam.
~ ~ ~
Gadis sampai di depan rumahnya lalu turun dari sepeda motor Zaki.
“Makasih Zak.”
“Yoi sama-sama, gue balik dulu Dis.”
“Hati-hati Zak.” motor Zaki melaju lalu berhenti di tiga rumah di sebelah rumah Gadis, karena Zaki memang tetangga Gadis.
Gadis membuka gerbang rumah dan berjalan masuk ke dalam rumah dilihatnya sang mama yang sedang duduk di depan teras.
“Assalamualikum ma..” Gadis memberi salam lalu mencium tangan mamanya.
“Loh kok sendiri, kakak mana Dis?”
“Lagi di jalan, tadi motornya Pak Jamal mogok alhasil kita jalan kaki. Terus Gadis liat Zaki di depan Indomart, yaudah Gadis nebeng Zaki aja.”
“Oh gitu, gak marah kakak kamu tinggalin Dis?” mama memandang Gadis.
“Biarin, abis Gadis kesel sama kakak. Gadis masuk dulu ya ma, mau mandi hehe.”
Gadis berjalan masuk meninggalkan mamanya yang sedang geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua anaknya. Yang satu jahil yang satu sensitif, gimana mau akur kalo gini.
~ ~ ~
Petang sudah mulai datang. Gadis baru saja menyelesaikan ritual mandinya. Diambilnya ponsel yang tergeletak di kasur. Dia membuka ponselnya, melihat semua akun media sosialnya barang kali ada pesan masuk dari temannya.
Gadis bukan tipe manusia maniak ponsel, yang sedikit-sedikit buka ponsel padahal juga gak ada yang nge chat. Dia hanya sesekali membuka ponselnya saat ada waktu luang. Bahkan sahabatnya, Arumi sering kali memarahi Gadis karena pesannya jarang di balas.
Benar saja Arumi sudah meninggalkan pesan di WA gadis beberapa menit yang lalu.
Mumi: P
P
Dis liat pr Biologi dong, gue lagi males nih ):
Dis
Duh selow respon amat deh
17.50Gadis: Dasar pemalas
18.05Gadis segera memfoto buku biologinya. Lalu dia kirim ke Arumi.
Gadis: sent picture
18.05Mumi: maaciw Gadis cantik
18.06Gadis: sama-sama mumi :)
18.06Mumi: ihh nama gue bagus bagus ARUMI dipanggil mumi. Jahat kamu ya ):
18.06Gadis: BODO AMAT!
18.07Gadis segera meletakkan ponselnya ke meja belajar lalu berjalan ke luar kamar. Dia ingin menonton tv di ruang tengah. Dia bosan jika terus berada di dalam kamar, meskipun dia mengakui memiliki hobi tidur, tapi sekarang masih terlalu sore untuk tidur.
Gadis duduk di sofa sambil menonton acara tv. Dia sesekali tertawa karena ada hal yang lucu. Tiba tiba ada yang menjitak kepala Gadis dari belakang.
Pletak
“Aduhh..” Gadis menoleh menatap sang pelaku. “Apaan sih kak? Sakit tau!”
“Siapa suruh tadi ninggalin kakak. Tega kamu.” Jaka langsung duduk di samping Gadis.
“Lebay deh. Orang Cuma di tinggal di depan Indomart depan kompleks. Palingan juga sepuluh menit kalo jalan dari sini. Deket aja sampe rumah satu jam kemudian, payah!” Jaka melirik adiknya sebal. “Enak banget nih anak ngomongnya.” Jaka membatin.
“Eh kakak itu dari bengkel pojokan kompleks tau. Di bengkelnya yang lama, bukan jalannnya.” memang benar tadi Jaka mampir ke bengkel yang ada di pojokan kompleks. Dia tidak enak hati jika harus mengembalikan supra milik Pak Jamal dalam keadaan mogok.
“Nih kakak bawain roti bakar. Tadi beli di deket bengkel.” Jaka meletakkan kresek yang berisi roti bakar ke meja depan Gadis.
“Makasih kakaknya Gadis yang cakep.” sambil tersenyum dibuat buat Gadis memandang Jaka.
Jaka mendengus pelan.
- - -
Makasih udah mau baca. Maaf kalo jelek dan masih ada typo. Kritik dan saran dari kalian sangat dibutuhkan hehe(:
Happy reading💞
With love,
-Senja
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS
Teen FictionKita adalah kata, berbeda tapi dirangkai indah. Aku adalah benci dan kamu adalah cinta. Kita melebur dalam dua jiwa. Sulit ternyata mencintai saat benci bersinggah. -Gadis Kanaya Setiap duka adalah kita, setiap tawa adalah kita. Mencoba mencari keba...