Prolog 🍁

3.1K 215 11
                                    

Nama ku Kwon Soonyoung, siapa pun akan memilih memanggilku Kwon karna lebih efektif. Saat ini, ketika kau bungkam dan fokus pada deretan kalimat yang aku susun, Aku tengah menangis merintih memanggil nama kedua orang tua ku. Mereka dinyatakan meninggal kemarin malam setelah hampir seminggu berstatus sebagai korban hilang dalam sebuah kecelakaan pesawat.

Aku tau Ayah dan Ibuku tidak akan hidup kembali walau aku bersumpah akan menjadi anak yang lebih baik. Gundukan tanah yang basah ini adalah satu dari jutaan fakta bahwa mereka sudah bosan menghirup udara. Aku terus menangis, entah apa yang aku tangisi, tapi air mata ku tidak lelah untuk terus berproduksi. Aku merasakan sebuah telapak tangan menyentuh kepala ku. Tidak besar namun cukup kuat untuk membuat seluruh helai rambutku terkoyak. Aku tidak tau siapa yang melakukannya, aku tidak takut dan tidak peduli. Jika saat orang tua ku masih hidup, aku mungkin akan berlari kencang kala seseorang yang ku yakini sebagai 'orang jahat' mencoba untuk mendekat dan menyentuh ku. Namun sekarang yang ingin aku lakukan justru kebalikan nya. Aku akan membiarkan siapapun khusus nya orang jahat untuk mendekati ku, menyentuh ku atau bahkan membunuhku, aku akan membiarkan nya. Selagi aku bisa kembali berkumpul bersama kedua orang tua ku di atas sana.

"Bangunlah nak, sebentar lagi akan turun hujan, kau tidak bisa terus menemani orang tua mu disini" Ucap nya. seorang pria dewasa yang tidak terlalu tampan, Rapih dengan setelah tuxedo mahal dan kilatan sepatu fantople nya yang menyilaukan. Aku mengernyit. Tidak ada cahaya matahari di sini. Tapi kenapa sepatu itu mengganggu penglihatan ku, lebih tepatnya cahaya yang sepatu itu pantulkan. Aku memikirkan banyak teori selama beberapa menit setelah sang pemilik sepatu mengeluarkan suara. dan aku tetap diam pada posisi ku sampai seorang wanita yang memakai gaun hitam sederhana namun terlihat mewah berjalan mendekati kami. Dia terlihat menyeka air mata nya.

"Kita harus kembali" Pria itu mengangguk kecil setelah wanita yang ku yakini sebagai istrinya itu meminta nya untuk kembali.

"Nak, apa kau lapar? Istriku membuat banyak menu masakan yang ia pelajari dari ibu mu. Apa kau ingin mencoba nya?"

Ibu dan masakan ibu ku. kedua hal itu sangat aku rindukan sekarang. Berhari hari terpuruk membuat tubuh ku lemah seperti orang tua lanjut usia. aku melupakan makan dan tidur, yang aku obsesikan hanya menangis dan sebuah keajaiban. Aku ingin kedua orang tua ku kembali. Bahkan saat ini, ketika mayat mereka terjebak di bawah sana. Aku masih mengharapkan keajaiban yang sama.

Entah sejak kapan aku mulai melangkah, mengikuti arahan kedua manusia yang sepertinya tidak berbahaya. Aku masuk pada sebuah mobil berwarna hitam menyala. Lengkap dengan pak supir yang tak kalah tampan dengan majikannya. Mesin di aktifkan dan aku mulai tertidur kala bosan menyerang ku di tengah perjalanan.

Suara wanita yang sama mencoba untuk membangunkan ku. Aku menyadari ulasan senyum nya yang tulus sehingga aku tidak menjerit kala menyadari langit sudah gelap di atas sana. itu artinya aku cukup lama tertidur dan sejauh apa mereka membawa ku pergi??

Bangunan mewah dengan hamparan rumput hijau yang samar menyapa penglihatan ku saat aku telah sepenuh nya keluar dari mobil. Rumah yang lebih pantas di bilang istana ini di penuhi warna putih yang mati, tidak menarik minat ku sama sekali. dan puluhan tanaman tanpa bunga tumbuh subur di perkarangan yang aku pijak. Aku memberi nilai rendah pada selera pemilik tempat tinggal ini.

Langkah ku terseret kala pria dewasa itu menarik tangan kanan ku agar mengikuti nya. Disusul sang wanita gaun hitam dan beberapa wanita lain yang sepertinya berstatus sebagai pelayan. Aku mencoba untuk tidak takut. walau apa yang aku lihat sangat asing dan mencurigakan. Kami masuk dan melewati ruang tamu begitu saja. Terus berjalan sampai meja pajang dan besar dengan deretan makanan lezat tersaji di atasnya. Aku menyadari sesuatu di sini. pria dewasa itu membodohi ku, ia mengatakan istrinya yang akan memasak, namun wanita gaun hitam itu bersama kami sepanjang aku dengan nya bertemu. Lalu siapa yang meramu makanan itu? Seharusnya aku tidak memikirkan nya. Namun entah kenapa aku terus mencoba mencari jawaban.

"Duduklah!" perintah pria dewasa itu padaku. Lalu seorang pelayan menarik kursi dan membimbing ku untuk duduk. Aku menatap piring kosong besar di hadapan ku. tidak ada yang istimewa dengan peralatan makan itu. tapi perut ku mulai bergetar dan berteriak. aku merasa sangat lapar sekarang.

"Dimana putra ku?" wanita gaun hitam itu bertanya pada seorang pelayan yang berdiri di belakang ku. detik berikutnya seorang anak laki laki yang lebih tinggi dari ku keluar dari balik pintu dan menghampirinya.

"Ibu kau membawa tamu malam ini?" anak itu menatap ku. tajam dan terkesan mengintimidasi. wajah nya tampan dan bersih. rambut hitam nya tertata rapih. Dingin tanpa ekspresi. ia terlihat seperti zombie yang mengikuti banyak perawatan wajah. Aku mulai merasa takut untuk menatapnya. terlebih saat bibir itu tersenyum. bukannya terlihat semakin tampan, anak itu justru sangat menakutkan.

"Wonwoo, bersikap baiklah pada Soonyoung. Mulai sekarang kalian bersaudara. Walau Soonyoung satu bulan lebih tua dari mu, kau harus bisa menjaga nya. Anggap dia sebagai adik mu. Kau mengerti?"

Tidak. Aku dan anak laki laki yang bernama Wonwoo itu tidak mengerti. bagaimana bisa wanita itu mengetahui nama ku? Aku belum memperkenalkan diri dan kenapa dia sangat percaya diri saat meminta putra nya untuk menjagaku. kami tidak saling mengenal. Bahkan aku tidak berniat untuk berkenalan. Anak laki laki itu menakutkan. Bagaimana kami bisa bersaudara?

"Kalian pergi berhari hari tanpa kabar dan kembali dengan seorang anak yang akan menjadi saudara ku?"

"Wonwoo, bukan kah ayah sudah menceritakan kisah bagaimana kita bisa hidup mewah seperti ini? Seseorang yang kau tau sebagai penolong keluarga kita adalah ayah soonyoung. Beliau dan istrinya meninggal karna sebuah kecelakaan"

"Lalu ayah ingin berbalas budi dengan merawat anak nya setelah mereka meninggal?"

Aku meringis. Entahlah.. Perbincangan ayah dan anak itu membuat hati ku sakit. Fakta bahwa aku hidup sebatang kara membuatku takut. aku mungkin bisa hidup sederhana dengan mengandalkan uang asuransi kedua orang tua ku. Tapi aku tau tidak semudah itu. Hidup mandiri adalah gambaran penderitaan dunia yang nyata. Terlebih aku belum siap untuk menjalaninya. Aku terlalu takut.

"Wonwoo, Soonyoung sama seperti mu. Dia tidak memiliki siapapun lagi selain kedua orang tuanya. Dan saat ini Soonyoung butuh perlindungan. Hanya kita yang bisa melindunginya. Jika kau yang berada di posisi Soonyoung saat ini, kedua orang tuanya pasti melakukan hal yang sama. mereka akan melindungi mu"

Jadi apa kesimpulan nya? Aku di adopsi oleh teman dekat ayah ku? Atau aku hanya di rawat sementara oleh nya sampai aku dewasa?

Tidak ada pancaran kebahagiaan dari wajah anak itu. Dia mungkin marah atau kecewa atas keputusan kedua orang tuanya. Tapi aku tidak peduli. Sebesar apapun anak itu akan membenciku, aku akan tetap memilih untuk tinggal bersama nya. Pria dewasa itu benar. aku butuh perlindungan. Dan hanya dia dan wanita itu yang bisa melindungi ku.

🍁

TBC



Hi aku buat story SOONWOO kali ini
semua kalian suka 😆

Makasih and see you paipai~
❤❤❤

Why Me?🍁 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang