3. Bodoh!

1.1K 156 24
                                    

Aku melihat cahaya, masuk menyapa retina mataku, sangat terang hingga memberi rasa sakit yang tidak bisa aku jelaskan. Mata ku mengerjap. Mencoba menatap objek samar yang terus bergerak di samping ku. Saat kesadaran ku terkumpul, seorang wanita berseragam putih bersih menyapa dan mencoba mengajak ku bicara.

"Tuan, apa kau mendengar ku?" aku mengangguk pelan sebagai jawaban.

Wanita itu berlari keluar ruangan, setelah sebelumnya menyempatkan diri untuk mencatat sesuatu kedalam helaian kertas yang terjepit pada papan tipis di tangannya.

Aku menyadari dimana aku berbaring saat ini. Alat medis yang melekat pada tubuhku, aroma obat yang sangat menyengat dan warna putih yang mendominasi ruangan telah menjelaskan semuanya.

Aku berada di Rumah sakit. Tapi siapa yang membawaku kemari?

Selama 30 menit aku diam memikirkan banyak hal. Hingga seseorang masuk tanpa mengetuk pintu. Itu Jihoon, seseorang yang tidak aku harapkan berada di sini.

Dia tersenyum dan terus melangkah mendekati ku. "Terkejut?" ucapnya.

Aku tidak memberikan respon apapun. Jihoon pun nampak tidak membutuhkan nya. Dia sibuk berselancar dengan ponsel setelah tubuhnya terbaring sempurna di atas sofa. Aku mencoba bersikap tidak peduli. Menganggap pemuda itu tidak ada. Apa yang telah dia katakan benar benar mengganggu ku. manusia bodoh mana yang akan tetap bersikap biasa saja padanya??

Entah kenapa tiba tiba setetes air lolos begitu saja dari mata ku. Isakan kecil pun menyusul setelahnya. Dada ku terasa sesak. Moment itu kembali terulang di ingatan ku. Bersamaan dengan Jihoon yang menoleh kearah pintu terbuka dan wonwoo masuk dengan dua kantung plastik ukuran besar di tangannya. Untuk sejenak aku bertanya pada diriku sendiri bagaimana wonwoo bisa membuka pintu?

"Ada apa? Kau merasakan sesuatu? Kenapa kau menangis?" wonwoo bersuara setelah Jihoon dengan kebaikan hatinya mau mengambil alih kantung belanjaan dan meletakan nya di atas meja.

Aku menggeleng pelan dan menghapus jejak air mataku. "Tidak ada"

Wonwoo beralih menatap Jihoon. "Apa yang telah kau katakan padanya?"

Jihoon nampak bingung. Kedua alisnya menukik tajam dan tawa kecil keluar setelahnya. "Hey ayolah.. Aku benar benar mengunci mulut ku sejak kau pergi membeli makanan. Ada apa? Kenapa kau terlihat marah? Adik manja mu itu tidak menangis untuk pertama kalinya bukan?"

"Kondisinya buruk Jihoon, kau tau itu.."

"Lalu? Apa menangis akan memperburuk keadaan nya? Mengeluarkan air mata adalah hal yang sangat wajar"

"Kau tidak mengerti"

"Yeah~ aku tidak mengerti dengan perubahan sikap mu. setelah apa yang kita lakukan padanya tempo hari. Kau dengan mudahnya menjelma menjadi seorang kakak yang baik"

"Aku lelah berdebat dengan mu, Jihoon. Diam dan habiskan saja makanan mu"

"Setelah ini berjanjilah untuk mengantar ku pulang. Dan jangan pernah mengajak ku kemari lagi. Rumah sakit benar benar tempat yang buruk"

"Aku tidak bisa mengantarmu"

"Kau harus tetap di sini? Menjaganya?"

"Kurasa begitu"

Setelah Jihoon benar benar menghabiskan makanannya dan pergi. Wonwoo menghubungi dokter dan memaksanya untuk mengizinkan ku pulang. Selang 2 jam setelah perdebatan, aku pun di angkat dan di pindahkan ke kursi roda dengan paksa, selang infus di tangan kanan ku di cabut dengan terburu buru hingga membuat luka yang cukup menyakitkan dan darah segar terus mengalir keluar selama beberapa saat.

Why Me?🍁 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang