Kim Mingyu.
Akhir-akhir ini pekerjaanku sangat menumpuk. Karena perusahaan sedang dalam keadaan buruk akibat satu orang.
Iya, akibat satu orang perusahaanku jadi terkena imbasnya.
Ah, sudahlah aku pusing untuk memikirkannya lagi.
Saat ini memang aku sedang ada dirumah. Namun diruangan kerjaku. Aku sampai tidak sempat keluar hanya sekedar melihat Yona yang sedang menonton Drama Korea di kamar.
Tok tok tok.
"Masuk saja!"
Yang mengetuk Yona, lalu dia memasuki ruanganku.
"Mingyu-ya!"
"Hmm?"
"Aku telat dua bulan."
Aku tersenyum remeh "benarkah? Sayangnya aku tidak percaya." jawabku santai dengan tidak melihat wajahnya sedikit pun.
Aku tidak mempercayainya lagi.
Karena apa?
Karena sudah kedua kalinya dia membohongiku dengan alasan yang sama.
Yona bilang itu hanya permainan yang sedang viral orang-orang ikuti;prank. Tapi itu benar-benar membuatku kesal dan marah.
Pertama, dia membohongiku dengan alasan yang sama.
"Mingyu aku telat dua bulan."
Jujur, setelah mendapat kabar seperti itu, aku sangat senang. Bahkan nyaris menangis karena bahagia. Tapi apa? Dia mempermainkanku dan berakhir dengan berita yang tidak begitu mengenakan bahwa itu hanya prank.Aku kesal. Jelas. Karena rasanya itu benar-benar habis diterbangkan lalu di jatuhkan. Itu sakit.
Aku marah kepada Yona. Dan mengakibatkan aku tidak berbicara dengannya selama dua hari.
Kedua, dia membohongiku lagi yang kedua kalinya dengan alasan yang sama juga.
"Mingyu aku telat dua bulan."
Awalnya aku tidak mempercayainya. Namun, semakin lama semakin membuatku percaya dari wajahnya yang ditampakkan begitu serius.Aku percaya dan senang sekali mendengarnya. Tapi apa? Itu hanya permainan yang hanya dibuat-buatnya lagi. Aku marah, sungguh. Dan mengakibatkan aku tidak pulang selama satu hari. Mungkin jika Yona tidak ke kantor untuk menghampiriku, aku tetap tidak ingin pulang.
Dan saat ini? Yona ingin membohongiku lagi? Itu tidak akan aku biarkan.
"Yona-a, ini tidak lucu."
"Aku serius. Jatuh tanggal menstruasiku dua Minggu yang lalu, tapi sampai sekarang aku belum mendapatkannya."
"Benarkah? Jika kau membohongiku lagi, aku akan meninggalkanmu sendirian disini untuk pulang ke Korea dan mengadu kepada bibi karena kau selalu memberi harapan palsu kepadaku." ancamku.
Itu sama saja harapan palsu yang Yona berikan kepadaku bukan?
Yona terus menunduk, enggan rasanya untuk menatap wajahku sedikit pun.
"Kau masih tidak percaya?"
"Hmm."
"Ayo kita buktikan!"
Aku mendongakkan wajahnya Yona agar terlihat denganku "Dengan cara apa? Ke dokter?" Jika dilihat, wajahnya Yona serius. Tapi aku tidak ingin dikelabui untuk yang ketiga kalinya.
Yona hanya mengangguk dan menunduk lagi.
"Aku akan antarkan kau sekarang. Tunggu sebentar, aku ingin membereskan alat-alat pekerjaanku dulu."
Yona mengangguk paham dan duduk di sofa yang sudah tersedia di ruangan kerjaku.
Setelah beres, aku mengambil sebuah jaket dan memakainya.
"Yona-a." Aku mengubah posisinya menjadi berdiri menghadap ku. Dia menatapku dengan wajah yang terlihat sedikit cemas dan takut di dalamnya.
Yona menunduk, enggan rasanya untuk melihat wajahku "aku takut."
"Takut kenapa? Kau membohongiku lagi kan?" Aku menebak.
Yona menggeleng, "tidak. Aku tidak membohongimu lagi, kali ini aku jujur, tapi aku takut jika ak-, aku tidak hamil. Lalu kau meninggalkanku disini sendiri dan kau pulang ke Korea tanpa aku. Aku takut."
Heol, dia menangis. Sepertinya ancamanku sukses membuatnya takut.
Ah, jika dia sudah bertingkah seperti ini, rasa tidak tegaku langsung menghampiri untuk memarahinya.
"Kau benar tidak ngeprank aku lagi kan?"
Dia menggeleng secara cepat "tidak. Aku serius."
Aku memeluknya, karena tidak tega melihat dia yang saat ini sudah menangis sampai terisak akibat ancamanku yang menakutkan tadi. "Jangan menangis, aku percaya padamu. Jika nanti hasilnya negatif, mungkin kita belum dipercaya untuk memiliki anak." Rambut hitamnya terusku elus dengan lembut.
Yona mengangguk "maafkan aku."
"Tak apa. Ayo, tapi kau harus memakai jaket. Angin malam sangat berbahaya."
Dia mengangguk dan pergi untuk mengambil jaket yang berada di kamar. Lalu aku dan Yona pun pergi keluar rumah untuk menuju dokter.
*****
"Yona-a, besok pulang ke Korea."
"Kenapa? Besok?"
"Hmm, kita harus memberikan kabar bahagia ini kepada kedua orang tua ku dan bibi pamanmu secara langsung tanpa dari via telepon atau semacamnya."
"Ah, begitu ya. Kau senang? Aku tidak membohongimu lagi kan?"
"Senang sekali, sungguh. Bahkan aku nyaris menangis karena terlalu bahagia mendengarnya."
"Baiklah."
"Yona-a."
Aku menghampirinya yang tengah bermain game online di handphone miliknya.
Dia duduk di pinggiran ranjang dan bersusah payah mendongakkan kepalanya agar dapat melihat wajahku. "kenapa?"
"Terimakasih."
"Untuk?"
"Untuk segalanya."
"Ah, kau terlalu lebay, aku tidak suka laki-laki lebay." kalimat itu selalu dia keluarkan setiap aku bersikap berlebihan terhadapnya.
"Terimakasih karena ingin memiliki anak dariku."
"Yak! Kau semakin lebay, aku jadi semakin tidak suka." Dia memukuli perutku dengan tidak bertenaga.
"Semua pasangan yang sudah menikah, harapan utamanya adalah memiliki anak bukan? Jadi kau tidak perlu berterimakasih." Sambungnya, lalu memeluk setengah tubuhku sampai kepalanya menyentuh perutku karena posisinya aku berdiri dan dia terduduk di pinggiran ranjang.
Aku terus mengelus kepalanya secara berulang dengan lembut. Sampai beberapa menit, dia pun melepaskan pelukannya.
"Aku mencintaimu. Selamanya."
"Aku juga mencintaimu. Selamanya."
##########
Duhh duhhh.
Itu nge prank nge prank gitu. Lucu banget ssiiihhh wkwkwk
Jangan lupa vote dan commentnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY ENDING (Kim Mingyu)✓✓✓
FanficKim Mingyu. Laki-laki bermarga Kim ini sukses memecat perempuan bernama Yona dari pekerjaan paruh waktunya. Dan tidak di sangka. Laki-laki itulah yang akan menjadi masa depannya. 23 Mei 2019