13. Kencan

3.2K 286 15
                                    

Hubungan Aku dan Mingyu sudah membaik. Bahkan semakin membaik. Dia sudah mengenal bibi dan bibi pun sudah mengenal Mingyu. Aku sangat senang karena Mingyu tidak menghilang lagi seperti kemarin-kemarin.

Hari ini, aku dan Mingyu sudah memiliki rencana untuk pergi. Jika orang Korea bilang biasanya dengan sebutan kencan. Mungkin ajakan Mingyu kemarin itu bisa dianggap kencan. Untuk itu, aku harus berpenampilan beda dari biasanya.

Dress berwarna peach yang terlihat menawan ini sudah membalut tubuhku dengan riasan wajah yang simple namun terlihat on point di wajahku saat ini.

Ah, aku memang sangat cantik.

Mingyu bilang, pukul tujuh dia akan sampai rumahku. Itu artinya dua puluh menit lagi dia akan sampai.

Saat ini bibi sedang tidak ada dirumah. Tapi Aku sudah berpamitan terlebih dahulu kepada bibi sebelum bibi pergi ke rumah ibu Seok dan bibi pun menyetujuinya.

Ting.

Ponselku berbunyi, tanda ada pesan masuk didalamnya. Lalu aku pun mengeceknya dan mataku langsung dapat meng-eja nama Mingyu dengan love sebagai tambahannya untuk menandai bahwa pemilik nama itu special didalam kontakku.

Kiming ❣️

Aku sudah didepan rumah kau. Keluarlah.

Setelah membacanya, aku sempat tersenyum dan membuang nafas kasar terlebih dahulu sebagai perwakilan dari kegugupanku.

Aku membuka pintu, sosok Mingyu langsung terlihat dengan jaket Denim yang membalut tubuhnya.

Astagahhhhhhhhh, Mingyu tampannya sangat tidak manusiawi.

Kali ini Mingyu membawa mobil, yang--jika dilihat-lihat harganya cukup fantastic. Bahkan dua ginjal plus jantungku pun tidak setara harganya dengan Lamborghini milik Mingyu yang dibawa saat ini.

Aku menghampirinya, dia pun langsung menyadari kedatanganku.

Matanya tidak pernah lepas untuk menatapku. Senyuman yang dia berikan saat ini membuat jantungku nyaris keluar dari tempatnya.

"Aku bukan pisang ya Gyu."

"Cantik. Mataku saja enggan lepas untuk menatapmu."

"Kenapa bawa mobil, jalan itu lebih romantis tahu." jawabku mengalihkan pembicaraan, karena kalau tidak, mungkin saat itu juga tubuhku sudah berada di langit ketujuh sana.

"Jalan terlalu biasa. Dan Aku ingin mengajak kau pergi ke tempat yang tidak biasa."

Aku mengerutkan dahi bingung "kemana?"

"Lihat saja nanti."

"Awas kalau kau macam-macam denganku ya!"

Mingyu tertawa, lalu menyelipkan rambutku di belakang telinga dengan hati-hati "soal macam-macam itu ada waktunya, aku tidak akan berbuat gila terhadapmu."

Aku mengangguk paham "Ayo." ajakku, yang tidak ingin berlama-lama untuk pergi dari depan rumahku ini.

Mingyu langsung membukakan pintu mobil untukku "silahkan masuk tuan putri."

Aku tersenyum mendengarnya "terimakasih."

Mobil mewah milik Mingyu langsung melaju untuk membelah kota Seoul. Keadaannya ramai, banyak pejalan kaki berpasangan sedang menikmati malam yang sangat cerah ini.

Aku tidak mengerti dengan malam ini. Biasanya langit selalu menampakkan kesedihan yang tidak sudah-sudah, Namun hari ini, langit merasa sangat bahagia.

Cerah, banyak bintang yang bertaburan dengan tidak teratur di atas langit sana.

Tidak beda jauh dengan langit. Saat ini hatiku pun sama bentuknya seperti langit malam ini. Cerah, karena ada Mingyu yang mengisinya sebagai bintang di hatiku.

"Sampai."

"Kedai kopi?" tanyaku memastikan.

"Hmm, ayo turun!" perintah Mingyu, aku pun menurutinya.

Aku dan Mingyu langsung duduk di meja nomor tiga, dan Mingyu langsung memesan kopi yang dia inginkan.

"Cappuccino, kau mau rasa apa?" tanyanya kepadaku.

"Sama saja, aku juga suka cappuccino."

Pelayan itu pergi setelah mendapat pesanan dari Mingyu.

"Kau tahu kenapa aku mengajakmu kesini?"

Aku menggeleng "tidak."

"Karena tempat inilah menjadi saksi bisu antar pertemuan pertama kita. Ini memang tempat biasa, sangat biasa malah. Tapi jika aku minum kopi kesukaanku bersamamu, tempat ini menjadi luar biasa untuk kita kenang nanti. Aku sengaja memilih tempat ini, karena tempat inilah yang sukses membuat diriku selalu mengingatmu Yona-a."

"Kau masih ingat tidak, sewaktu aku datang pada saat kedai ini belum dibuka?"

"Aku ingat. Pada saat itu kau sangat menyebalkan. Bahkan aku dan Soeun sampai memarahimu bukan?"

"Hhmm, dimulai dari itu, kita jadi sering sekali bertemu."

"Mingyu-ya."

"Hmm?"

"Ada hubungan apa kau dengan pemilik kedai ini?"

"Tidak ada hubungan apa-apa. Hanya saja aku sering sekali singgah ke sini dan memberikan uang lebih. Aku sangat suka cappuccino nya."

"Gitu ya."

"Kau pasti teringat saat dirimu di pecat ya? Ah, maaf aku sangat merasa bersalah."

"Tidak apa, bibi pun tidak marah denganku."

Mingyu mengangguk paham berselang dengan cappuccino yang dipesan tadi datang.

Aku langsung meminumnya dan merasakan sensasi manis bercampur pahit di dalam rasa cappuccino yang saat ini aku teguk. Begitu pun Mingyu. Dia merasa sangat menyukai kopi itu.

"Kalau ke sini, kenapa harus membawa mobil?"

"Ingin saja, aku tidak ingin kau lelah."

"Yak! Kau ini sangat lebay sekali. Ah, kau tahu tidak? Aku tidak suka laki-laki lebay."

"Benarkah?"

"Hmm, benar."

"Baiklah kalau gitu aku akan menelpon perempuan yang kemarin itu untuk datang ke sini."

"Yak, ja-jangan."

"Ah, wajahmu lucu sekali jika sedang malu."

"Aissh kau ini berniat mengajakku pergi atau berniat membuatku malu?"

"Ah, maaf hehe."

Setelahnya hening sesaat. Aku dan Mingyu pun menikmati lagi kopi yang masih sisa setengah gelas.

"Yona-a."

"Hmm?"

"Menikahlah denganku."

##########

Yu yu yu nikah sama aku aja Gyu. Nanti kita bikin Dede yang banyak hahahahaa..

Jangan lupa ya para pembaca untuk memberi vote dan commentnya.

Saranghae ❣️

HAPPY ENDING (Kim Mingyu)✓✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang