5. Perasaan bersalah

3.8K 399 4
                                    

"Astaga." Aku terkejut. Cairan merah itu semakin banyak keluar dari hidungnya.

"Ya, kau sepertinya benar-benar tidak dapat pulang sendiri."

Ting.

Itu suara ponselku tanda ada pesan masuk didalamnya. Aku pun langsung membukanya.

"Sebentar."

Bibi : Nanaya, bibi tidak bisa pulang selama tiga hari, karena harus merawat ibu Seok yang sedang sakit, kau tak apa tinggal sendiri dirumah? Kau kan sudah besar, jadi bibi percaya kau. Jaga dirimu baik-baik ya selama bibi tidak ada. Uang untuk kau makan sudah bibi siapkan di dekat TV.

Tiga hari?

Kenapa lama sekali?

Biarlah, aku sudah besar, kenapa harus dipermasalahkan. Lagi pula Ibu Seok sedang sakit dan sangat butuh bantuan bibi.

Ah, mungkin laki-laki tiang ini akan ku bawa ke rumahku saja. Kebetulan tidak jauh dari sini. Dan kebetulan sedang tidak ada bibi, jadi tidak akan dipertanyakan.

"Kau ikut denganku saja ya."

Ku kalungkan tangan kanannya ke leherku agar dapat berdiri dan sampai ke rumahku.

"Aish, kau sangat berat."

Saat sampai di rumahku, laki-laki tiang itu kubaringkan di sofa.

Darah yang keluar dari hidungnya terlihat banyak, sampai meringis aku melihatnya.

Aku langsung pergi berlalu untuk mengambil handuk dan air hangat untuk membersihkan darahnya. Setelah sudah dapat barang yang ku butuhkan, aku pun langsung menghampiri laki-laki tiang itu di sofa.

"Eoh, kau sadar?"

Aku sedikit terkejut saat laki-laki itu sudah mendudukkan tubuhnya.

"Aku dimana?" Laki-laki itu mengedarkan pandangannya, seolah bingung dengan keberadaannya saat ini.

"Kau sedang ada dirumahku."

Dia mengerutkan keningnya, masih terlihat bingung. "Rumah...kau?"

"Hhmm, tenanglah, aku akan membersihkan darah yang keluar dari hidung kau." Aku mulai memeras handuk yang kubawa, namun belum sempat handuk itu mendarat di wajahnya, laki-laki itu langsung ingin beranjak dari duduknya.

"Tidak perlu, aku akan pergi."

"Pergi? Kau harus di obati, keadaan kau saat ini sedang tidak baik," Aku berdiri untuk mencegahnya "lihat wajah kau, sangat tidak pantas untuk dipandang."

Dia sedikit memikirkan kata-kataku.

"Duduklah!"

Dia pun menuruti kata-kataku, dan duduk kembali.

"Aku malu."

"Malu? Kenapa? Malu dengankukah?" Aku memastikan.

"Hmm, aku tahu kau adalah gadis yang kemarin di kedai kopi itu kan?" Dia menatapku dengan bertanya-tanya.

"Hmm, aku juga sebenarnya tahu kalau kau laki-laki yang menyebalkan itu." Aku mulai menyentuh wajahnya dengan handuk perlahan, tak peduli walaupun dia sedang berbicara sekalipun.

"Kau benar-benar dipecatkah hari ini dari kedai kopi itu?"

"Hmm, hari tadi, hari terakhir aku bekerja." Ucapku.

"Ahh, maaf."

"Sudah selesai! apa kepala kau masih terasa sakit? Aku tadi melihat kau terus memegangi bahkan memukuli kepala."

"Sedikit."

"Istirahatlah, aku ingin mengganti pakaian di kamar, jika kau butuh sesuatu, panggil saja aku." Aku tersenyum ramah, walaupun aku masih terasa sedikit kesal dengan perlakuannya terhadapku kemarin.

Dia hanya mengangguk paham dan langsung berbaring kan tubuhnya di sofa.

##########

Jangan lupa untuk Vote dan Commentnya.

Jangan lupa untuk Vote dan Commentnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saranghae ❣️

HAPPY ENDING (Kim Mingyu)✓✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang