6. Terlihat Sempurna

3.8K 393 1
                                    

Aku berganti pakaian di kamar. Rasanya malas sekali untuk mandi. Suhu kota Seoul saat ini sangat tidak mendukung untuk tubuhku terima.

Sebentar, jika laki-laki itu tidak merasa kuat untuk pulang, berarti secara tak langsung pun dia menginap disini?

Menginap?

Dirumahku ini?

Sedangkan dirumahku saja hanya ada aku. Bibi kan sedang di rumah Ibu Seok.

Ah, aku memikirkan yang aneh-aneh.

Jika dilihat dari penampilan, dia sangat kacau dan tidak baik. Tapi ketampanan dia membuatku sedikit percaya sih.

"Ah, dia benar-benar tampan, kenapa aku baru menyadarinya? Padahal aku sebelumnya sudah bertemu dengannya waktu di kedai kopi, tapi aku tidak terlalu menyadari hal itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ah, dia benar-benar tampan, kenapa aku baru menyadarinya? Padahal aku sebelumnya sudah bertemu dengannya waktu di kedai kopi, tapi aku tidak terlalu menyadari hal itu."

"Kenapa ada orang sempurna seperti dia?"

"Ah, rasanya Jeon Wonwoo ku merasa tersaingi." Aku berbicara seorang diri, lalu menatap poster besar bergambarkan wajah tampan Jeon Wonwoo yang tertempel di dinding kamarku.

Sebentar.

Tapi percuma saja dia memiliki wajah tampan namun tidak berperasaan.

"Ah, ingat Nana! kau dipecat hari ini karena laki-laki tiang itu. Ingat itu. Ingat."

Aku beranjak dari kamar, dan melihat laki-laki tiang itu untuk memastikan dia sudah tidur atau belum. "Eoh, ternyata dia sudah tidur." Ucapku setelah melihat laki-laki tiang itu memejamkan mata dengan tenang.

" Ucapku setelah melihat laki-laki tiang itu memejamkan mata dengan tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menyunggingkan senyuman tanpa sadar. Lalu pergi lagi ke kamarku untuk mengambil selimut.

Setelah selimut itu ku dapat, lalu aku menyelimutinya dengan hati-hati dan pergi meninggalkannya untuk tidur.

*****

"Nanaya! BANGUN, INI SUDAH PAGI KAU KAN HARUS BEKERJA!" suara bibi dapat ku dengar, namun aku enggan untuk beranjak dari zona ini.

"NANAYA! KAU MENDENGAR BIBI TIDAK?" Bibi menggedor pintu kamarku dengan keras. Aku pun yang mendengar merasa sangat terganggu dengan suara bising itu.

Aku terduduk, untuk menetralkan otot-otot badanku yang merasa sangat pegal-pegal. "Iya Bi, Aku sudah bangun."

"Keluarlah, setelah itu mandi lalu sarapan!"

Aku tidak menjawab perintah bibi, masih diam di tempat dan----

"ASTAGA."

"BIBI SUDAH PULANG?"

"LALU LAKI-LAKI TIANG ITU?"

"AH, BISA MATI AKU JIKA BIBI MENGETAHUINYA."

Aku langsung beranjak dan keluar dari kamar. Lalu menelusuri isi rumah untuk mencari laki-laki itu. Bahkan sampai ke dalam gudang untuk aku mencarinya. Barangkali dia ngumpat.

"Kau sedang apa?" Bibi tiba-tiba muncul di belakangku, dan itu membuatku terkejut.

"T-tidak, a-ada tikus tadi lari ke dalam sini." ujarku berbohong.

Bibi mengerutkan dahinya seolah tidak percaya dengan perkataanku "benarkah?"

"Iya, benar."

"Ah, sudahlah, tidak usah di urusi," aku tidak berkutik, masih diam ditempat "mandi sana! Kau kan bekerja hari ini."

Mendengar kata 'bekerja', aku langsung mengingat bahwa diriku ini sudah dipecat namun aku belum memberi tahu bibi.

Aku menghampiri bibi di meja makan lalu duduk bersebrangan dengannya.

"Bibi."

"Hmm?"

Aku menggigit bibir bawah terus-menerus karena takut "Aku ingin mengatakan sesuatu, tapi bibi jangan marah." ucapku sedikit ragu.

"Berbicaralah, bibi tak akan marah."

"Benarkah? Janji?" ujarku memastikan.

"Memangnya ada apa? Sampai janji-janji seperti itu?" tanya bibi yang mulai penasaran dengan apa yang akan aku bicarakan.

"Aku dipecat."

Bibi tersontak tak percaya dengan kata-kataku tadi. "Benarkah? Jangan berbohong kau dengan bibi!"

Aku menyeringai, "benar, kemarin aku terakhir bekerja." lalu menggaruk tengkukku yang sebenarnya tak gatal.

"Kau membuat masalahkah? Sampai dipecat?"

"Aku berbicara tidak sopan dengan pelanggan, lalu pelanggan itu mengadu kepada bosku, dan akhirnya aku dipecat," Tuturku menjelaskan yang sebenarnya "tapi bukan hanya aku yang dipecat, Soeun pun sama."

"Aissh, kalian ini! Kau seharusnya belajar untuk tidak bersikap seperti itu. Bibi tahu kau memang memiliki sifat cuek dan sedikit dingin, namun untuk hal pekerjaan kau harus merubahnya." Bibi terlihat begitu kecewa setelah mendengar itu. Aku pun merasa sangat bersalah karena belum bisa membahagiakan bibi.

"Maaf." Aku menunduk.

Bibi menghampiriku, lalu memeluk tubuhku dengan kehangatan "Hmm, tidak apa-apa, ini mungkin bisa menjadi pelajaran untuk kau kedepannya." ucapnya dengan mengelus puncak kepalaku tanda sayang.

##########

Jangan lupa untuk vote dan commentnya.

HAPPY ENDING (Kim Mingyu)✓✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang