"Kak, Aku mencintai kakak." Ungkap seorang gadis. Mata hazel nya terus menatap mata hitam pekat lelaki di hadapannya.
Angin yang terus berembus mengurai rambut pirang gadis itu, beberapa helai rambut bahkan menutupi penglihatannya, Namun ia terus menatap mata hitam pekat lelaki itu penuh harap.
Gadis itu terus menunggu balasan rasa, dari lelaki itu. namun sayang lelaki bermata hitam pekat itu hanya menatap gadis itu datar.
Tak ada niat sedikit pun, membalas ungkapan rasa gadis di hadapannya. Lelaki itu terus menatap datar, menusuk hati gadis itu, keterdiaman menyelimuti mereka berdua.
Angin bahkan semakin kencang, Suara hantaman Ombak terhadap terumbu karang semakin mencekam, Sama seperti hatinya sekarang yang terus di hantam oleh kenyataan bahwa lelaki itu tak akan pernah mencintainya.
Lelaki itu mengalihkan pandangannya ke arah hamparan laut. Ia mulai berjalan menjauhi gadis itu tanpa mengatakan sepatah kata pun, mata hazel gadis itu terus memandang kemana lelaki itu pergi.
memandang lekat, Punggung lelaki itu. Yang terus berjalan memasuki dinginnya air laut, sedikit demi sedikit merendam setiap inci bagian tubuhnya.
Hingga ia tersadar punggung lelaki itu, Sudah terbenam oleh air laut. namun lelaki itu tetap terus berjalan. Gadis itu berlari menyusul lelaki itu ke arah hamparan laut, Berharap ia tidak terlambat untuk menarik lelaki itu keluar menjauh dari air laut yang terus merendam tubuhnya.
Namun seakan takdir tak berpihak kepadanya, Lelaki itu sudah tidak ada menghilang. Air laut kembali tenang, seakan tidak pernah terjadi apapun sebelumnya.
Gadis itu tersungkur di tanah, Memukul dadanya yang begitu menyesakan seakan tersayat pedang yang begitu tajam. Ia ingin meraung namun bibirnya terasa kelu, Semua organ tubuhnya seakan mati rasa.
Lelaki yang di cintainya, sudah menghilang tanpa memberinya jawaban balasan, Seberdosa itukah ia mencintai lelaki itu. Hingga lelaki itu lebih memilih pergi jauh tenggelam dalam tenangnya air laut yang membawa berjuta rahasia.
Gadis itu berusaha berdiri, Berlari tertatih ke arah tepi laut menatap hamparan laut yang tak berujung dengan kenyataan yang menghatam hatinya.
"KAK, ARRAYAN."
BUUUUURRKK
"Aaaash" Ringis seorang gadis yang terjatuh, Dari pusat gravitasinya, Kasur.
Gadis itu terus meringis kesakitan, Mengusap pelipisnya yang dengan mulusnya mencium kerasnya lantai.
Peluh memenuhi pelipis serta dahinya, Gadis itu terduduk kemudian menenggelamkan wajahnya pada bantal di pangkuannya, Menarik-menarik rambutnya, Mengerang kesal.
Ia kesal mengapa lelaki itu, selalu hadir dalam mimpinya belakangan ini. Ia marah, Tidak. Ia dongkol, Ia sudah berusaha Menghapus semuanya, memulai dari awal tetapi seakan takdir terus mengulang wajah lelaki itu seperti kaset di mimpinya.
Gadis itu berdiri, Mengambil kuciran di atas nakas kemudian mengulung rambut pirangnya tinggi, Merapihkan bajunya yang sangat kusut dan menutupi tali surganya yang terekspos.
Kemudian bergegas, keluar dari persemediannya, kamar. Untuk mengisi perutnya yang sudah mulai berdemonstrasi, Sangat perih, Ia harus makan.
"Pagi semua." Sapa gadis itu, Kemudian menarik kursi di hadapannya dan menjatuhkan bokongnya di sana.
"Pagi, Key." Balas kedua orang tuanya, Yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing terus menatap layar persegi cangih di hadapan mereka.
Keynara nama gadis itu, Ia mendengus melihat kedua orang tuanya, yang gila kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA DETIK
Teen FictionMencintai seperti Detik, terus berputar sesuai arah tujuan, tanpa pernah berhenti atau pun berputar mundur. Walaupun banyak orang yang tidak peduli, berapa banyak Detik yang mereka habiskan. Seperti aku, mencintaimu tanpa henti seperti detik, tanpa...