FIVE

34 12 6
                                    

"Mengagumi dari jauh, Tanpa bisa menyetuh seperti menyentuh angin yang tak pasti."

---Keynara--

***

"Arrayan" Milka mengigau, Dalam tidurnya dan merapatkan tubuhnya mencari tempat nyaman di bahu kekasihnya.

Rayan yang mendengar igauan kekasihnya, Hanya mengelus surai indah kekasihnya agar kembali tidur dengan nyama

Key masih berada di dalam pelukan raka, Sesegukannya sudah mulai hilang namun hidungnya terlihat memerah seperti badut dengan bekas aliran air mata di pipinya putihnya.

"Udah ah nanggisnya, pacar raka kok jadi cengeng." Raka melonggarkan dekapannya, Melihat wajah key kemudian menertawakannya.

Key kesal, ia memukul bahu raka kencang. Mendapatkan pukulan dari kekasihnya raka meredakan tawanya digantikan dengan kekehan, ia gemas dengan kekasihnya ia kembali memeluk key dengan mengoyangkan tubuhnya ke kanan dan kekiri.

"Udah ah, pelukannya. Aku mau pipis." Raka mendorong bahu key pelan, Sebelum key menjauhkan kepalanya dari tubuh raka ia terlebih dahulu menyeka ingusnya di baju raka.

"Dih jorok" Raka menunjuk bajunya, yang di pakai sebagai lap ingus kekasihnya.

"Bodo." Key membalasnya dengan suara serak khas orang yang habis menangis.

"Gapapa, Yang penting gak nangis lagi, kan cantik." Ucap raka membantu key, menghapus jejak air mata di pipinya dengan jari-jari tangannya.

"Bro, bisa berhenti dulu gak, Gua kebelet nih." kata raka dengan menepuk bahu rayan, Tanpa sadar tenyata tanganya sedikit menarik rambut milka.

"Eungg." milka melenguh, Menarik kepalanya dari bahu nyaman kekasihnya, Kembali duduk tegak di bangkunya dengan kesadaran yang belum pulih.

"Sorry-sorry gak sengaja gua." Raka memang tidak sengaja menarik rambut milka, rambutnya aja yang mau banget nyangkut di tangannya.

"Ihh, Nyebelin banget gua lagi enak tidur juga." Balas milka dengan suara serak khas bangun tidurnya kedua tanggannya masih sibuk mengucek-ngucek kedua matanya dengan sesekali menguap lebar.

Rayan yang melihat tidur kekasihnya tergangu kembali mengelus surai panjang kekasihnya memberi kenyaman.

"Gua berhenti di pom depan." Ucap rayan, Beberapa saat kemudian mobil BMW milik rayan sudah terpakir mulus di parkiran pom.

"Jangan tinggalin gua, Aku keluar dulu sayang." Pamit raka kepada kekasihnya yang masih setia dengan wajah cemberutnya.

Perlakuan rakalah yang semakin membuatnya sedih, mengapa lelaki itu terlalu baik padanya, kenyataannya dia menyakiti hati raka dan sahabatnya, dengan rasa yang gak seharusnya tumbuh semakin dalam dan mengakar kuat di relung hatinya.

"Sayang masih ngantuk." Eluh milka kepada rayan yang masih setia mengelus surai panjang milka.

"Yaudah keluar dulu yuk, Beli kopi supaya gak ngantuk lagi." usul rayan kemudian ia keluar dari mobil berlari kecil memutari mobil untuk membukakan pintu kekasihnya.

"Gendong." Ucap milka manja, merentangkan kedua lengannya meminta kekasihnya untuk mengendongnya.

"Sayang, ini tempat umum jalan aja ya." tolak rayan secara halus, kemudian mendekati kekasihnya untuk membantunya turun.

Milka yang masih lemas karena tenaganya belum kembali sepenuhnya, berdiri dengan menyandarkan tubuhnya ke dada bidang kekasihnya, Rayan yang merasa beban di tubuhnya bertambah memeluk pingan milka agar dapat berjalan seimbang.

RAHASIA DETIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang