[ Chapter 5 : Andai saja ]

226 36 1
                                    

     Rosa tersenyum tanpa henti sejak hari ulang tahun Farrel,adiknya Dimas. Entah lah mungkin dia sedang bahagia? Siapa yang mengerti isi pikiran Rosa? Bahkan kakaknya sendiri pun tak memperdulikan dia.

    "Dimas!"panggil Rosa.

Dimas tidak menengok juga tidak menyahut,ia tau itu Rosa. Terbukti ketika sebuah rangkulan mendarat di pundaknya.

    "Tidak mau berterimakasih?aku udah bantu lho"Rosa tersenyum.
Dimas mendengus, "sama-sama"
    "Ih?kok sama-sama?kan harusnya Rosa yang bilang" Rosa mempout.
Dimas diam memerhatikan,bagaimana mungkin?Rosa terlihat--lucu? Tidak.Tidak. Ada apa dengan Dirinya. Mungkin matanya sedang kelilipan,itu tidak benar.
     "Berhenti seperti itu. Menjijikan"dengus Dimas memalingkan wajahnya.
     "Seperti apa?bagaimana?kenapa?"Rosa kembali bertanya.
Dimas merotasi matanya,sudah ia bilang kan, Rosa tetap lah Rosa.
     "Minggir,bentar lagi bel. Pacaran jangan di tengah jalan,ganggu" ucap Mark.

Dimas menyingkir,begitu juga Rosa. Mark berlalu sambil menggedikan bahunya acuh,setelah Mark pergi. Rosa kembali mendekati Dimas.

    "Pacar itu apa?"Rosa memiringkan kepalanya.
    "Musuh" ucap Dimas asal.
Rosa diam, lalu bertepuk tangan.
     "Kenapa lagi?"lelah Dimas.
     "Dimas bilang pacar itu musuh kan?iya kan?iyakan?" Rosa menujuk-nujuk Dimas.
    "Ya..?"ragu Dimas.
    "Yeah! Berarti Rosa sama Dimas pacar. Kan Dimas musuh Rosa. Tapi Rosa engga anggep Dimas musuh,tapi ga papa. Sekarang kita musuh" Seru Rosa semangat.
Dimas melotot tidak setuju, "Tidak. Tidak. Apa-apaan kau ini?!"
    "Lho?Kenapa?kan bener"Rosa bergenti tepuk tangan.
    "Pacar itu teman dekat"ralat Dimas.
    "Kalau begitu,Dimas teman dekat Rosa. Sama saja. Pokoknya kita pacar, mau itu musuh atau teman. Intinya pacar kan?iya pokoknya!" Ucap Rosa.
Dimas tak terima, "Pokoknya engga!"
    "IYA!"
    "ENGGA!"
    "IYA!"
    "I HATE U" setelah berkata seperti itu,Dimas berlalu meninggalkan Rosa yang mulai menghentak-hentakan kakinya kesal.
    "Huh? Aku juga cinta Dimas" sahut Rosa.
   'Astaga,aku bisa gila. Teori macam apa itu,sialan' batin Dimas kesal.

     Malam ini ayah kerja lembur,jadi Farrel berani tidur lebih lambat. Karena ia bosan, ia memilih pergi ke kamar kakaknya.

Tok..tok..tok

Farrel mengetuk pintu kamar,menunggu sang kakak membuka pintu. Setelah hampir 2 menit menunggu,baru lah pintu kamar terbuka. Memperlihatkan Dimas yang sedang mengucak matanya.

    "Kenapa?"tanya Dimas sambil menguap.
    "Aku tidak bisa tidur" jawab Farrel.
    "Tidak bisa atau sengaja?"tebak Dimas.
Farrel nyengir, "hehe, maaf"
    "Ayo, kakak temani kamu tidur" ajak Dimas.
    "Tidak. Tidak mau. Farrel mau tidur di kamar kakak"cegah Farrel.
   "Tidak bisa,ayo kembali ke kamar mu,kakak temani"Dimas menggeleng pelan.

Ia ingin mengajak adiknya masuk kamarnya,tapi itu tidak mungkin, banyak obat dan perban di kasurnya. Ia berusaha mengobati lukanya dan berakhir ketiduran.

     "Ku mohon sekali saja kak"rengek Farrel.
Dimas menggeleng, "ayo,lain waktu aku ajak kamu menginap di kamar ku"
     "Janji?"
Dimas mengangguk, "Promise"
     "Tapi,malam ini kakak harus tidur di kamar ku. Jangan tinggalin aku saat aku sudah terlelap kak. Aku takut" Farrel menatap Dimas.
     "Tidak janji,tapi kakak usahain"Dimas merangkul Farrel.

Saat di kamar, Farrel tidak berhenti memegangi lengan Dimas, ia takut. Akhir-akhir ini, ia bermimpi buruk tentang kakaknya yang selalu mendapat cambukan saat dirinya menangis.
     "Hei,kenapa melamun?"Dimas mengusap kepala Farrel.
     "Ah?tidak apa,aku cuma mengantuk"Farrel mengucak matanya.
     "Kalau begitu,ayo tidur. Sudah malam,nanti ayah marah jika tau kamu belum tidur"
     "Baiklah,selamat malam kak. Aku sayang kakak" Farrel mulai memejamkan matanya.
     "Kakak lebih menyayangi mu" Dimas mematikan lampu tidur, kemudian menaikan selimut sampai leher Farrel.

Dimas menatap Farrel dalam diam, andai mama masih disini. Ayah tidak mungkin mencabuknya,memukulnya atau membentaknya. Ia ingin ayah memperlakukan nya seperti dulu. Menggendong nya ketika ia terjatuh,membelikan nya hadiah ketika ia mendapat juara kelas atau menemaninya ketika ingin tidur di malam hari.

Setelah kepergian Mama, ayah seakan-akan yang paling merasa sedih. Mengabaikan anak pertamanya kemudian terobsesi pada anak keduanya karena Farrel tiruan dari Mama. Meski begitu, Dimas tidak akan pernah bisa membenci adiknya.

Tbc or End?

-kee🐾

B r o t h e r || JHS & JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang