[ Chapter 7 : Fakta ]

206 32 1
                                    

Pagi ini,entah setan apa yang merasuki Dimas, karena dia merasa bersalah pada Rosa. Matanya tanpa sadar mencari keberadaan gadis itu. Tapi sejak tadi ia tidak melihat Rosa. Sebuah pesan masuk ke ponselnya,

Rosa Buluk

| Apa Dimas mencari Rosa?
Rosa harap iya, karena hari ini Rosa izin tidak masuk,Rosa sakit:(
Apa Dimas ingin berkata sesuatu agar Rosa cepat sembuh?:)

Dimas membacanya dengan malas--walau ada sedikit rasa khawatir ketika ia tau Rosa sakit.

Read

Tak berapa lama,pesan kembali masuk.

| Kenapa hanya di read?
Apa Dimas tidak punya kuota?

Dimas mendengus,kalau ia tidak ada kuota bagaimana mungkin ia dapat membaca pesan Rosa.

Hanya malas |

| akhirnya di balas, ga papa jawabannya 'hanya malas'
Yang penting Dimas menjawab pesan Rosa.
Senangnya ♡♡♡

Hilangkan love itu,menjijikan |

| ah Dimas menyukainya?
Baiklah Rosa akan menggunakannya kalau chat dengan Dimas ♡

terserah, gue ga suka |

| Rosa suka Dimas ♡
Rosa off ya, ingin istirahat.
Semangat♡

Dimas hanya membacanya, wajahnya datar tapi hatinya seperti habis lari maraton. Apa yang barusan Dimas rasakan?

"Kak" panggil Farrel.
Dimas menoleh, "ya?"
"Kak Rosa sakit?"tanya Farrel.
"Tau dari mana?"
"Kak Rosa yang bilang,emang bener?"
Dimas mengangguk, Farrel menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal.
"Kakak tau rumah kak Rosa?"
"Untuk apa?"
"Tau tidak?"
Dimas ngangguk, "anterin Farrel yuk kesana,mau jenguk kak Rosa"
"Engga, ada ayah" tolak Dimas.
"Jadi kalau ga ada ayah berarti mau?" Tanya Farrel.
"Tetep engga"Dimas geleng.
"Kalau gitu, aku mau minta izin sama ayah, pasti boleh" Farrel beranjak ke kamar ayah.

Dimas yang sedari tadi mengikuti Farrel sampai ke depan pintu kamar ayah hanya bisa menahan gugupnya, ia cemas. Tapi Farrel keluar dengan wajah yang berseri.

"Coba tebak apa kata ayah kak"seru Farrel.
Dimas menggeleng kaku.
"Ayah mengizinkan nya! Tapi, sebelumnya ayah memanggil kakak. Katanya mau ngomong sesuatu, kalau gitu Farrel mau siap-siap dulu ya kak. Farrel tunggu di bawah" Farrel berlalu memasuki kamarnya.

Dimas menelan ludah dengan susah payah, mengetuk pintu kamar ayahnya, dan membuka knop pintu dengan gemetar.

"Ada ap- "
"Apa yang kamu mau dim?" Suara ayah memotong perkataan Dimas.
"Ma-maksud ayah?" Dimas menunduk.
"Kamu ajarin apa adik kamu?sebelum-sebelum nya dia ga pernah tertarik untuk keluar rumah." Raut wajah ayah tidak dapat di baca.
"Aku ga ajarin apapun yah,beneran."Dimas masih menunduk.
"Hari itu Farrel luka karena pergi keluar, dia bersama dengan mu. Tidak mungkin Farrel pergi keluar tanpa diajak oleh seseorang kan?.Ayah sudah bilang pada mu, Farrel tidak boleh pergi keluar."
"Maaf yah,tapi Farrel sendiri yang- "
"Bagus. Jadi sekarang kamu nyalahin adik mu,begitu?"
Dimas menghela nafas pelan, "maaf yah"
"Sekarang kau mau ajak adik mu kemana? Mau melukainya lagi? Mau mebuat ayah menghukum mu dengan yang lebih berat?"
Dimas menggeleng cepat, "tidak yah,kumohon jangan"
"Kalau begitu,jangan meracuni otak polos adik mu dengan kejam nya dunia luar. Kalau pulang nanti Farrel kenapa-kenapa, kamu tau resikonya"
Dimas mengangguk, "keluar" ucap ayah.

"Wah senangnya bisa keluar rumah" seru Farrel.
"Jangan jauh-jauh Farrel, nanti kamu bisa hilang" Dimas menarik lengan adiknya.
"Oh ayolah kak, aku sudah dewasa. Aku tidak akan hilang begitu saja" Farrel merengut kesal.
Dimas hanya diam, pikiran nya bercabang-cabang. Bagaimana kalau nanti Farrel kenapa-kenapa? Apa yang dia dapat dari ayahnya?

"-ak"

Kalau dicambuk lagi, bisa saja kulit punggung nya robek. Luka yang minggu lalu saja belum sepenuhnya kering.

"-kak!" Panggilan Farrel mengembalikan kesadaran Dimas.
"Y-ya?"
"Kenapa kak?kok melamun?"
Dimas menggeleng, "ga papa"
"Ini rumahnya?"tanya Farrel menujuk rumah yang -err lumayan besar ini.
"Seketika aku ragu" ucap Dimas pelan.
"Kalau begitu ayo pencet bel nya" Farrel menekan bel nya.

Sekitar 5 menit menunggu, pintu itu terbuka dan memperlihat kan wanita yang datang tergesa. Di lihat dari pakaian nya, sepertinya ia pembantunya Rosa.

"Maaf nak, ada apa ya?"
"Mmm apa ini rumahnya kak Rosa?"Farrel menjawab lebih dulu.
"Ya,kenapa?"
"Apa kak Rosa nya ada?"
"Adik saya ingin menjenguk Rosa, saya teman sekelas nya" Dimas ikut menjawab.
"Ah teman nya non Rosa ya,silahkan masuk. Maaf membuat kalian menunggu" Wanita itu membuka kan gerbang rumah Rosa.
"Duduk dulu, saya panggil kan non rosa"
Wanita itu pergi ke lantai atas, yang Dimas yakin adalah kamar Rosa. Di lihat dari rumah ini, Rosa tidak mungkin anak--err miskin kan?
"Kak, rumah nya kak Rosa besar juga ya, aku kira rumah nya seperti kita. Ya tidak besar, tidak kecil juga sih" ucap Farrel sambil menatap sekelilingnya takjub.

Dimas jadi teringat ketika Rosa bilang ia kerja sampingan di toko untuk membeli hadiah Farrel. Ia rasa Rosa membohongi nya soal itu.

Langkah kaki yang tidak sabaran itu terdengar, juga pekik kan senang.

"Dimas!?"seru Rosa senang,kemudian tersenyum.
"Eh?ada Farrel?aih senang nya"Rosa berlari ke pelukan Farrel.
Farrel membalas pelukan Rosa, "kakak sakit apa?"
"Aku demam tadi,tapi sekarang udah sehat, karena kalian jenguk" Rosa menatap keduanya dengan binar bahagia.
"Ah bibi,ayo buat kan mereka minuman, jangan biar kan mereka mati ke hausan bibi" Rosa cemberut menatap wanita--yang di panggil bibi oleh nya.
"Ga usah repot-repot kak" Farrel tersenyum.
"Sttt.. harus mau pokoknya!"Rosa menghentak hentakan kakinya.

Dimas menghela nafas, sebenarnya dia lega melihat Rosa sudah sehat tapi ada rasa yang menganjal di hatinya ketika melihat ke akraban keduanya.

"Dim?dimas!"panggil Rosa gemas.
"E-eh?"
"Kenapa?kok natap Rosa ga kedip? Rosa tau Rosa cantik, tapi jangan di liatin terus. Nanti kalau jatuh cinta gimana?"ucap Rosa.
"Jangan bercanda"Dengus Dimas.
"Ahaha mana mungkin kak Dimas suka sama kak Rosa"kekeh Farrel.

Dimas dan Rosa menengok bersamaan, Farrel jadi bingung.

"Kenapa?"tanya Farrel.
"Dimas emang ga mungkin suka sama Rosa"Seru Rosa.
Dimas menutup telinganya, "berisik!"
"Farrel suka Rosa?"tanya Rosa.
Farrel menunduk,menutupi rona merah di pipinya.
"Beneran?!Uh terimakasih tapi kenapa harus Farrel yang suka Rosa?Kenapa tidak Dimas yang suka Rosa?"

Perkataan terakhir Rosa membuat Farrel berhenti tersenyum, "maksud kakak?"
"Rosa sukanya Dimas,bukan Farrel" Jawab Rosa tanpa beban.

Farrel menunduk,lalu berdiri.
"Terimakasih, aku pamit kak. Semoga cepat sembuh"
Farrel pergi mendahulu kan Dimas, Dimas yang tau situasi langsung bangkit. Mengejar Farrel. Sebelumnya menatap Rosa kesal.
"Ih?Dimas,Farrel kok kalian malah pergi sih?minuman nya gimana?"kata Rosa sambil diri.

Rosa menghela nafas, "berpura-pura berbeda ternyata tidak semenyenang kan ini. Maaf"

Tbc or End?

-kee🐾

B r o t h e r || JHS & JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang