Rosa menghela nafas, "berpura-pura berbeda ternyata tidak semenyenang kan ini. Maaf"
Setelah mengatakan itu,Rosa berjalan gontai menuju kamarnya.
Jujur,ia lelah. Sangat lelah. Tapi dibalik itu semua,ada alasan yang membuat Rosa bertahan untuk itu. Siapa lagi kalau bukan orang yang dicintainya,Dimas.
.
.
.Dimas mengejar Farrel yang sudah berlari duluan meninggalkan rumah Rosa. Ia tahu Farrel kecewa. Namun,ia lebih terkejut lagi saat mengetahui fakta yang ia dengar sendiri dari mulut Rosa.
"Rosa sukanya Dimas,bukan Farrel."
Kata kata itu terus terngiang ngiang di telinga nya. Bagaimana mungkin Rosa mengatakannya di depan Farrel? Ia tak habis pikir dengan anak itu.
"Farrel!" Dimas meneriakannya,tapi ia tak mendengarkannya. Ia takut Farrel kenapa kenapa,berujung dengan puluhan cambukan di punggungnya.
Membayangkan nya saja,Dimas sudah bergidik ngeri.
"Farrel! Dengar!" Dimas akhirnya bisa menepuk pundak Farrel.
Farrel menoleh,"ada apa?" Wajahnya terlihat tidak suka,namun ia menyembunyikan nya.
"Kamu kenapa,sih?"
"Tidak ada apa apa. Hanya ingin pulang." Raut wajahnya berbeda dengan biasanya.
"Kamu kecewa dengan Rosa?"
Wajah Farrel terangkat,menampilkan wajahnya yang kusut. Ia menatap Dimas.
"Dia suka kakak."
"Kamu suka dia, bukan?"
"Bukannya kakak yang suka Rosa?"
"Jujur saja, Farrel."
"Iya aku suka!" Pekiknya tiba tiba. Dimas terkejut,tapi ia berusaha menyembunyikan keterkejutannya.
"Sudah kakak duga." Kata dimas.
"Kakak juga suka Rosa iyakan?"
Pertanyaan tersebut entah kenapa membuat dada Dimas berkecamuk. Mengapa rasanya lidahnya kelu untuk mengatakan yang sebenarnya? Ia saja ragu dengan perasaannya.
Dengan berat,Dimas akhirnya mengatakan,"tidak,Farrel."
"Kalau begitu bolehkah Farrel memiliki Rosa?" Tanyanya sambil tersenyum lebar.
Dimas menghela nafasnya sebentar,lalu mengatakan, "asal Farrel bahagia,tentu boleh."
"Horeee" Farrel bersorak gembira lalu meneruskan perjalanan ke rumahnya.
Dan di saat itu juga,Dimas merasakan perasaan aneh dalam dirinya pada Rosa.
-----♥♥♥----
Dimas merenung. Hatinya kini sangat bimbang. Hatinya mengatakan iya,tapi otaknya mengatakan tidak.
"Gamungkin gue suka sama Rosa! Sadar dim,dia itu punya kelainan mental! Lo harus relain rosa buat Farrel!"
Sementara hatinya berkata,
"Lo harus perjuangin Rosa,Lo harus balas cinta Rosa,dia itu cinta sama lo!"
Dimas mengerang frustasi. Apa yang harus ia lakukan? Mengapa semuanya terasa rumit?
.
.Farrel mengecek handphone nya. Ada chat masuk dari rosa. Ia buru buru membukanya.
| farrel?
Farrel tersenyum lebar kala melihat satu kata itu. Lantas ia langsung menjawabnya.
Ada apa?|
|kamu marah?
Tidak kok|
| maaf ya,aku memang suka
pada dimas,bukan farrel.Farrel mencelos. Ia menghela nafasnya berat.
Aku tidak peduli,yang penting|
Aku tetap suka kak rosa| terimakasih Farrel
Tidak masalah |
Apanya yang tidak masalah,itu justru masalah besar bagi Farrel. Ia ingin rasanya membuat Rosa suka padanya,bukan pada kak dimas yang bahkan tidak menyukai Rosa.
Mengapa dunia ini tidak adil?, pikirnya.
Farrel tidak bisa tidur malam itu. Pikiran pikiran tentang Rosa menghantui pikirannya. Ia mengerang kesal.
Ia memutuskan untuk pergi ke kamar ayahnya untuk tidur bersama ayahnya,mungkin saja bisa membuatnya lebih tenang.
"Farrel ada masalah apa,hm?"
Farrel menatap ayahnya yang juga sedang menatapnya.
"Aku bingung,yah." Katanya.
"Bingung kenapa? Cerita saja pada ayah." Kata ayahnya sambil mengusap lembut rambut Farrel.
"Aku menyukai perempuan yang menyukai kak Dimas. Sedangkan kak Dimas sendiri tidak menyukai dia."
Ayahnya terkejut,Rahangnya mengeras. Seketika ia teringat percakapan masa lalunya.
"Hei,jangan menangis" ujar laki laki itu.
"Hiks,aku mencintainya,tapi ia tidak mencintaiku. Aku ingin mati saja hiks." Perempuan itu menangis sesenggukan.
Laki laki itu mendekapnya perlahan, "aku mencintaimu,Laras,dan selamanya akan begitu."
"Tidak,alvian. Aku tidak mencintaimu. Tolong mengerti aku."
"Kamu tidak mungkin menunggunya. Ia bahkan mencintai orang lain."
"Lihat saja,aku pasti bisa mendapatkanmu"
Dan pada akhirnya,mereka dijodohkan oleh orangtua Alvian dan Laras yang akhirnya melahirkan Dimas dan Farrel.
Laras memang meninggal setelah melahirkan Farrel yang terkena penyakit bawaan, bahkan ia tidak pernah mencintai Alvian selama mereka menikah,dan Alvian benci mengapa ia tidak bisa membuatnya mencintai dirinya. Dan ia melampiaskan kebenciannya itu pada Dimas yang bahkan tidak salah apa apa.
"Ayah?" Ayahnya itu menoleh lalu tersadar.
"Ah,maaf. Bagi ayah kamu harus merebut kembali perempuan itu apapun yang terjadi." Ujarnya tegas.
"Sekali pun itu akan melukai kak Dimas?"
"Ya, sekalipun itu akan melukai Dimas."
----♥♥♥----
"Dimas." Panggil ayahnya.
Dimas menoleh,lalu menghampiri ayahnya. Adiknya belum bangun saat ini. Mereka hanya bicara berdua.
"Ada perempuan yang menyukaimu?"
Dimas jelas terkejut, bagaimana mungkin ayahnya itu tahu?
Dimas mengangguk,apa gunanya juga berbohong?
"Dan farrel menyukai perempuan itu?"
Untuk kedua kalinya,Dimas hanya mengangguk.
"Kamu menyukai dia?"
Serasa ada petir yang menyambar Dimas saat itu juga. Dimas menggigit bibir bawahnya, menyembunyikan kegugupannya.
Kalau ia menjawab tidak,ia berbohong dan ia tidak akan tahu kelanjutan hidupnya nanti,jika ia bilang iya,maka itu akan menyakiti Farrel,bisa bisa berujung cambukan di punggungnya. Tidak,Dimas tidak mau.
Dimas menggeleng lemah.
"Sekalipun kamu suka dia,relakan itu untuk Farrel. Ia berhak bahagia."
Lantas,kalau Farrel berhak bahagia,mengapa dirinya tidak?
Pertanyaan itu terus berputar di otak Dimas.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
B r o t h e r || JHS & JJK
FantasyPada kenyataan sebuah cerita, selalu ada pengorbanan dan penyesalan. 17 tahun kehidupan Dimas, setelah menanti bersama ke sabarannya, satu impian kecilnya terwujud.