[ Chapter 12 : The Truth ]

251 33 2
                                    

"Farrel?"

Farrel sedikit terkejut,lalu membenarkan posisi duduknya. Ia menatap Bu Allysa yang sedang mengajarnya hari itu. "Ada apa?"

Bu Allysa tersenyum manis,"Farrel ada masalah? Coba cerita."

Farrel menghela nafasnya,"kak Dimas. Farrel curiga dengan kak Dimas."

"Memangnya kakakmu kenapa?" Tanya Bu Allysa.
"Banyak hal yang membuatku mencurigainya. Dari luka di dahinya,pecahan vas bunga di kamarnya,pil,perban dan obat obatan di nakasnya. Semua itu pasti berhubungan." Jelas Farrel.

Bu Allysa menangkup wajah Farrel,"ibu tahu Farrel itu pintar. Farrel pasti bisa pecahkan ini sendiri. Ikuti kata hatimu ya. Kamu pasti bisa menemukan kebenaran yang selama ini belum terungkap."

Ucapan Bu Allysa tersebut membuat Farrel kembali berfikir tentang kebenaran itu. 

---♥♥♥---

Dimas baru saja selesai beres beres kamarnya setelah ia mendengar seseorang membuka pintu kamarnya.

"Dimas?"

Dimas menoleh,laki laki berumur setengah abad itu masuk ke dalam kamarnya.

"Ayah mau bicara."

"Bicara saja." Seperti tak acuh,Dimas  malah mengambil ponselnya.

"Dimas, dengarkan ayah."

Dimas mengerang pelan,ia menatap wajah ayahnya,"ada perlu apa? Menyuruhku mendonorkan jantungku ini?"

Ayahnya menghela nafasnya,"Dimas,kamu tahu Farrel membutuhkan itu."

"Jadi aku harus memberikan itu untuk Farrel iyakan? Ayah,tolong,aku juga ingin hidup bahagia. Apa ayah tidak ingin melihat aku bahagia?" Tanya Dimas dirundung rasa kesal.

"Kebahagiaan Farrel sangat berarti bagi ayah." Jawaban ayah membuat Dimas kembali mencelos.

"Itu berarti kebahagiaan ku tidak berarti?" Batin Dimas.

"Farrel itu terkena penyakit bawaan seharusnya kamu mengerti itu. Bisakah kau membagi sedikit bagian tubuhmu untuknya? Tidak semuanya, Dimas." Jelas ayah.

"Bahkan aku sudah memberinya satu ginjal,ayah. Ayah,selama ini aku hidup menjadi bodyguard. Keinginanku hanya satu,ingin hidup bebas dan bahagia bersama kalian." Kata dimas lagi.

"Ayah tidak habis pikir dengan kamu. Mengapa kamu sangat egois,dim?" Pernyataan tersebut membuat Dimas mengangkat kepalanya.

"Aku tidak habis pikir dengan ayah. Apakah ayah sadar selama ini ayah hanya menyayangi Farrel?"

Kali ini,ayahnya yang terkejut. "Maksud kamu apa Dimas?"

"Aku tau kok yah,ayah buang sebagian obat dimas ke toilet,kan? Dimas gak marah yah,Dimas hanya kecewa." Tutur Dimas.

Ayah hanya diam. Mungkin ia merasa telah tertangkap basah.

"Coba lihat punggung mu Dimas." Tanpa basa basi,dimas segera membuka baju nya dan memperlihatkan punggung dengan puluhan bekas cambukan yang telah menghitam. Sangat mengerikan.

"Jika kamu tidak mau memberikan jantung itu,jangan harap kamu bisa selamatkan punggungmu."

Ucapan ayah tersebut membuat Dimas tercengang.

Tanpa sadar,ada yang menguping pembicaraan mereka,bahkan ikut melihat apa yang terjadi dengan punggung Dimas.

---♥♥♥---

Dimas baru saja meletakkan tas nya di bangkunya setelah ada suara yang memanggilnya. Suara yang selama ini Dimas rindukan.

"Dimas! Hai!" Katanya sambil duduk di sebelah Dimas.

B r o t h e r || JHS & JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang