[ Chapter 15 : Ending ]

424 31 8
                                    

Langkah kaki remaja laki-laki itu terasa berat. Ketika sampai di sebuah komplek, ia mengulas senyum sendu. Angin dingin menerpa helaian rambut hitamnya, tapi ia tak peduli.

Kemudian, remaja itu meletakan sebuket bunga lily di depan makam baru. Matanya mulai berkaca-kaca mengingat siapa yang berada di bawah sana.

"Hei. Apa kabar? Kau menyebalkan. Kenapa kau mendonorkan jantung mu bodoh? Nafas ku tercekat ketika tau kau yang mendonorkan jantung ini."ucapnya.
"...aku tau!tapi, kenapa!?Kau meninggalkan ku seperti ini?aku kesal!"

"Kak"

"Jangan bodoh dengan kau mendonorkan jantung mu,lihat!kau pergi. Aku membenci mu."
"Kakak, tidak baik berbicara seperti itu pada kak Ken."ucap remaja laki-laki satunya.

Remaja berambut hitam, Dimas. Mengusap wajahnya kasar sambil melihat makam di depan nya yang bertuliskan ' Ken Ramadhan '. Remaja satunya, Farrel. Bersimpuh di depan makam Ken,

"Hai kak, terimakasih banyak ya. Sebenarnya aku merasa tidak enak pada kakak yang mau mendonor kan jantung kakak untuk ku. Tapi, aku sadar. Dari pada menyesali sesuatu yang sudah berlalu,lebih baik kita mensyukuri apa yang sedang kita rasakan saat ini."ucap Farrel.
"Aku akan menjaga jantung ini dan kak Dimas untuk kakak. Sekali lagi,terimakasih banyak kak"lanjut Farrel.

Dimas menatap Farrel, lalu kembali menatap makam Ken, "sudah dua bulan kau pergi, aku katakan aku benar-benar merasa kehilangan mu, kau sahabat satu-satunya yang mengerti keadaan keluarga ku saat itu. Terimakasih kawan, aku harap kau bahagia terus disisi tuhan"

Ken memang berasal dari keluarga yang harmonis. Tapi,tidak lagi ketika sebuah kecelakaan yang merengut orang tua dan satu adiknya. Ken tumbuh menjadi remaja yang pendiam dan mati rasa.

Kemudian, takdir mempertemukan Ken dengan Dimas Alvian. Dengannya, Ken kembali dapat merasakan ketulusan dan rasa kasih sayang. Tatapan hangat Dimas ketika berada bersama adiknya, mengingatkan nya pada almarhum adik kecilnya. Meskipun Dimas mendapat perlakuan tidak adil, tapi ia tetap sabar menghadapi nya.

Mengapa...ia bisa sebaik itu?

Dimas memiliki kesempatan kedua untuk dapat di sayang oleh ayahnya. Mungkin ia dapat berterimakasih pada Dimas dengan cara, ia mendonorkan Jantungnya  untuk Farrel.

"Tidak Ken. Jangan, biar Rosa saja" geleng Rosa.

Ya, Rosa menolak ketika Ken hendak mendonorkan jantungnya.

"...tidak papa Rosa. Ini kesempatan kedua untuk Dimas merasakan dunia yang lebih baik dengan kasih sayang tulus dari ayahnya."kata Ken.
"Tolong, jaga Dimas dan Farrel untuk ku. Kau gadis yang berani, cantik dan pandai. Aku tau kau hanya berpura-pura. Kau selalu membuat ku kagum bagaimana kau tetap tegar berada di sisi Dimas ketika ia secara terang-terangan bilang membenci mu. Jujur aku, aku... mencintai mu." Ucap Ken, mengusak rambut Rosa pelan.
"Aku harus pergi,ingat pesan ku ya" Ken pergi menjauh.

Ayah menatap dinding depan kamarnya dengan tatapan kosong, sudah hampir dua bulan ia tidak mau makan dengan baik, ia juga tidak mau berbicara pada orang. Pikiranmya penuh dengan Dimas.

"Dimas..."
"Anak ku..."
"Kau dimana?"
"Ayah rindu kamu Dimas"
"Dimas"

"Ayah"

"Pergi! Kau bukan Dimas anak ku. Aku jahat.."
"Ayah tidak jahat" ayah menghela nafas kesal, kemudian menatap sosok di belakangnya,menatapnya tidak percaya.
"...Dimas?"bisik ayah tidak percaya.

Sosok itu tersenyum, melambaikan tangannya.

"Ayah?"

"YA!FARREL!ADA PENGUNTIT BERPENAMPILAN DIMAS!" Ayah berteriak histeris.

Dimas anaknya telah meninggal.

"Ayah,ini aku. Dimas" kata Dimas bingung.

"HEY!JANGAN SEBUT NAMA ANAK KU DENGAN MULUT SAMPAH MU!", kemudian Farrel menjawab.
"Ayah,dia memang kak Dimas anak mu." Ucap Farrel lembut.

"TIDAK! TIDAK! DIMAS ANAK KU TELAH MENINGGAL! AKU MEMBUNUHNYA! MENYURUHNYA MENDONOR KAN JANTUNGNYA!" Ayah mencengkram rambutnya, Farrel menahan tangan ayah.
"Ayah jangan menyakiti diri ku mohon, kak Dimas tidak meninggal. Ayah sadar lah"Farrel mengusap tangan ayah guna menenangkannya.
"...Farrel,apa..ayah?"ragu Dimas.

"Ya kak, semenjak berhasilnya operasi jantung ku. Ayah seperti seorang kesetanan. Ia memasuki ruang operasi dan tak menemukan jasad kakak,
Ia memaki semua orang yang saat itu bertugas meng operasi ku. Mereka bilang bahwa kakak telah di urus oleh seseorang. Ayah merasa bersalah. Lalu tidak mau makan dan tidak mau berbicara pada ku. Ia hanya mengucapkan nama kakak." Jelas Farrel.

Dimas menunduk, haruskan ia merasa senang atau kembali sedih?.

Bagaimana bisa kamu,tetap bertahan walau terus disakiti. Tetap tersenyum saat dia lukai. Dan
tetap menyayangi di saat dia tak peduli.

- Dimas Alvian -

🍃  E   N   D  🍃

Note:

Akhirnya selesai jg cerita bareng baejiruby, setelah aku 2 kali ngulang ngetik krn tb2 hp mati dan blm sempet ngesave. Sm waktu ngeblok buat di edit, eh kepencet angka 6 dan hilang semua. Kudu sabar emg.

Jd gmn sm ending dari Brother menurut kalian? Jangan lupa Vote dan Comment. See u next story.

-kee🐾

B r o t h e r || JHS & JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang