9

1.1K 232 15
                                    

"Yaudah sana gih tidur. Capek kan lo pasti," kata Kai saat Keana terus memintanya untuk mengulang apa yang cowok iu katakan sebelumnya.

Dia beranjak dari sofa dan mengambil celana training dan kaos hitam polos kemudian ke kamar mandi. Melihat Kai, Keana mendengus pelan. Dia kan masih penasaran Kai ngomong apaan.

Keana membaringkan tubuhnya ke ranjang Kai, kemudian menoleh ke samping. Dia melihat meja belajar Kai dan mengerutkan keningnya melihat beberapa foto yang dipasang di wall grid.

Penasaran, Keana beranjak ke bangku meja belajar Kai. Ternyata bukan beberapa, tapi ada banyak foto yang dia jepit di sana. Dari semua foto yang dijepit di sana, perhatian Tama terpusat dengan salah satu foto dimana ada dua bocah kecil yang lagi mamerin senyum lebar dengan gigi ompong di dalam kolam renang.

Keana mengambil foto itu. Kedua alisnya hampir menyatu melihat dirinya dan Kai semasa kecil. Dan, Keana ingat umurnya saat itu baru 7 tahun. Mereka berenang di kolam renang Kai dengan ban yang melingkari pinggangnya. Sedangkan Kai, dia sudah fasih berenang.

"Kamu cemeh ah! Masa udah gede masih pake ban?" Kai keci meledek Keana yang baru memasuki kolam dengan ban biru di pinggangnya.

"Emang kenapa?" Keana cemberut, bibir bawahnya mencuat keluar mendengar ledekan Kai. "Kan aku belum bisa berenang."

"Yaudah sini biar aku ajarin kamu berenang. Malu tau umur segitu masih belum bisa berenang. Liat dong, aku gak make gituan."

Keana mendengus. Dia menoleh ke belakang, melihat mamanya dan mama Kai asyik membuat kue di dapur lewat pintu kaca.

"Eh, jangan nangis!" seru Kai agak berbisik dan membekap mulut Keana yang mulai menangis. "Iya-iya aku gak ngatain kamu lagi. Tapi mau gak diajarin berenang?"

Keana mengulum bibirnya ketika Kai melepaskan tangannya. Menatap Kai yang meniliknya khawatirㅡtakut kena omelan mamaㅡKeana mengangguk. Detik kemudian rautnya berubah dengan senyuman.

"Nah gitu dong! Jangan nangis lagi."

"Abisnya kamu jahat sih."

"Bukan jahat, emang kamu gak bisa berenang kan?" Kai menyengir melihat Keana mendelik kesal. "Udah ayo aku ajarin berenang."

Keana mendongak mendengar suara pintu dibuka dan ditutup kembali. Melihat Kai yang baru meletakkan handuk kecil ke gantungan, cowok itu menaikkan sebelah alisnya melihat Keana duduk di meja belajar dan memegang foto.

Kai mendekat, dia duduk di pinggir ranjang di hadapan Keana dengan kerutan di keningnya. "Foto apaan tuh?"

"Ini." Keana menunjukkan foto itu di depan muka Kai. "Coba dong lo senyum kayak gini. Jangan datar mulu muka lo. Ngeselin tau gak?"

Kai meraih foto itu. Ditatapnya lama dan menilik Keana yang menunggunya tersenyum. Desahan kecewa lolos dari bibir Keana melihat Kai menjepit kembali foto itu ke wall grid.

"Udah malem. Tidur sono." Kai beranjak dan duduk di sofa di depan ranjangnya. Membaringkan tubuhnya di sana, Kai menatap Keana yang mendengus.

"Besok kan libur, Kai. Senyum doang kenapa sih? Lagian gue belum ngantuk."

"Gue ngantuk," cetus Kai dan memunggungi Keana yang berdecak kesal.

Keana menghela napas panjang. Ya sudahlah cowok itu kelihatannya juga lelah seharian bekerja. Membaringkan di ranjang Kai, Keana menarik selimut sampai ke dagu.

Matanya menatap langit kamar yang dihiasi bintang yang menyala. Keana memandangnya lama, berusaha untuk ngantuk tapi tak kunjung ngantuk juga.

Keana berbaring ke samping kiri, menatap wall grid tadi dan menatap foto-foto di sana. Melihat Kai memakai baju wisuda berwarna biru langit, Keana teringat cowok itu lulusan SMA di London.

Terbesit pikirannya ke percakapan antara dirinya dan Taehyun. Melirik Kai yang masih memunggunginya, Keana ragu cowok itu udah tidur apa belum.

"Kai?"

Cowok yang disebut namanya pun membuka matanya. Tapi dia enggan untuk menatap Keana dan hanya menggumam saja. Kai belum benar-benar tidur. "Hm?"

"Udah tidur, ya?" Keana bertanya hati-hati. Apalagi melihat Kai masih memunggunginya. "Yaudah deh gak jadi. Semoga tenang tidurnya."

Kai masih diam sama posisinya. Entahlah, dia rasanya gak mau balik badan dan menatap Keana. Karena, dia masih penasaran apa yang akan Keana ucapkan.

Terdengar satu tarikan napas panjang di arah belakang. Kai yakin, cewek itu pasti belum tidur.

"Lo tau gak sih, Kai? Pertama kali gue liat lo lagi, gue seneng sebenernya. Hampir tujuh tahun gak ketemu dan lo pergi tanpa kabar itu, gue nyatanya nungguin kabar dari lo."

Tuh kan bener! Keana pasti bakal ngomong sendiri.

"Gue gak tau salah gue dimana sampe lo gak kasih tau gue kalau lo pergi. Temen-temen yang lain lo kasih tau, tapi gue doang yang nggak," Keana menghela napasnya panjang. Dia bersandar pada headboard sambil menatap punggung Kai, "Sebegitu bencinya ya lo sama gue?"

Keana tersenyum tipis. Hah, percuma saja dia ngomong sama tembok. Gak ada balasan sama sekali! Apalagi Kai udah tidur. Percuma aja ngeluh.

"Siapa bilang gue benci lo?"

Keana terlonjak melihat Kai tiba-tiba merubah posisi tidurnya menjadi duduk.

"Gak pernah sekalipun gue benci sama lo, Na."

Sepasang netra hazel itu menatap bola mata milik Keana yang membulat. Kai mendesah pelan, membasahi bibirnya dan kembali menatap cewek di depannya.

"Sekalipun gue gak pernah benci sama lo, Na."







Biar partnya banyak, gue mau kasih limit 800an words aja.

Dan... biar cepet update, JANGAN BANYAK SIDER YAA!

Sori kawan, penyakit author gue kumat hhh.

Mouth | Huening KaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang