13

1K 214 7
                                    

Pintu sebelah kiri dibuka sama Eunwoo, Keana langsung keluar dari mobil. Pandangannya langsung mengedar ke area parkir yang ramai dan penuh mobil.

Keana menunduk saat sela-sela jarinya dipenuhi oleh tangan besar Eunwoo. Jantungnya berdegup cepat. Pipinya terasa panas sebab dia jadi malu ketika gurunya menggandeng tangannya.

"Kita di mana, Kak?" Keana bertanya, tapi dia sama sekali gak menatap ke cowok yang sudah menatapnya dari tadi.

"Hotel."

Kepala Keana sontak mendongak. Matanya membulat melihat Eunwoo menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum. Pikirannya juga mulai bercabang.

"Mama saya udah nunggu di restoran, kita ke sana ya?"

"Eh?"

Walaupun Eunwoo sudah mengajaknya masuk ke dalam hotel, tetap saja Keana masih merasa linglung. Pasalnya kan dia rada telmi.

"Mama kakak udah di sini?"

"Udah, dari tadi sih."

"Yah aku kelamaan dandan ya kak?" tanya Keana, panik.

Eunwoo dengan antengnya jawab, "yaa gimana ya, udah dua jam dia nunggu kita sih. Kamu lumayan lama."

"Kok gitu?" Keana makin merasa bersalah sama mamanya Eunwoo. Mulutnya melengkung ke bawah. Matanya juga mulai memerah.

Tapi, Eunwoo diemin sampai mereka tiba di restoran dan masuk ke ruangan privat yang sudah dipesan oleh mamanya Eunwoo.

Di dalam ruangan sudah ada Mama Eunwoo dan segala hidangan yang memenuhi meja. Merasakan kedatangan tamu, Mama Eunwoo yang nuangin minuman ke gelas kaca langsung menoleh dan tersenyum yang mirip banget sama Eunwoo.

Eunwoo merunduk dirasa tubuh mungil itu mengumpat dibelaangnya. Eunwoo mengulum bibirnya dan menatap mamanya yang terheran. Santai dan terkesan seperti mencueki Keana, Eunwoo duduk di hadapan Mama membiarkan Keana masih berdiri di belakangnya yang berdiri.

"Eunwoo, kenapa Keana gak kamu ajak duduk?" tegur mama, kesal. Eunwoo yang sudah ia didik untuk bersikap lembut dan sopan kepada perempuan membuatnya marah.

Eunwoo mendongak. "Kenapa masih berdiri?"

"Aku mau pulang, kak," cicitnya sambil menggeleng.

Mama Eunwoo makin menatap mereka terheran. "Kamu kenapa sayang? Takut sama Mama Eunwoo?"

Detik berikutnya Keana terjongkok bikin kedua orang dewasa itu terkejut. Kemudian terdengar suara sesegukan meskipun kecil membuat Eunwoo sontak jongkok di depannya.

"Kamu kenapa nangis?" Eunwoo bertanya panik.

"Aku takut diomelin sama mama kakak." Keana menggeleng.

"Kenapa mama harus omelin kamu?" Ini suara mamanya Eunwoo. Ikutan panik dia.

"Karena aku udah bikin mama kak Eunwoo nunggu selama dua jam. Aku takut. Maafin aku mamanya kak Eunwoo bikin nunggu."

Pandangan mama bergeser ke cowok yang mengulum senyum karena ketahuan penyebab kenapa Keana ketakutan.

"Keana jangan takut. Mama gak akan marah sama kamu kok. Lagipula mama baru sampe sekitar sepuluh menit yang lalu."

Merasakan rambutnya yang diusap lembut, Keana perlahan mendongak. Pandangan pertamanya adalah senyuman manis wanita tua itu.

"Eunwoo bohong," kata mama lagi. Meyakinkan Keana.

Sontak Keana memandang Eunwoo yang menunjukkan cengirannya. "Maaf, Na. Saya cuma bercanda kok."

"Bercanda dari mana? Kamu bikin anak orang nangis tau!"

Keana menatap Eunwoo lama. Dia menggigit bibir bawahnya keras sampai sedikit berdarah dan itu dilihat oleh Eunwoo. Buru-buru cowok itu menarik pelan dagu Keana dan dia meringis sendiri melihat darah walaupun tidak banyak.

"Eunwoo ya ampun kamu," Mama Eunwoo menghela napas panjang. Gara-gara anaknya Keana jadi malu sampai segininya. "Mama panggil pelayan di sini dulu buat beliin obat untuk Keana. Kamu jangan bikin Keana nangis!"

Eunwoo tidak menghiraukan ucapan mamanya. Dia menatap Keana yang menunduk. "Maaf, Keana. Saya gak bermaksud."

"Tapi aku malu, kak. Malunya itu loh," kata Keana pelan. Dia sudah mengontrol dirinya untuk tidak menangis lagi, tapi air matanya terus turun membuatnya kesal yang membuatnya makin menangis.

"Udah-udah jangan nangis lagi. Make up kamu luntur kalo nangis loh." Eunwoo yang gemas mencubit pipi Keana pelan.

"Aku gak nangis!" kilah Keana. Tangannya sudah mengusap matanya tapi ya tetap saja air matanya terus turun.

Eunwoo terkekeh pelan. Dengan lembut kedua lengan kekarnya memeluk Keana dan membuat kepala Keana bersandar di dadanya. Dia menepuk pelan punggung Keana. Begitu lembut membuat Eunwoo tersenyum merasakan kakunya tubuh Keana.

Sedangkan cewek itu sendiri sudah membulat sempurna matanya. Dia tidak menyangka kalau gurunya akan memeluknya... selembut ini. Air mata yang terus turun tiba-tiba berhenti. Keana tidak menampik, kalau pelukan Eunwoo berhasil membuatnya berhenti menangis.

Hanya karena pelukan tiba-tiba itu tanpa mengucap sepatah katapun.

•••

Malam ini udara semakin dingin. Di tambah langit tidak menunjukkan keberadaan bintang yang berarti sebentar lagi akan turun hujan. Seorang cowok bertubuh jangkung dengan wajah tertekuk belum mau beranjak dari atap rumah.

Memandang gelapnya langit dan sedikit sinar rembulan, Kai menghela napas panjang. Sekarang sudah jam sepuluh tapi dia belum melihat sebuah mobil berhenti di depan rumah Keana.

Kai menggaruk rambutnya cepat lalu berdiri. Sepertinya Kai akan masuk ke dalam kamarnya. Percuma dia menunggu tapi orang yang tunggu belum datang juga.

Langkah Kai akan masuk ke dalam kamarnya mendadak berhenti dan menghadap ke depan. Di sana, mobil hitam yang membawa Keana tadi sudah terparkir rapi dk depan rumah cewek itu. Tanpa sadar, Kai mengulas senyum. Buru-buru dia turun ke bawah dan menemui Keana sebelum cewek itu masuk ke dalam rumahnya.

Namun baru saja dia keluar dari gerbang rumahnya, Kai berhenti melangkah. Semangat yang membuatnya ingin menemui cewek itu perlahan hilang kala melihat cowok itu menepuk pelan rambut Keana yang membuat cewek itu tersenyum.

Kai mundur perlahan. Bahunya merosot tak semangat. "Yang kedua kalinya, gue ngerasa kesel," gumamnya lalu tertawa pelan.
















Kok sidernya makin banyak ya?

Mouth | Huening KaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang