7

1.1K 236 5
                                    

"Bisa ramah sedikit gak sih?" sungut gue kesal.

Sekarang gue lagi bayar kopi tadi. Kak Eunwoo udah makan, gue pun. Selesai itu, gue capek mau pulang, gegoleran di rumah. Besok libur sih untunggg.

Kai menatap gue dengan alis terangkat. Raut mukanya masih aja datar dan gak beda jauh sama tembok di belakangnya.

"Peduli lo sama gue?" tanya dia, nyindir sih kayaknya.

Gue mendengus pelan. "Bukan gitu. Lo tuh kurang sopan di depan guru gue tau gak?" Gue menerima kembalian dari dia. "Ah bodo amat deh. Makasih," kata gue ketus kemudian pergi dari sana.

Kak Eunwoo mendongak melihat gue udah berdiri di depan dia setelah menyampirkan tas di bahu. Dia pun berdiri.

"Udah?" tanyanya, gue mengangguk. "Blok berapa?"

"Tiga E no. 17, kak." Gue menjawab sebelum masuk ke mobil. "Kakak sendiri di blok berapa? Kok baru tau kalau kakak juga satu komplek sama aku?"

Kak Eunwoo senyum sejenak. "Blok delapan."

Mata gue membulat dengarnya. Oke, di komplek gue ada beberapa tipe blok yang beda-beda model rumah. Setahu gue, dari blok 8 sampe 10 tuh perumahannya elit banget. Kayak model luxurious gitu. Sedangkan rumah gue perumahan biasa yang tingkat 2 dan cukup minimalis.

"Kamu mau main ke rumah saya?" Kak Eunwoo menoleh, masih tersenyum gitu bikin gue menimang sebentar.

"Aku telpon mama dulu bentar ya, kak."

Kak Eunwoo mengangguk, gue telpon mama gue dan bilang mau main sebentar di rumah Kak Eunwooㅡmama gue udah tahu tentang Kak Eunwoo iniㅡdan akhirnya dibolehin asal pulang nanti bawain americano satu.

Gue menghela napas pelan. Mama gue ini ada-ada aja kalau nitip pasti kopi lagi. Mana males banget gue ke sana.

"Aku dibolehin kak sama mama aku," kata gue sambil noleh, Kak Eunwoo mengangguk senang sambil... tersenyum lebar?

•••

Gue menusuk melon kemudian mengunyah dengan nikmat. Rasa manis langsung memenuhi mulut dan tenggorokan gue.

Mendongak, gue melihat kedua cowok tampan dan tinggi ini yang lagi ngobrol ringan. Sesekali gue diajak sih, tapi keseringan gak ngerti soalnya obrolannya hal dewasa gitu.

Gue kan masih kecil.

Btw, Kak Eunwoo ternyata gak tinggal sendiri. Dia tinggal berdua sama temannya dari kuliah. Dan itu adalah Pak Mingyu, guru olahraga gue yang lama sebelum keluar dan pindah ke sekolahnya Andin.

Iya, Andin pernah cerita kalau punya guru olahraga ganteng, manis, terus eksotis lagi.

Kak Eunwoo dan Mingyu tiba-tiba ketawa ngakak bikin gue penasaran dan mendongak. Masih asyik ketawa, dahi gue mengerut penasaran. Sadar karena gue merhatiin, tawa mereka mereda. Alis gue naik satu.

"Ngakak banget?" tanya gue kepo. "Ngomongin apa sih?"

Kak Eunwoo minum sebentar baru jawab pertanyaan gue, "Bu Nayeon nyungsep di kantor, otomatis semuanya ketawa bukannya dibantuin. Termasuk saya juga sih."

Sontak gue ikutan ketawa. Ngebayangin guru biologi yang nyebelin terus suka mepet guru cakep nyungsep. Apalagi kalau mukanya udah merah gitu karena malu. Aduh, gue makin ngakak.

"Telat lo ah tawanya!" seru Mingyu sambil terkekeh pelan. Btw, guru ini kelewat santai. Kalau bukan di area sekolah dan ketemu dia gak usah pake embel apa-apa dan bahasanya gue-lo.

Mouth | Huening KaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang