12

989 188 6
                                    

"Keana cepetan turun Eunwoo udah nunggu di bawah nih!"

Teriakan mama yang nyaring barusan sukses bikin gue tambah gugup.

Mengulum bibir, membentuk kepalan tangan dan menatap diri sendiri di kaca full-body membuat gue tambah gugup.

Padahal, baru aja gue pergi dari rumah kak Eunwoo 30 menit yang lalu dan rasanya kayak cepet banget.

Dan sekarang, dia udah di bawah. Nungguin gue.

Harusnya, gue gak usah segugup ini. Kan, cuma ketemu mamanya. Bukan mau dilamar.

Eh apaansih? Makin ngawur nih.

Tok tok tok

Pintu kamar gue terbuka dan sosok wanita cantik bermata cokelat itu menghampiri gue. Dia tersenyum melihat anaknya yang jarang pakai gaun ini.

Tenang, gaun yang gue pakai gak ribet kok. Cuma gaun santai warna krem dan sneakers cokelat muda. Gaun ini mama gue yang suruh pake, gue mana mau milih. Tapi, dipaksa sama si cantik biar sopan katanya daripada pake kaos sama jeans.

Yaudah, nurut aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yaudah, nurut aja.

"Cantik banget anak mama," pujinya begitu melihat riasan tipis yang gue pakai. Tangannya menyentuh bahu gue dan kita saling tatap lewat cermin besar ini. "Anggun, ya? Jangan ceroboh."

"Iya, ma." Gue menjawab malas. Pasalnya, ini udah yang kelima mama ngomong kayak gitu sejak gue cerita gue diajak dinner sama Kak Eunwoo dan ibunya.

Gue meringis kecil saat mama nyubit pipi kanan gue. "Jangan cemberut. Senyum terus, nanti ibunya Eunwoo takut liat muka kamu."

"Iya, ma."

"Jangan jauh-jauh dari--"

Gue pun balik badan sambil tersenyum lebar. "Mama bilang kak Eunwoo udah nungguin kan? Oke kalau gitu, aku pamit ya. Assalamualaikum!"

Buru-buru gue cium pipi dan tangan mama sebelum ngibrit ke bawah. Kalau gak gue potong, bisa makin panas kuping gue denger mama celoteh mulu.

"Kak."

Perlahan gue mendekat, pandangan kak Eunwoo tadi ke hape kini memandang gue. Gue mengulum bibir melihat kak Eunwoo malah terdiam.

Penampilan gue jelek, ya?

"Kak."

Dia langsung ngerjap mata berkali-kali. Berdehem pelan, dia tersenyum dan menengadahkan tangannya ke gue. Gue yang gak tau apa-apa cuma ngedip dua kali.

"Biar kamu gak jatuh, pegangan sama saya," katanya.

"Tapi aku gak make sepatu hak tinggi, kak."

Usai berucap, dia memasukkan tangannya ke dalam saku celana dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Suara langkah kaki mama yang mendekat menginterupsi kami. Mama tengah tersenyum dan ngomong sama kak Eunwoo. Gue cuma menatap malas ke mama yang senyum terus.

Sampai basa-basinya kelar, kita sekarang mau masuk ke mobil. Kak Eunwoo bukain pintu buat gue yang dengan senang hati gue terima. Tapi, ada suatu obyek yang bikin gue terpaku dan gak jadi masuk mobil.

Di depan mobil, beberapa meter jaraknya cowok jangkung dengan menaiki motor menatap gue datar. Gue tersenyum ramah. Gak apa-apa. Walaupun suka dibully terus kasih aja senyuman. Itung-itung kan ibadah. Hehe.

Tapi, karena gak dapet respon sama sekali, gue akhirnya masuk ke dalam. Selesai masang sabuk, kak Eunwoo baru jalanin mobil dan melewati Kai yang setia duduk di atas motornya.

Gue perhatiin terus. Sampai kita lewat dan udah mau belok, Kai mandang mobil ini sampai benar-benar belok ke kanan.

•••

"Lah anjir ngapa balik lagi lo?" Pertanyaan tersebut meluncur dari mulut Beomgyu melihat Kai datang lagi ke kafe dengan motornya.

Mukanya datar terkesan dingin, bikin siapa aja yang melihat malas mengajaknya ngobrol. Tapi beda lagi kalau sama yang udah deket.

Dibabat terooos

Kedua alis Jira terangkat melihat adiknya duduk di sampingnya. Tangannya terlipat di depan dada dan pandangannya menusuk menatap segelas kopi milik kakaknya.

"Gagal?" Jungkook bertanya melihat Kai kelihatan bete.

Kai mendongak, menatap kakaknya dan Jungkook yang entah sejak kapan sudah duduk di meja biasa mereka duduki. Lalu menghentakkan kepalanya ke belakang sambil mendengus kasar.

"Gue telat," ucapnya datar. Dia menatap bergantian enam orang di meja ini. "Dia pergi sama gurunya."

"Kemana?" sambar Taehyun. "Ngedate?" Taehyun sontak mengaduh ketika Yeonjun menyikutnya. Cowok itu melotot kesal.

"Iya."

"Serius ngedate?" Soobin yang bertanya, memperjelas.

Kai menghela napas panjang. Matanya memandang ke arah lain dengan kepala yang terasa pusing.

"Gue gak tau pasti sih, tapi dia make gaun santai gitu." Kai menundukkan kepalanya. Tanpa sadar bibirnya mengulas senyum tipis. "Dia manis."

"Manis?"

Kai kembali mendongak. Matanya sedikit membulat melihat semuanya menatapnya. Matanya mengerjap pelan, Kai berdehem kecil dan mengusap hidungnya.

Jira tersenyum lebar mengetahui kebiasaan adiknya. Mengusap hidung ketika malu. "Eeiiy... adek gue udah pintar muji cewek nih?" godanya membuat Kai merotasikan matanya. "Manis katanya."

"Kak," desis Kai, kesal.

Yang lainpun langsung ketawa melihat muka Kai yang memerah sambil mengusap pangkal hidungnya.

"Kenapa malu? Gapapa kali biar lo gak kaku amat."

"Bacot."




"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Mouth | Huening KaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang