Jisoo bangkit dari tidurnya. Langsung pada posisi terduduk, sedikit menggerakan kepalanya karena leher bagian belakangnya terasa sakit. Begitu kesadarannya terkumpul, ia menyadari kalau dirinya sedang tidak berada di ranjang di kamar tidurnya. Melainkan di sebuah kamar hotel yang cukup megah, ruangan besar dengan kasur berukuran king size menjadi tempat beristirahatnya. Ia meraih handphone nya untuk melihat jam. Ia kemudian menyibak selimutnya, berdiri, berjalan dan menyibak tirai tipis di kamarnya. Ia disambut oleh langit biru dan sinar matahari yang cukup menyilaukan mata.
Ia kemudian bercermin sambil sedikit menarik-narik rambutnya yang kemudian ia ikat. Ia menyadari sesuatu, perutnya terasa kosong dan mungkin akan segera terasa perih. Ia melirik ke samping, ke pintu kamar. Pintu itu ia sengaja kunci rapat. Ia kemudian memutar knop pintu itu dan menarik pintu perlahan-lahan.
Ia mengintip dan langsung mendapati sosok Kang Joon yang sedang duduk bersandar di kursi sofa. Jisoo tahu Kang Joon tengah terlelap karena matanya tertutup rapat. Ia memberanikan dirinya untuk mendorong pintu lebih lebar dan keluar dari area kamar. Sesaat ia memperhatikan Kang Joon yang masih belum berganti pakaian. Ia masih memakai kemeja dan celana jeans yang sama dari sebelumnya.
Disekitar Kang Joon ada banyak dokumen berserakan, tablet pc dan handphone nya beberapa kali berbunyi dengan suara notifikasi yang kecil. Kang Joon bergerak, membuat Jisoo bergindik namun ia tetap memperhatikan Kang Joon dari dekat pintu kamar.
Kang Joon hanya merubah posisi tidurnya tanpa terbangun sedikitpun. Beberapa dokumen berjatuhan ke atas karpet lantai karena pergerakannya. Jisoo mengambil nafas perlahan dan ia perlahan-lahan mendekati Kang Joon. Merapikan dokumen yang tercecer, ia memperhatikan sesaat dokumen-dokumen itu.
Hampir tak ada satupun yang dapat ia mengerti, semua mengenai alat-alat kedokteran dan sisanya seperti kumpulan dokumen yang berbeda, banyak tabel dengan angka yang bernominal ratusan ribu hingga jutaan, tampak seperti sebuah laporan keuangan. Jisoo hanya menumpuk itu semua dan meletakkannya di atas meja di kamar itu.
Di atas meja juga tidak kalah ramai dengan dokumen yang berceceran, ada tas jinjing kulit di bangku tas yang terlihat masih banyak menyimpan dokumen-dokumen.
Jisoo menghelakan nafasnya, matanya terpejam sejenak. Saat matanya kembali terbuka, ia menoleh ke arah Kang Joon dan menerbitkan sedikit senyuman ke arah Kang Joon.
"Maaf..."
Sore 14 : Pendamping
Bandara Udara Incheon.
"Jennie... Jennie bilang... pergi ke Jepang... tapi ini, kenapa ke... Singapore?"
Ia memandangku dengan dahi sedikit mengerut, aku tahu ada amarah dari tatapan seperti itu. Kukira Jennie akan bilang kemana tujuanku sebenarnya, nampaknya Jennie menutupi dengan kebohongan agar Jisoo mau pergi bersamaku. Mungkin Jennie sengaja bilang hanya ke Jepang yang notabene nya tidak terlalu jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SORE [ Jennie - Jisoo - Seo Kang Joon ]
Roman d'amour[ Tamat ] "Satu" hanya butuh teman untuk berdiskusi. Kedatangan "Dua" membawa banyak cerita untuknya. Akankah muncul cinta segi-"Tiga" ?