Bagian 5 : Dua

290 24 9
                                    


Jisoo meneguk wine yang tersisa di gelasnya.

"Kalau begitu kenapa kau tidak buktikan saja, seberapa berbahayanya dirimu... Di bibirku ini..."


Bagian 5 : Dua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 5 : Dua


Hujan.

Turun merata semenjak jam delapan malam tadi. Bunyi air menguasai seisi ruangan. Percuma menyalakan pemutar musik dan membesarkan volumenya, sebab hanya terdengar samar-samar saja. Yang berada di pikiranku, 'Mau sekacau apa... keadaan di proyek kalau hujan terus berlangsung seperti ini sampai nanti subuh?'. Kondisi dilapangan akan terhambat? sudah pasti sebab lumpur bisa menyebabkan gangguan ke truk pengiriman material.
Sehingga Malam itu, aku memilih untuk menyelesaikan pekerjaanku di dalam kamar. Kubuka sedikit pintu kamar agar ada udara masuk dan berganti, namun malah lebih sering angin dingin yang bertiup menghampiri.

"Tok tok tok..."

Aku langsung menoleh ke arah pintu, dengan sedikit memutar kursiku. Ada Jennie yang berdiri di depan pintu. Ia memakai Hoodie biru muda, celana training hitam serta mengikat rambutnya.

"Ah, ya? Ada yang bisa saya bantu?" ujarku kepada Jennie. Ia tadi tidak mengetuk pintu tapi menirukan bunyi ketukan pintu dengan suaranya.

"Ehehe... oppa, boleh aku masuk?"

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum, kemudian memutar kembali bangku, menghadap ke arah laptop. "Woah.." entah apa yang ia kagumi dari kamar tidur yang lebih kecil daripada kamar mereka, belum lagi ada banyak buku dan dokumen di lemari, singkatnya kamar ini sedikit berantakan. Ia kemudian melompat ke ranjang berguling-guling beberapa kali.

"Oppa, sedang mengerjakan apa?" tanya Jennie.

"Hmmm... Sedang mencuri data Kepolisian Malaysia..." ujarku dengan cepat dan sambil menahan tawa.

"Hah? Kau... kau...-ee hey!!! Kau bercanda kan?"

Yang kubuka adalah rancangan pada program AutoCAD. Mungkin pada detik pertama Jennie mempercayainya sebab Polygon-polygon yang tampil pada AutoCAD nampak memusingkan, seperti sedang mempelajari suatu struktur yang kompleks.

Setelah tertawa dan memukulku dengan bantal, ia merebahkan kembali tubuhnya di ranjang. Aku sedikit melirik ke arah Jennie saat ia tak lagi ada pergerakan selama beberapa menit. Apa anak itu tertidur? Kulihat ia sedang menutupi matanya dengan tangan kanannya. Sesekali ia nampak mengatur nafasnya, seakan-akan sedang mengontrol emosinya.

"Kenapa..?" tanyaku dengan perlahan.

"Rasanya... rasanya... aku ingin tinggal di pulau ini selamanya..." ucap Jennie. Membuatku tertawa sambil menggelengkan kepala.

"Disini... aku bisa tersenyum terus, tak ada yang perlu dicemaskan, tak ada yang mengenal diriku ataupun memandangku dengan wajah sinis..." sambung Jennie.

SORE [ Jennie  - Jisoo - Seo Kang Joon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang