"Saat asa muncul kau jatuhkan, saat semangatku turun kau bangkitkan. Sungguh kulelah."
****"Temenin gue beli kado buat pacar gue, gimana?"
Flora termenung, diam tak berkutik. Ia tak menjawab ajakan Eros. Tatapannya kosong, ia seperti berpikir, tapi entah apa yang dipikirkannya.
"Ih, malah bengong, mau nggak?" Eros membuyarkan lamunan Flora. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, mengacuhkan pikiran-pikiran tak masuk akalnya.
"Enggak."
"Ayolah, masa iya gue ajak pacar gue sendiri, bukan kejutan dong. Bantuin gue ya?" Dengan jurus andalannya, Eros memperlihatkan puppy eyes, matanya berbinar-binar seraya memohon pada Flora.
"Ros," panggil Flora.
"Iya." Eros tersenyum penuh arti, ia memamerkan senyum yang akan membuat siapa saja jatuh hati padanya.
"Gue nggak mau." Lagi-lagi, penolakan yang Eros terima, kalau seperti ini ia harus benar-benar memaksa gadis di depannya agar mau mengikuti perintahnya.
"Ngapain kalian masih di luar, masuk!" suara Pak Satri menggelegar ke seluruh lorong membuat Flora dan Eros tersentak.
Guru yang terkenal garang itu masih menatap kedua sahabat ini. Ia menaik turunkan kacamatanya mencoba melihat dengan jelas. Flora yang melihat Pak Satri menatapnya tajam, langsung ciut dan menunduk. Ia berjalan memasuki kelas. Namun, belum beberapa langkah ia bergerak tangannya ditarik cukup kuat. Orang itu mengajaknya pergi seraya berlari, entah mengarah kemana. Hingga satu teriakan membuat Flora memejamkan mata.
"EROS!!"
****
"Ros!" teriak Flora membuat langkah Eros terhenti.
Eros membalikkan badannya dan menatap Flora lekat. Jantung Flora berdegup dengan kencang. Manik mata mereka mengunci, ada segurat rasa tak karuan yang muncul dibenak hati Flora. Ia mengalihkan pandangan matanya, melihat sekeliling, siapa tau ada yang dengan sengaja mengintip mereka berdua.
"Ros, lo gila, ya?" tandas Flora tanpa basa-basi.
"Iya, gue gila. Lo, tuh kenapa si nggak mau terus kalau gue ajak?" tanya Eros.
"Enggak papa."
Lagi-lagi jawaban itu yang dilontarkan Flora. Gadis di hadapannya ini terlalu dingin, bahkan es di kutub saja kalah dengan dinginnya sikap Flora. Bukan Eros namanya kalau mudah menyerah, ia melihat sekeliling, memastikan tempat ini aman untuk membuat Flora terdesak mau mengikuti perintahnya.
Eros menekuk kakinya, ia berlutut tepat di hadapan Flora seraya memegang jari jemari gadis itu, sementara Flora sudah kebingungan dengan sikap Eros yang tiba-tiba seperti ini. Flora menatap Eros lekat, hatinya berdesir hebat, apa yang ingin dilakukan Eros?
"Ngapain lo?"
"Flo, lo turutin semua perintah gue atau lo jadi pacar gue?"
Mata Flora membulat sempurna, apa dia tak salah dengar barusan. Eros memberinya dua pilihan, yang keduanya sama-sama tak menguntungkan. Sepertinya otak Eros benar-benar sudah di luar batas. Apa dia tak berpikir, jelas dia sudah punya pacar, kenapa dia malah memberi opsi seperti itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wound
Fiksi RemajaFlora Adara dan Eros Madava Gunadhya Dua orang yang akan menjadi tokoh utama dalam cerita ini. Mereka bersahabat sejak kecil, tetapi kepribadian yang mereka miliki berbeda 180°. Flora, gadis dingin yang benci akan keramaian, hidupnya serba sederhana...