Bagian 39 : Good bye

2.4K 84 21
                                    

"Good bye."

***

Suasana kediaman bramantyo yang tadinya sepi mendadak ramai. Polisi dan beberapa utusan dari badan intellegent internasional turut serta pada pengepungan. Am menatap puas ke arah sekelompok polisi yang tengah meringkus Ted juga Vale. Gadis itu senang akhirnya Ted berhasil tertangkap oleh pihak yang berwajib.

"Lama nunggu?" Tanya Fikri. Keluar dari keramaian.

"Lumayan lama. Emang lo dari mana aja sih?" Tanya Am balik kepada fikri.

"Ada beberapa urusan menyangkut Valle dan Ted. Juga beberapa barang bukti serta saksi yang bisa memberatkan hukuman yang akan mereka pertanggung jawabkan," jelas fikri. Am hanya ber-oh ria. Seketika Am teringat sesuatu yang sedari tadi dirinya sembunyikan dari valle juga Ted.

Am mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya dan memberikannya pada Fikri. "Apa ini?" Tanya fikri penasaran.

"Ponsel adilla. Dan bukti buat ngeberatin mereka nanti pas persidangan." Jawab am sedikit sayu.

"Lo kenapa ?" Fikri memperhatikan wajah Am yang sedikit pucat.

"Ngga papa." Jawab Am merasa dirinya tidak apa-apa. Justru sekarang Am terkejut saat melihat Mia yang sedang diperiksa oleh perawat di ambulance.

"Mia ngga papa Fik?" Tanyanya.

"Dia kayaknya shock banget tahu kalo atha kakak kandungnya." Jawab Fikri melirik ke arah Mia yang berada di ambulance.

"Oh ya, buat Ted karena dia bukan WNI. Intellegent Rusia lagi ngurus tuh orang. Katanya sih di negara asalnya udah banyak barang bukti. Maksimal dia akan dapet hukuman mati paling." Jelas Fikri dengan keadaan yang akan dialami oleh Sepupu dari Am.

"Lo ngga kasihan gitu sama dia. Secara kan dia masih keluarga lo satu-satunya yang idup?" Tanya Fikri penasaran.

"Buat apa kasihan sama tuh orang. Kalo kasiahan aja bisa ngidupin adik gue. Seratus persen gue akan kasihan sama tuh orang." Ucap Am teringat kematian adik laki-lakinya di tangan Ted.

Fikri hanya manggut-manggut seolah mengerti. Karena sebenarnya dirinya tidak paham mengenai seluk beluk keluarga Am. Bahkan sebatas nama ayah kandung Am saja dirinya kesulitan mengetahuinya. Seorang keluarga Am adalah keluarga teroris yang terisolasi dari tekhnologi dan peradaban.

"Kita harus lacak keberadaan atha." Ujar Am kepada fikri yang sedang memandang kosong ke arah tangga panjang rumah kedaiaman bramantyo.

"Lokasi terakhir yang gue tahu. Atha berada di kawasan industri daerah xx." Jelas Fikri.

"Lo udah  ngirim orang buat ke sana?" Tanya Am. Yang hanya di balas dengan deheman fikri mengiyakan.

"Gue udah ngirim beberapa bawahan atha dan pihak kepolisian juga ikut turun tangan dalam masalah hilangnya atha. Entah mengapa firasat gue ngga enak." Ucap fikri serius merasakan firasat yang sangat membuatnya tidak nyaman berkenaan dengan atha.

"Gue harap firasat lo salah. Dan atha bisa balik ke kita lagi." Ucap Am membantah perkataan fikri.

"Am, gue barusan dari apartement milik Dave. Dan disana gue liat.." Ucapan fikri terpotong dirinya menatap kosong ke arah tangga menuju ke lantai atas.

I'm (not) Strong GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang