Bagian 7 : Seorang Pembunuh.

3.4K 129 4
                                    

"Jangan terus menyalahkan dirimu, karena kehidupan dan kematian hanya ditangan-Nya."

***

Suasana ruang perawatan seorang ibu yang terbaring lemah di atas kasur menjadi hening. Hanya ada suara mesin penopang kehidupan yang terpasang di beberapa bagian tubuhnya. Keadaannya yang mulai stabil membuat kedua anaknya diperbolehkan memasuki ruang perawatan.

Dan disinilah Atha berdiam diri di sebuah sofa yang berada di dalam ruang perawatan Ibu Sukma. Orang yang terancam terenggut nyawanya Oleh Atha dan juga Ibu serta tulang punggung bagi kedua anaknya. Milliandra Nugroho dan Anton Saputra Nugroho.

Setelah memperoleh beberapa informasi dari beberapa Orang suruhan Atha. Akhirnya dia memperoleh detail tentang keluarga itu jaga-jaga apabila kemungkinan terburuk akan terjadi dan akan menambah beban dari Atha.

Am yang berada di sampingnya berusaha menenangkan Atha yang memandang kosong kedua remaja yang memeluk ibunya. Am tahu betul perasaan Atha rasa bersalahnya terlampau besar sehingga membuat psikisnya terguncang dan saat-saat inilah dia berada di titik terendah hidupnya.

"Gue ngebunuh ibu dari anak-anak itu Am." ucap atha lirih namun bisa di dengar Am dengan jelas. Am kemudian memeluk erat sahabat yang sudah dia anggap saudara itu.

"Ssstt...itu bukan salah elo. Semuanya terjadi karena takdir. Kita optimis aja Bu Sukma bisa sadar dan sembuh." Ucap Am menenangkan.

"Tapi gue. Pembunuh am." atha mulai terisak. Bulir bening mengalir dari matanya melihat mia dan anton yang masih menangis di sana. Atha merasa jika dirinya adalah seseorang yang paling jahat. Menyalahkan diri sendiri tangan yang menjambak sendiri rambutnya membuat beberapa helai tercabut dari tempatnya. Am yang melihat hal itu berusaha meraih tangan atha menggenggamnya. Dan menatap lekat ke arah mata bulatnya.

"Itu bukan salah elo dan elo bukan pembunuh. Bu sukma pasti akan sembuh. Jadi elo tenang aja." Ucap Am menenangkan. Memandang lekat kedua manik hitamnya Dan atha hanya mengangguk lemah. perlahan tubuhnya melemas dan kegelapan menelannya.

Am yang menyadari itu bersikap tenang karena sudah tahu betul kebiasaan Atha yang pingsan saat dalam keadaan terendahnya. Dibawanya tubuh Atha oleh Paman Dika yang sudah berada di ruangan itu sedari tadi. Melihat Nona-nya yang sudah dianggap Putrinya sendiri dalam keadaan terpuruknya. Dika membawa tubuh Atha menuju tempat tidur yang tersedia di salah satu kamar perawatan.

Am yang sedari tadi memperhatikan kedua remaja yang menangis berinisiatif untuk mendekat. "Mia. Anton?" Yang di panggil menengok.

"Iya kak" mia menjawab dengan lesu.

"Kita makan yuk. Kakak perhatiin kalian belum makan." ajak Am sedangkan Anton yang terlihat berbinar karena mendapat ajakan untuk makan hanya diam. Sedangkan Mia menggeleng.

"Ngga kak Mia sama anton disini aja buat nemenin Ibu." Ucapannya terpotong kemudian anton melanjutkannya "..lagiann kita ngga punya uang." Mia yang mendengar penuturan adiknya menyikut lengan Anton beserta tatapan kesal bercampur malu.

Mendengar hal itu Am hanya tersenyum sambil tetap mengajak Mia dan Anton untuk makan. "Kalo kalian nggak makan ntar kalian sakit. Ibu kalian juga nggak suka kalo kalian sakit kan?" Mia dan anton kompak mengiyakan.

"Juga kalian harus punya tenaga buat njaga ibu kalian. Dan kalau masalah uang kakak yang traktir gimana?"

Anton yang sempat mengangguk tapi berbeda dengan mia dan malah menggeleng."Ngga kak kita berdua nggak mau nyusahin..."

I'm (not) Strong GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang