Bagian Lima
•••
Saat sudah didepan pintu, aku menyiapkan diri, menghembuskan napas berat. Setelah mengetuk pintu aku melangkahkan kaki memasuki ruangan sang pemilik Hotel. Saat memasuki ruangannya aku melihat Pak Anton tidak sendiri disini, disebelahnya ada seorang pria yang lebih muda darinya.
"Permisi Pak, bapak memanggil saya?"
"Iya Ayas, saya ada keperluan dengan kamu. Kamu duduk saja disana." Pak Anton menunjuk sebuah kursi tunggu diruangannya.
Merasa tidak nyaman, aku menolak permintaan Pak Anton."Saya tunggu di luar saja Pak,"
"Jangan, kamu duduk disitu saya sebentar lagi selesai."
Aku mengangguk, walau bagaimanapun dia atasanku.
"Iya Pak,"
"Untuk masalah design bangunan dan fasilitas, lebih baik dari pihak Bapak atau saya?"
Pak Anton kembali melanjutkan pembicaraannya.
"Bapak tidak usah khawatir, semuanya akan saya tanggung, termasuk biaya design dan fasilitas bangunannya."
"Baiklah Pak, terimakasih banyak atas kerjasamanya," lalu pria muda itu berdiri bersiap untuk pergi.
"Saya permisi." Pada saat hendak keluar tak sengaja pandangan mata kami bertemu. Jika boleh jujur, dia sangatlah tampan. Aku tersenyum ke arahnya, aku kira dia akan membalas senyumanku, nyatanya dia langsung menundukkan pandangan dan berlalu. Menyebalkan sekali!
"Ayas kemari," suara Pak Anton mengalihkan perhatianku. Aku berjalan menghampirinya.
"Ada yang bisa saya bantu Pak?"
"Ada yang ingin saya sampaikan kepadamu, tapi sebelum itu tolong carikan berkas ini diruang arsip."
Pak Anton menyerahkan selembar kertas yang berisi nama-nama berkas apa saja yang harus aku cari.
"Baik Pak,"
Kebetulan, ruang arsip berada tepat disebelah ruangan Pak Anton dan yang aku tahu ada sebuah pintu penghubung antara ruangan ini dan ruangan Pak Anton.
Pikiranku kembali mengingat sosok pria tadi, pria dengan perawakan tinggi, alis tebal, dan hidung mancung. Jika dipikir lagi, pria itu sangatlah, tampan? Ish, sudahlah Ayas walaupun dia tampan tapi sikapnya sangatlah sombong. Apa salahnya membalas senyuman orang, bukankah senyum itu adalah ibadah?
Klek!
Aku memutar badan saat mendengar suara pintu seperti dibuka, tapi ternyata tidak ada siapa-siapa disana, dan tetap tertutup. Mencoba berpikir positif, mungkin itu hanya kucing atau tikus, sudahlah.
Aku melanjutkan kegiatan mencari berkas, tiba-tiba ada sebuah tangan melingkar di pinggangku. Sontak aku terkejut dan segera menepisnya. Bukan malah terlepas tangan itu semakin kuat melingkar di pinggangku. Sekuat tenaga aku melepaskan diri darinya dan berhasil.
Saat memutar badan, kulihat sang pelaku. Pak Anton?!•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepenggal Kisah Hijrah (Selesai)
Short StoryCinta. Satu kata yang memiliki beribu makna. Kata orang, hidup tidak akan sempurna saat kita belum menemukan cinta. Kurasa mereka keliru, walau tidak sepenuhnya. Cnta tidak perlu kita cari, karena sudah hadir sejak kita lahir, yaitu rasa cinta yang...