Epilog

45 4 1
                                    


Epilog

•••

Adalah merekam, satu hal yang paling menyenangkan dalam hidup ini.

Adalah memutar ulang rekaman dan menertawakan segala kebodohan yang terekam di dalamnya, hal yang paling menyenangkan nomor dua.

Sebab itu kita suka menulis. Sebab itu kita suka memotret- atau dipotret.

Barangkali karena sebagian kebahagiaan tak bisa diulang, kita menjadi pecinta rekaman-rekaman menjadi pengagum kenangan-kenangan.

Barangkali karena kita tak punya kuasa untuk memaku waktu, kita mengenang keindahan yang kita jumpai dalam gambar-gambar, dalam kata-katarentetan aksara yang bisa kapan saja kita baca.

Maka jangan salahhkan siapa-siapa bila diam-diam aku menyimpan gambarmu.

Jangan salahkan siapa-siapa bila terlalu banyak sirat namamu dalam puisi-puisiku.

Sepenggal puisi dari novel berjudul Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala berhasil membuatku bercucuran air mata.

Sepuluh tahun sudah berlalu, semenjak kepergian Ima. Nyatanya aku masih terjebak didalam kenangan yang kulalui bersamanya. Rasanya penggalan puisi ini seperti memutar memori tentang dia.

"Umma!" Seorang anak kecil berlari ke arahku.

Aku meletakkan novel dan menghapus sisa air mataku, lalu aku menghampirinya.

"Umma, tadi di sekolah Kakak naik panggung, terus Ibu guru ngasih ini buat Kakak." Gadis kecil berusia 5 tahun itu menunjukan sebuah piala yang dibawanya.

"Kata ibu guru kakak juara kelas, Umma." Ucapnya antusias.

Aku berhambur memeluk dan mencium pipinya.

"Masyaa Allah, kamu pintar sekali. Anak siapa sih ini?" tanyaku sambil mencubit gemas pipinya.

"Anak Umma Ayas."

"Anak Umma saja?" Timpal seseorang yang menghampiri kami.

"Enggak kok, aku anak Umma sama anak Abi juga!" Ralatnya.

Aku dan Kak Hafidz tertawa bersama mendengar penuturannya. Dia adalah putriku dan Kak Hafidz, aku menamai dia sama dengan nama Ima, Nurima Fatwa.

Aku bersyukur, walapun usianya baru menginjak 5 tahun tapi dia sangtlah pintar, percis seperti Ima.

Allah Maha Baik, mengirimkan Ima menjadi sahabatku.

Allah Maha Baik, menjadikan Kak Hafidz sebagai pelengkap Imanku.

Allah Maha Baik, menghadirkan Ima kecil, sebagai penyempurna kehidupanku.

Aku percaya, bahwa dalam setiap kesulitan akan selalu dihadirkan kemudahan.

Aku percaya, bahwa dalam kesedihan setelahnya akan ada kebahagiaan.

Aku percaya, bahwa semuanya hanya tentang waktu saja. Maka, bersabarlah.

•••

SELESAI

•••

Alhamdulillah, akhirnya selesai!
Ini adalah cerita pendek pertama yang aku selesaikan. Semoga kalian suka, aamiin.

Jajakallah Khoyr.

•••

See you!!

•••

Sepenggal Kisah Hijrah (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang