"Kyaaaaaaaaaa!!!! BUNDAAAAAA!!!! AL NAKAL!!!! AL!!!! SURUH RARA BERHENTI!!!" Teriak seorang remaja laki-laki yang ketakutan saat tidurnya diganggu oleh makhluk halus. Makhluk yang selalu menempel pada kakaknya. Makhluk perempuan yang menarik selimutnya tiba-tiba.
Remaja lelaki itu memang tidak melihat sosok itu. Namun, dia tahu bahwa yang mengganggunya adalah sosok Rara. Pasti suruhan kakak keduanya. Alvian. Ya. Karena sekarang Alvian sedang berdiri diambang pintu dengan seragam putih abu-abu sambil tersenyum senang. Alvian memang memiliki kelebihan untuk melihat apa yang tidak bisa kita lihat. Dan berkomunikasi dengan mereka.
"Rara, sudah. Dia ketakutan" titah Alvian pada Rara yang sedang bermain-main dengan selimut adiknya.
Sosok tak terlihat itu mendengus kesal karena kegemarannya mendengar suara takut dari orang lain terhenti. Padahal'kan yang suruh Rara ganggu juga Alvian.
"Makanya cepet mandi! Lo mau telat di hari pertama lo MOS?" Dengus Alvian pada adiknya.
"5 menit lagi elah" rengeknya kembali merebahkan tubuhnya.
"Gue panggil Rara, loh?"
"IYA IYA!! SURUH RARA GAK USAH NGINTIPIN GUE MANDI!" Teriaknya lari terbirit-birit ke dalam kamar mandi.
"Dasar Billy badung!" Maki Alvian berjalan keluar kamar adiknya.
Alvian berjalan menuju meja makan dengan melewati tangga. Terlihat disana ayah, bunda dan ketiga saudara lainnya sudah duduk dengan baik dikursi masing-masing.
"Gimana? Billy udah bangun?" Tanya sang Bunda yang duduk didekat Ayah.
"Udah, Bun" jawab Alvian setelah duduk dikursinya dekat dengan seorang gadis remaja cantik.
Gadis remaja itu bernama Elvina. Kembarannya. Hanya beda 13 menit saja. Kembarannya ini selalu berpenampilan layaknya preman. Seragam sekolahnya tidak pernah rapi. Gak pernah pakai sabuk pinggang. Dan rambutnya suka dicepol asal. Tak lupa lengan seragamnya ia lipat hingga atas.
Jika kalian bisa melihat penampilan Elvina sekarang. Dia sangat rapi. Pakai dasi. Pakai ikat pinggang. Tapi tetap rambutnya dicepol asal. Kenapa? Karena dia masih berada dirumah. Kalau dia berpakaian seperti itu didepan ayahnya. Maka dia akan diceramahi berjam-jam oleh Ayahnya.
Dihadapannya ada satu lagi gadis remaja yang beda 1 tahun dibawahnya. Dia Belinda. Adik bungsunya. Kembaran Billy. Sikap Belinda sangat lembut, pemalu dan terkadang manja. Sedangkan sikap Billy sebelas duabelas sama Elvina. Cuma kalo Billy itu player. Pacarnya itu ada dimana-mana hatiku senang.
"GILA!!!! AL!!! SURUH RARA GAK GANGGU GUE!!!" Teriak Billy berlari menuruni tangga dengan celana melorot hingga terlihat boxer milik Billy. Baju yang belum terkancing. Rambut yang masih basah. Dan dikedua tangannya menjinjing sepasang sepatu juga dasi.
"Billy. Hati-hati nanti jatuh!" teriak Bunda berkacak pinggang.
"Hosh...Hosh.... Bundaaaaaa. Masa Rara gangguin Billy pas dibaju. Billy kan malu"
"Emang lo punya malu?" Ledek Elvina menatap bosan Billy.
"Urat malu dia'kan udah putus" sahut Alvian cuek.
"Ayah, emang malu ada urat, nyah? Dimana? Ini'kan urat nadi. Nah, kalo urat malu dimana?" Bingung Belinda bertanya pada Ayah Ikmal dengan nada polos.
Krik...Krik...
Semua diam dan menatap datar Belinda. Kecuali Ayah. Tentu saja karena dia sangat memanjakan Belinda. Putri bungsunya.
"Sayang, yang dimaksud kakak-kakak kamu itu bukan urat yang ada di tubuh kita. Tapi itu cuma perumpamaan buat orang yang gak malu untuk berbuat apapun" jelas Ayah Ikmal dengan lembut.
"Jadi maksudnya Billy gak punya malu?" Tanya Belinda lagi dengan tampang polos membuat semua orang di meja makan tertawa lepas.
"Sudah jangan terus tertawa. Kalian mau dihukum gegara telat sekolah?" Lerai Ayah Ikmal.
Kemudian Bunda Bintang menyiapkan makanan untuk suami tercinta di piring yang tersedia. Lalu mereka makan dengan khidmat dan penuh kebahagiaan. Dengan tiba-tiba Alvian menghentakkan sendok makannya mengakibatkan bunyi dentingan yang keras. Dengan wajah yang sudah pucat pasi, keringat dingin mengucur dari dahi dan bibirnya bergetar.
"Sosok itu lagi" batin Alvian menatap kosong ke arah Kakak pertamanya. Cakrawala Wijaksana Erlangga. Tidak bukan pada Kakak pertamanya! Tapi pada sosok pria yang berlumur darah di dadanya yang berdiri tepat di samping Cakra.
"Hey! Sayang, ada apa?" Tanya Bunda Bintang menepuk bahu Alvian pelan.
"Gak papa, Bun"
"Vian! Kamu harus hati-hati sama dia! Sepertinya dia makhluk jahat! Soalnya dia gak pernah ngomong sama sekali. Apalagi tatapannya. Tajam banget" nasihat Rara yang sedang duduk di samping kursinya.
"Beneran gak papa?" Tanya Ayah Ikmal sedikit tidak percaya. Sedangkan keempat saudaranya diam dengan penuh kebingungan.
"Iya, Yah"
•••
"Maaf, kak! Aku disini buat belajar! Bukan jadi babu!"
Alvian memberhentikan langkahnya saat mendengar sarkasan dari seorang perempuan. Hm... Sepertinya itu suara peserta MOS. Dia memundurkan langkahnya dan melihat 3 siswi di ujung lorong. Satu siswi memakai seragam biru dengan pita di kedua ikatan rambutnya. Sedangkan dua siswi lain memakai seragam abu-abu.
Dua siswi senior itu bernama Intan dan Jihan. Mereka berdua kelas 11. Kenapa Alvian bisa tahu? Oh ayo lah Alvian pasti tahu semua anggota Osis! Karena dia adalah Ketua Osis Erlangga High School.
"Heh! Lo itu udah salah! Masih gak mau nerima hukuman pula! Lo mau gue aduin ke Ketua Osis biar di hukum lebih berat?!" Bentak siswi senior yang bernama Intan.
"Ya kalo hukumannya cuma lari atau berdiri di lapangan mah saya mau, kak! Lah ini? Nyuruh saya bersihin rumput sama cuci seragam olahraga Kakak. Emang ada hukuman yang begitu?!" Balas Siswi Junior itu lantang.
"Wah bener-bener gak sopan lo!" Geram Jihan hendak menjambak rambut siswi junior.
Namun, sebelum itu siswi junior sudah menahan tangan Jihan erat membuat dirinya meringis. Intan yang melihat itu pun bergerak cepat menampar pipi kanan siswi junior. Alvian melotot melihat itu. Karena tamparannya sangat kasar dan keras.
"Mau jadi jagoan kalian?" Tanya Alvian berjalan santai menghampiri mereka.
"Vi..vian"
"Kenapa gugup Jihan?" Tanya Vian menatap datar pada siswi yang bernama Jihan.
Jihan mendehem menghilangkan rasa gugup juga takutnya. Kemudian menatap Vian dengan percaya diri." Dia peserta MOS yang terlambat. Tapi dia gak mau aku hukum" jawab Jihan dengan berusaha sesantai mungkin.
"Basi!" Gumam siswi peserta MOS pelan memutar bola matanya malas.
"Apa kata lo?!" Teriak Intan memekakan telinga membuat semua yang ada disana menutup indera pendengarannya.
"BASIIIIIIIII!!!!!" Teriak siswi peserta MOS tak kalah melengking.
"Berisik!" Komen Vian menutup telinganya.
"Berisik bego!" Bentak Jihan menarik rambut siswi peserta MOS tersebut untuk berhenti.
Intan yang melihat Jihan beraksi pun segera ikut pergerakannya. Yaitu menjambak siswi peserta MOS alias siswi junior.
Tidak ingin kalah siswi junior melawan Intan dan Jihan. Terjadilah saling menjambak antar siswi junior dan siswi senior.
"Kalian berhenti!"
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
CF2 # No Freak(Hiatus)
HorrorAlvian Wijaksana Erlangga. Cowok berkulit putih pucat. Dengan mata hitam pekatnya yang terkadang tajam kadang terlihat sayu. Cowok pendiam dan sosok misterius menurut seluruh murid Erlangga High School. Alvian memiliki anugrah yang diberi sang penci...