9. Posesif

426 25 8
                                    

Alvian menarik pinggang Safira posesif seakan memberitahu pada semua orang bahwa Safira miliknya. Ah, boleh Alvian berkata begitu? Safira miliknya? Gadisnya? Hm... Mungkin boleh. Karena Alvian begitu menyayangi Safira.

Sedangkan Safira mengeryit bingung dengan sikap perubahan Alvian juga aura yang menyeramkan dari tubuh Alvian. Dia mendongak menatap wajah Alvian yang dingin dan datar tanpa meliriknya. Lalu tersenyum setelah sadar bahwa Alvian menatap tajam setiap laki-laki yang berani melihat Safira dengan penuh binar.

"Ck! Nyesel aku bawa kamu ke sini"

"Kenapa?" Tanya Safira sembari menarik Alvian untuk duduk di bangku panjang bawah pohon besar.

"Banyak orang"

"Ya bagus dong. Bukan taman hiburan namanya kalo gak ada pengunjung"

Yap. Hari minggu ini mereka berdua pergi sepakat untuk pergi jalan-jalan. Safira yang awalnya bingung mau jalan-jalan kemana, akhirnya menggangguk senang saat Alvian mengajaknya ke taman hiburan. Tapi setelah mereka masuk ke taman hiburan, Alvian menjadi kesal bukan main. Alasannya cukup simple! Karena banyak mata lelaki jelalatan yang menatap Safira dengan senang. Bahkan ada beberapa di antara laki-laki tersebut dalam keadaan bergandengan dengan perempuan. Sungguh brengsek bukan?

"Tapi kenapa pengunjungnya hampir semua laki-laki?" Safira menggedikkan bahunya acuh.

"Emang kenapa kalo pengunjungnya laki-laki?" Safira bertanya menghadap Alvian.

Alvian mengela nafasnya berat. "Pada cabul semua"

Safira tertawa renyah. "Kok cabul sih? Aku kira ganteng semua"

"Mereka emang ganteng. Tapi mereka kalah ganteng dari aku"

Safira sudah tidak bisa menahan tawanya. Satu lagi yang ia tahu selama mengenal Alvian selain cuek tapi perhatian. Yaitu, memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi.

"Boleh tanya gak?" Izin Safira menghentikan tawanya.

"Apa? Tanya aja"

"Kenapa kakak bisa se-ganteng ini?" Tanya Safira dengan polos.

Alvian tertawa lebar mendengar ucapan Safira. "Karena kakak laki-laki. Kamu ini bisa aja gembelnya"

"Ish gombal! Bukan gembel, kak!"

"Iya deh. Terserah Fira"

Safira mendengus singkat lalu berdiri menghadap Alvian yang masih duduk. "Aku ke toilet dulu ya, kak. Kebelet soalnya"

"Kakak anterin"

"Gak usah. Kakak tunggu di kedai ice cream sana aja. Nanti aku susul, sekalian pesenin ice cream rasa strowberry"

"Yaudah kalo gitu. Hati-hati ya"

•••

Safira menekuk bibirnya ke bawah dengan kerutan di keningnya. Dia tidak yakin, apa yang ada di hadapannya ini toilet atau gudang bekas? Sangat kotor dan sepi. Belum lagi banyak sarang laba-laba di langit-langit. Sekarang Safira berada tepat di depan toilet. Dia masih ragu dan juga takut untuk masuk ke dalam sana.

Tapi panggilan alam membuat dia tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Segera saja Safira masuk ke dalam tanpa sadar bahwa sedari tadi dia di perhatikan oleh makhluk yang sedang duduk di batang pohon besar. Pohon itu berada di samping toilet, makhluk dengan keadaan yang cukup mengenaskan karena salah satu tangannya tidak ada.

Safira masuk ke dalam salah satu bilik dengan cepat untuk menuntaskan panggilan alamnya. Berusaha mengabaikan keadaan yang cukup hening dengan aura yang tiba-tiba bikin dia merinding. Apalagi di toilet ini hanya ada dirinya, tidak ada orang lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CF2 # No Freak(Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang