2. Pelajaran

584 33 0
                                    

Alvian mengobati luka cakar diwajahnya yang dia dapat akibat pertikaian ketiga siswi tadi pagi. Dia yang berusaha untuk menghentikan pertikaian itu malah mendapatkan beberapa hadiah dari mereka. Pertikaian itu berhenti saat salah satu guru BP menghampiri mereka. Bu Nurvin.

Kini dia sedang berada di UKS untuk mengobati cakaran di wajah juga dilengan. Sedangkan para ketiga siswi tadi di beri hukuman oleh Bu Nurvin sendiri.

"Ya elah, segitu aja udah ngeringis. Lebay amat lo" ejek seorang siswi yang bersandar di pintu UKS.

Alvian diam tanpa membalas ejekan kembarannya. Elvina Wijaksana Erlangga. Dia diberi tahu salah satu siswa bahwa Alvian di UKS karena mendapat serangan dari tiga siswi. Begitu mendapat kabar dia segera berlari dan cemas dengan keadaan kembarannya. Tapi dia berusaha menutupi kekhawatirannya dengan ejekan santai.

"Mau gue cakar? Biar lo tau rasanya?" Sinis Alvian sembari memegang kain basah berisi es batu untuk kompresan dipipinya.

"Emang lo berani?" Tanya Elvina mendekati Alvian yang duduk di sisi ranjang.

"Enggak, sih" gumam Alvian pelan menyadari bahwa dia memang tidak berani menyakiti kembarannya.

Bukan tidak bisa! Alvian hanya tidak ingin menyakiti Elvina! Dia begitu menyayangi kembarannya juga adik lainnya.

Elvian tertawa geli mendengar penuturan sang twins. Tapi tawa itu terhenti ketika melihat cakaran yang ada di pipi Alvian terlihat parah dan memanjang. Bahkan disana jelas terlihat bekas darah yang mulai mengering.

"Siapa?" Tanya Elvina dingin menatap tajam cakaran itu.

"Satu siswi junior..." Alvian menggantungkan kalimatnya dan menerawang membayangkan wajah siswi junior yang dia sendiri tidak tahu siapa namanya. Wajah itu begitu angkuh saat marah. Wajah itu memerah menahan rasa kesalnya. Alvian tersenyum kecil mengingat bagaimana suara siswi junior itu yang melengking indah.

"Dih? Gila dia? Di cakar sama junior malah senyum?" Batin Elvina mengerutkan keningnya.

"Gue bakal kasih dia pelajaran!" Sarkas Elvina membalikkan badannya berniat pergi.

Lamunan Alvian buyar mendengar penuturan Elvina. Segera saja dia menahan tangan Elvina. "No!" Tahan Alvian tanpa sadar meninggikan suaranya.

"Why?"

"Biar gue sendiri yang kasih dia pelajaran" jawab Alvian enteng dengan senyum manis.

Elvina semakin bingung dengan tingkah Alvian yang berubah aneh. Bahkan sangat aneh! Terpancar dimata Vian berbinar bahagia. Entah untuk apa. Padahal seharusnya Alvian marah karena ada yang berani melukai wajah tampannya. Tapi Elvina malah melihat senyuman yang amat manis dari Alvian.

Elvina menggedikkan bahunya acuh melihat Alvian yang sudah melenggang pergi. Dia pun pergi untuk menemui sang sahabat.

•••

Seorang gadis yang memakai seragam biru putih dengan kedua pita di rambutnya, dan topi yang terbuat dari setengah lingkaran bola itu duduk dibawah pohon rindang sembari mengusap keringatnya lelah. Gadis itu bernama Safira Permana. Gadis berusia 16 tahun yang baru saja masuk ke Sekolah Menengah ke Atas. Namun na'as sekali dia mendapatkan hari kesialan di hari pertama dia MOS.

Dia baru saja menyelesaikan hukuman dari guru perempuan yang kejam. Sungguh sial sekali hari ini! Ucapannya yang mengatakan bahwa lebih baik diberi hukuman lari dan berdiri menghadap tiang bendera terdengar oleh Tuhan. Guru perempuan yang memperkenalkan diri dengan nama Bu Nurvin itu menyuruh dirinya dan dua siswi senior berlari dilapangan basket outhor 5 keliling. Lalu setelah itu mereka disuruh menghadap tiang bendera sampai bel istirahat berbunyi untuk peserta MOS itu.

CF2 # No Freak(Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang