Beberapa menit kemudian, Jisoo dan Rosé telah sampai dan memasuki pekarangan halaman rumah Rosé. Tak ingin diajak berbasa-basi, Rosé langsung menuruni mobil yang dinaikinya bersama Jisoo.
Melihat itu, Jisoo hanya bisa menghela nafas panjang. Tak bisakah ia berdamai dengan status mereka kini? Setidaknya, bersikap seolah tak ada apa-apa diantara mereka jika keduanya tengah berada didepan keluarga masing-masing. Ya, walaupun Jisoo pun menolak perjodohan ini.
Seperti saat ini, Jisoo yang ingin mengejar Rosé ternyata terhalang oleh kehadiran Mama Rosé yang tiba-tiba berdiri diambang pintu rumahnya.
"Oh, hai Tante." Sapa Jisoo ramah dengan senyuman terbaiknya sambil mencium sopan tangan halus Ny. Park.
"Iya, hai. Itu.... Rosé kenapa?" Tanya Ny. Park heran.
"A-ah, Jisoo minta maaf sebelumnya Tante. Jisoo pun tak tau apa yang sedang dialami Rosé beberapa jam sebelumnya. Karena tadi, dia tiba-tiba saja menelfon Jisoo dan meminta Jisoo untuk mengantarkannya pulang." Jelas Jisoo hati-hati.
"Ah begitu. Tapi.... ada apa dengan pipi kirinya? Jika saya tidak salah liat, ada perban menempel disana." Tanyanya lagi dengan dahi berkerut, mengingat-ingat perbedaan wajah anaknya dari yang semula mulus tiba-tiba tertutup perban sebagian.
"Ah itu, Jisoo pun tak tau Tante. Karena tadi, Jisoo sudah menanyakannya tapi dia tidak menjawabnya."
"Kalau begitu, masuk dulu yuk Nak. Tante ambilkan minum." Ajak Ny. Park.
"Tidak usah Tante, Jisoo mau langsung pulang saja. Kalau ada apa-apa dengan keadaan Rosé, hubungi Jisoo ya Tante? Jisoo pamit, sampaikan salam Jisoo padanya. Jisoo khawatir." Tolak Jisoo halus dengan diakhir senyum tak enaknya dengan mimik wajah yang dibuat khawatir.
"Baiklah kalau begitu, hati-hati di jalan ya sayang. Salam untuk Mama dirumah." Ucap Ny. Park.
"Iya Tante, Jisoo sampaikan nanti salamnya pada Mama. Permisi Tante." Pamit Jisoo sopan yang tak lupa mencium kembali tangan halus Ny. Park.
Dirasa mobil Jisoo tak lagi terlihat, Ny. Park langsung menuju ke kamar anak kesayangannya. Pikirannya melayang-layang yang terisi penuh dengan dugaan negatif terhadap anaknya, takut-takut kalau anaknya turut serta dalam kegiatan tawuran antar sekolah.
Tok tok tok
"It's me dear, Mommy. May I come in?" Tanya Ny. Park hati-hati takut anaknya yang mungkin sedang dalam mood yang tak bagus.
Ceklek ceklek
Bunyi kunci pintu yang terdengar ditelinga Ny. Park membuatnya tersenyum. Itu menandakan Rosé tidak dalam keadaan mood yang jelek.
Usai membuka kunci, Rosé menduduki kembali kasur empuknya.
"What happen to you, my dear?" Tanya Ny. Park usai menutup pintu kamar Rosé.
"Nope, i'm okay Mom." Jawab Rosé cepat.
"Baik-baik saja pun tak mungkin sampai ada perban dipipi kamu Chaeyoung-ah. Kamu sekolah memperhatikan guru yang mengajar atau bermain dokter-dokteran?" Jenaka Ny. Park sengaja menghibur anaknya.
"Mommyyyy!" Rengek Rosé dengan suara nyaringnya.
"Kenapa sayang? Cerita sama Mommy." Senyum Ny. Park tulus.
Tangan Ny. Park bergerak mengelus pipi Rosé yang diperban dengan sayang. Merasa nyaman, Rosé pun memejamkan matanya merasakan kasih sayang yang diberikan Sang Ibunda.
"Seriously, i'm okay Mom. I'm just- hhhh Lisa. Lisa Mom. Pacar baru Lisa, menyakiti Lisa. Dan aku tidak terima itu. Sampai kapan pun, Lisa tetap akan menjadi masa depanku yang sah. Bukan Jisoo! Atau siapa pun. Dan ya, terjadilah cekcok diantara kita." Ungkap Rosé jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story [JENLISA x JENSOO]
FanfictionGimana jadinya kalau seorang bad girl, trouble maker, tukang bully, bossy girl disebuah sekolah elit pacaran dengan seorang ketua osis dan memiliki lika-liku kisah cinta yang rumit?