Part 7

473 16 0
                                    

Sesampainya di rumah syila, Zahara dan keluarganya turun dari mobil dan langsung bergegas masuk ke dalam rumah. Dirumah Syila sudah banyak orang yang mulai berdatangan, terutama tetangga mereka. Sebelum masuk ke dalam rumah untuk melayat jenazah sahabatnya itu, Zahra terlebih dahulu menginformasikan kepada grup sekolah tentang keadaan Syila.

Zahra:

Assalamualaikum wr.wb.
Innalillahi wa innailaihi rojiun, telah berpulang ke rahmatullah Murid kelas XI IPA 1 atas nama " Asyila Adara (wakil ketua osis)" meninggal hari ini jam 06.20 dan akan di makamkan jam 15.00 alamat rumah duka jl. Pondok indah no 150. Diharapkan kehadirannya. Demikian informasi yang saya sampaikan terimakasih atas perhatiannya.
Wassalamualaikum wr.wb

Setelah Zahra mengirim pesan tersebut dia langsung masuk ke dalam rumah Syila bersama Bunda, sedangkan Ayah dan Kak Yafiq duduk di kursi yang telah disediakan bersama para tamu lainnya.

Sesampainya di dalam Zahra langsung duduk di samping jenazah Syila dan mencium sahabatnya itu. Tak terasa air matanya terus mengalir menatap wajah sahabatnya itu.
Tante Astri yang melihan Zahra menangis langsung duduk di samping Zahra dan memeluknya, karena Zahra sudah di anggap seperti anaknya sendiri. Wajar jika tante Astri menganggap Zahra anaknya karena persahabatan Syila dan Zahra semenjak dari kelas 1 SD.

"Sabar ya sayang, Syila udah tenang disana dan gak sakit lagi, kamu doain Syila terus ya sayang. Kita sayang sama Syila tapi Allah lebih sayang sama dia." kata tante astri sambil memeluk Zahra dan tak henti hentinya air mata mereka berdua mengalir, bunda yang sedari tadi di samping Zahrapun tak kuat menahan tangis melihat ibu Astri yang kehilangan anak semata wayangnya itu.

Beberapa saat kemudian teman teman sekolah serta guru guru datang melayat ke rumah Syila.
Ibu Astri menyambut mereka dengan senyuman padahal hatinya tengah berduka karena kehilangan putri kesayangannya itu.

"Tante Astri, Om Hendra belum datang Yah?" tanya Zahra yang sedari tadi tidak menemukan sosok Ayah Syila.

"Iya sayang, Om Hendra masih di perjalanan menuju kesini" Jawab tante Astri.

Yah memang Ayah Syila jarang terlihat di rumah karena Ayahnya adalah orang yang sangat sibuk dengan kerjaan, pulangnya seminggu sekali. Waktu Syila sakit Ayahnya gak bisa nemanin karena lagi keluar kota bersama kliennya untuk melihat proyek baru perusahaan miliknya.

"Assalamualaikum" terdengar suara kekar namun bergetar karena melihat anak semata wayangnya sudah terbujur kaku di hadapannya, iya itu adalah Ayah Syila, Om Hendra. Begitu terlihat rasa penyesalan yang begitu dalam dari raut wajahnya karena saat Syila membutuhkannya dia tidak pernah ada dan jarang punya kesempatan untuk anaknya. Namun apalah daya semuanya sudah terlambat.

Om Hendra langsung memeluk Tante Astri yang mulai menjatuhkan air mata lagi.
" Sekarang Syila hanya butuh do'a dari kita mas" kata tante Astri yang terus mengalirkan air matanya.

Setelah selesai di mandikan dan di sholatkan, tibalah saat yang paling memiluhkan dan harus berpisah dengan Syila selamanya.

***

Setelah selesai di makamkan Zahra meminta izin kepada keluarganya untuk mengantarnya ke rumah Syila dan dia akan menginap disana untuk satu atau dua hari kedepan,itu adalah permintaan tante Astri dan keluarganya mengiyakan apa yang diinginkan putri bungsu itu.

Setelah sampai di rumah Syila, Zahra turun dari mobil dan langsung masuk ke rumah Syila, dan bunda berpamitan kepada tante Astri untuk pulang ke rumah.

**Zahra Pov**

Belum berapa lama aku duduk dengan tenang tiba tiba ada orang yang memberi salam.

My Husband Is My Senior ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang