⚾️Chaper 6 - Ketulusan

25 4 0
                                    

Chapter 6 - KETULUSAN

••••
Vote Comment dulu shay ;)

"A EN JE A YE, ANJAY Sell! Lo beneran kan Sell? Mimpi apaan lo sampai - sampai nyium Arion."

Osell berdecak. "Ish! Perlu ditekankan, kalau gue GAK nyium Arion. Gue CUMA nolongin dia doang. Kalau seandai gue gak nolongin dia, dia malah tenggelam dan orang - orang bisa nyalahin gue. Dia tenggelam kan juga gara - gara gue. Intinya timbal balik lah. Dia nolongin gue, gue nolongin dia."

Lioly menyeringai, sambil memperbaiki posisi duduknya di atas kasur. "Berarti itu first kiss nya lo dong ya, u-lalaaa."

Osell memutar matanya malas. "Itu bukan ciuman!"

"Itu ciuman, Sell!"

"Enggak!"

"Iya,"

"Enggak Ly!"

"Iya! Itu ciuman."

Osell menghela nafas jengah. Sifat keras kepala Lioly memang sangat susah dibantah.

"Terus kalau itu ciuman, memang kenapa? Gak masalah kok bagi gue. Gue juga gak napsu sama cowok." Osell mengambil bantal kecil yang berada tidak jauh dari dia. "Tapi, masalahnya cuma satu. Yang gue takutin, dia ngadu ke siapa gitu tentang ciuman itu. Gue takut kesebar ke guru dan beasiswa gue malah dicabut Ly. Kalau beasiswa gue dicabut, harus gimana gue bayar uang iuran sekolah. Ini juga gue pusing mikirin cara buat bayar hutang rumah. Uang dari gue bantu - bantu ngangkat barang, kayaknya juga gak bakalan cukup."

Lioly ikut sedih. "Tenang Sell. Don't worry about that. Untuk urusan itu, serahin sama gue. Gue bakal bantuin lo terus kok. Woles say."

"Gue juga bakalan terus pantau si Arion kalau dia macam - macam."

Osell hanya melirik sekilas, lalu tersenyum tipis.

"Makasih ya, Ly."

Lioly mengangguk. "Eh Sell-Sell. Gimana ... kalau gue bilang ke nyokap buat bayarin hutang rumah lo. Jadi lo gak perlu capek - capek deh jadi kuli ngangkat barang buat bayar utang rumah nyokap lo."

Osell tersenyum, tersirat tatapan lirih dari matanya. "Enggak. Enggak usah Ly. Makasihhh banget. Gue selama ini selalu ngerepotin keluarga kalian."

"Enggak Sell! Lo gak ngerepotin kita." Lioly membantah perkataan Osell. Osell mah selalu merasa dirinya merepotkan keluarga Lioly. Padahal, Lioly beserta keluarganya tidak merasa direpotkan.

"Justru ... kita malah seneng bisa bantu lo Sell. Kan nyokap bokap gue udah anggap lo anaknya, gue juga udah nganggep lo saudara gue. Jadi ... lo gak perlu sungkan, Sell."

Osell menggeleng dengan tegas. "Gak perlu Ly. Untuk urusan rumah, gue yang bakalan kerja biar bisa mempertahankan tuh rumah. Gue mau cepet - cepet ngelunasin tuh hutang, dan rumah itu bisa seutuhnya jadi milik gue."

"Tau gak Sell? Gue bangga banget punya temen kayak lo. Lo cewek, tapi strong banget. Lo bisa hidup mandiri, berjuang sendirian di kerasnya hidup, tanpa ada orang tua lagi." Lioly memperbaiki posisi duduknya diatas kasur.

"Kadang gue mikir loh, gue aja yang masih punya orang tua, masih gini aja. Gue kadang pengen kayak lo yang bisa ngelakuin sendiri apapun itu. Ya baik itu dalam urusan pendidikan maupun luar pendidikan. Saat gue kenal lo dari awal kita masuk SMA Sell, gue kaget dong saat tau lo harus memikirkan hal yang sebenarnya itu bukan urusan anak seusia kita."

"Itu udah nasib seseorang, Ly. Mungkin, tuhan udah nakdirin gue hidup kayak gini. Tinggal gue aja yang harus berusaha menghadapi takdir."

Lioly mengangguk. Sungguh, melihat wajah Osell yang tampak murung itu membuatnya ikutan murung, dia merasakan juga apa yang Osell rasakan.

Sweet MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang