[10]Hari yang Baik

808 69 5
                                    

Enjoy

Jimin menyesal karena sebelumnya ia tidak merasa khawatir bagaimana jika nanti diruang latihan ia merasa canggung. Seharusnya dia menyiapkan mental terlebih dahulu sebelum masuk keruangan yang memiliki kaca lebar tersebut.

Sekarang bagaimana, Jimin sudah terlanjur masuk, keberadaannya yang mematung tepat didepan pintu sudah disadari, juga keberadaan Ryujin yang tidak bisa mata Jimin temukan. Bagaimana cara Jimin mengatasi momen canggung seperti ini?

Apalagi semua orang berhenti dari kegiatan masing masing begitu Jimin membuka pintu, serta tatapan penasaran yang dilayangkan padanya membuat Jimin ingin lari saja. Tapi itu mana mungkin.

Karena pada kenyataannya Jimin tetap akan kembali keruangan ini, sebab ia sudah menjadi anggota. Juga tidak mungkin ia membatalkan untuk bergabung hanya karena kejadian canggung ini, sementara ia sudah bilang pada Ryujin bahwa ia ingin bergabung. Dan memilih lari? Itu akan membuat Jimin dikira aneh oleh para anggota lainnya.

Karena tidak tahan dengan aksi tatap tatapan antara Jimin dan beberapa orang didalam ruangan yang masih mengalun suara musik itu, salah seorang dari mereka mendekati Jimin.

“Siapa?” Tanya orang itu dingin. Jimin tidak ingin berburuk sangka dengan mengira kalau orang itu tidak menyukainya. Mungkin saja cara bicaranya memang seperti itu.

“Park Jimin” Jawab Jimin.

“Cari siapa?”

“Shin Ryujin”

Orang tadi melihat kearah teman temannya, bermaksud bertanya kemana Shin Ryujin tadi pergi meninggalkan ruangan. Hingga terdengar seruan bahwa Ryujin pergi ke kantin untuk membeli minuman.

Orang tadi menoleh Jimin lagi, dan dia tidak perlu mengulangi ucapan temannya karena ia yakin Jimin juga pasti mendengar apa yang temannya ucapkan. “Mau menunggu atau langsung pergi?” Tanya orang itu.

Jimin berpikir sebentar. Jika dia langsung pergi, itu artinya dia harus menguras tenaganya lagi dengan kembali ke kelas, kemudian setelah itu kembali lagi ke ruangan ini untuk mengecek keberadaan Ryujin. Terdengar seperti pemuda yang malas, tetapi Jimin harus tau cara bagaimana menjaga tenaganya kalau tidak mau keduluan lemas saat ditempat kerja.

Tapi kalau menunggu...itu artinya Jimin akan terjebak dalam kecanggungan yang lama sembari menunggu Ryujin. Lalu bagaimana jika tau taunya Ryujin ada urusan mendadak dan tidak bisa kembali, sementara ia sudah menunggu disini? Lalu dimana harus menunggu?

Berdiri atau duduk? Dimana? Tidak mungkinkan ia akan langsung bergabung duduk berkumpul bersama para anggota klub tari lainnya?

“Hei, jadi pergi atau menunggu?”

“Menunggu saja”

Orang tadi mengangguk mengerti “Tutup kembali pintunya” perintahnya pada Jimin. Jimin menurut, menutup kembali pintu ruangan yang sebelumnya ia buka. Dan begitu Jimin berbalik pria yang memiliki hidung runcing tadi sudah kembali melanjutkan latihan dancenya.

Tanpa basa basi menawari Jimin untuk menunggu Ryujin dimana. Hal itu semangkin membuat Jimin tampak bodoh. Jika orang yang mudah bergaul, pasti rasanya sah sah saja sekedar ikut duduk digerombolan anggota klub lainnya sambil mengatakan bahwa ia berada disana untuk menunggu Ryujin.

Bukannya seperti Jimin sekarang, diam berdiri ditempatnya tadi sambil meremat masing masing jemari. Tapi bersyukurlah karena itu tidak lama. Sebab pintu kembali terbuka, menampilan Ryujin dengan satu plastik kaleng soda.

“Eh? Jimin, sudah lama sampainya?” tanya Ryujin, seketika Jimin menghela nafas lega kemudian mengangguk kecil.

“Kalian jahat sekali, membiarkan Jimin berdiri disini” Ujar Ryujin pada teman temannya. Mata Jimin melebar, kepalanya menggeleng kencang, sementara ia mulai bisa melihat reaksi tidak suka dari teman Ryujin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Should Love Yourself [YoonMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang