9.2.

20 7 0
                                    

Rapat berjalan dengan lancar. Semua yang Lorna inginkan dapat dipenuhi oleh mereka semua. Di saat semua tim sudah keluar dari ruang rapat, hanya wanita itu yang tak juga beranjak. Edwan pun masih setia di samping Lorna.

Lorna berpikir bahwa ada yang ingin wanita itu sampaikan padanya. Tapi apapun itu, Lorna tak akan mau untuk mendengarnya. "Jika anda tidak mau beranjak. Kalau begitu saya yang pamit," kata Lorna sambil berjalan melewati Kattie.

"Kak Lorna!" Kattie memegang tangan Lorna untuk jangan pergi dulu.

Lorna memandang tangannya yang digenggam oleh Kattie. "Apa lagi yang kau inginkan? Aku sudah tidak ada hubungan dengannya. Kalian bisa menikah dengan tenang," ucap Lorna sambil menepiskan genggaman Kattie dari dirinya.

"Kak Lorna dengarkan aku dulu," kata Kattie sambil mencegat jalan Lorna. "Semalam aku tak berniat untuk menyakiti kakak. Aku hanya tidak suka Kak Jovan-"

"-dekat dengan perempuan lain? Begitu?" Tanya Lorna sarkas. "Aku sudah tak ada hubungan apapun dengannya. Lagi pula sedari awal kami juga tak memiliki hubungan yang serius. Dan kali ini, Jovan sangat serius pada mu. Kalian akan menikah, kan?" Tanya Lorna yang bahkan bisa membuat Kattie terkejut sendiri.

Kattie tidak menyangka akan seperti ini perkataan Lorna. Kattie bahkan sudah berpikir akan mendapatkan cacian, atau ya paling buruk disiram minuman. Tapi nyatanya?

"Jovan sangat serius bukan? Bahkan sampai meminta mu untuk menikah dengannya. Kalau sampai seperti itu aku rasa ia benar-benar mencintai mu. Dan jangan sia-siakan itu," kata Lorna dengan dada yang terisak. Lorna akui, ia sangat tidak ikhlas untuk mengatakannya.

Meskipun, Jovan juga sering bilang untuk mau menikahi ku. Tapi ku rasa itu hanya gurauan. Lihat sekarang?

"Aku pergi duluan. Aku harus ke kantor pusat. Sekali lagi selamat atas pernikahannya," ucap Lorna dan langsung bergegas pergi meninggalkan ruangan.

Kattie masih berdiam di tempat, ia terlampau bingung dengan sikap Lorna. Kattie biasa menanggapi para jalang yang siap berkelahi baik secara fisik atau pun tidak. Tapi Lorna benar-benar berbeda. Tak ada satupun sikap dari perempuan ini yang mirip dengan perempuan yang biasa Kak Jovan kencani.

"Tunggu Kak Lorna!" Teriak Kattie sambil berlari menyusul Lorna. Saat ia keluar dari ruangan, ia terkejut dengan wajah Edwan yang tepat sedang menunggu di depan ruangan. "Ke mana Kak Lorna?!" Tanya Kattie.

"Lorna sedang tidak ingin diganggu. Tapi, saya bisa antarkan anda sampai lobby," kata Edwan dengan lembut.

Kattie tak mau membuat masalah lagi di sini. Ia terpaksa mengikuti kemauan Edwan, dan kembali masuk ke mobil dengan wajahnya yang murung.

Setelah Lorna memberi perintah pada Edwan untuk "mengusir" Kattie secara halus, ia mendapatkan panggilan dari Coby.

"Halo, kak?" Sapa Lorna setelah menjawab telepon.

"Kau akan langsung ke sini, kan?" Tanya Coby memastikan.

"Iya, kak. Aku sedang di ruangan ku untuk mengambil beberapa bukti tambahan," jawab Lorna sambil memisahkan beberapa map di sana. "Aku akan langsung ke sana," lanjutnya.

"Hmm.. Lorna?" Coby tampak ragu untuk menanyakan sesuatu. "Kau sudah bertemu Jovan hari ini?" Tanya Coby.

Lorna memberhentikan langkahnya yang ingin menuju lift. Coby bisa mendengar helaan napas Lorna. "Tadi pagi, di rumah. Kakak yang mengizinkannya untuk menginap. Ingat?"

"Aku minta maaf Lorna. Aku hanya ingin kalian membicarakannya secara baik-baik. Tapi aku salah, ternyata Jovan berbuat kasar pada mu. Aku tidak menyangka," kata Coby menyesal.

One Degree / 1°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang