4.1

42 8 3
                                    

Kini Jovan berada di rumah Lorna yang dulu ia tinggali dengan Oma dan Eden. Lorna sedang dalam kondisi yang buruk untuk melanjutkan tulisannya. Beberapa jam yang lalu Lorna merengek lelah agar segera pulang.

"Van, aku pusing. Aku mau pulang saja," ucap Lorna sambil merapikan laptopnya. "Terima kasih sudah menemani ku," lanjut Lorna sambil tersenyum tipis.

Ini pertama kalinya Lorna tersenyum untuk ku! "Aku yang antar. Sudah ku bilang, aku akan menemani mu sampai kau kembali ke rumah," balas Jovan.

Hasilnya sekarang Jovan sedang di rumahnya Lorna. Lagi pula juga tak ada orang kecuali satpam dan pembantu rumah tangga. "Tea? Coffee? Juice?" Tanya Lorna sambil menuju dapur bersihnya. Jovan hanya menatap Lorna bingung sambil berpikir ia ingin minum apa. "Do you smoke?" Tanya Lorna tiba-tiba sambil mengambil tekonya dan dua gelas.

 "Do you smoke?" Tanya Lorna tiba-tiba sambil mengambil tekonya dan dua gelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hmm... Aku perokok sosial," Jawab Jovan ragu. "Apakah kau tidak suka lelaki perokok?" Tanya Jovan.

Lorna tertawa kecil mendengar pertanyaan Jovan. "No, aku hanya ingin menyocokkan teh mana yang pas untuk mu. Hmm.. Black tea? Ini bagus untuk mencegah kerusakan paru-paru," Tanya Lorna. Seketika ia menggelengkan kepalanya. "No, too much caffeine. Hmm.." Mengingat di cafe tadi Jovan sudah memesan kopi. Lorna hanya kembali berpikir.

Kini Jovan yang senyum-senyum sendiri melihat Lorna. Kapan lagi Lorna mau berpikir teh mana yang cocok untuk kesehatannya. "Apapun pasti akan ku minum, hon.."

Lorna kembali memutarkan kedua bola matanya ketika mendengar panggilan dari Jovan. Lorna kembali menyiapkan tehnya untuk mereka berdua. Sepertinya white tea dengan jasmine sangat cocok untuk malam ini. Lorna menaruh kedua tehnya di meja.

Mereka duduk saling berhadap-hadapan. Hanya keheningan menemani mereka. Sedikit demi sedikit mereka menyeruput tehnya.

"Jadi-"

"Jadi-"

Mereka sama-sama terkejut. "Kau duluan saja," kata Lorna.

"Jadi sekarang kita sepasang kekasih?" Tanya Jovan yang mengingat ucapan Lorna saat berbicara dengan Coby. Walaupun sebenarnya Jovan juga yang memulainya duluan.

Setelah Lorna pikir-pikir, Jovan orang baik tapi juga brengsek. Ia bilang Jovan adalah kekasihnya juga hanya karena ingin membuat Coby tak perlu mengkhawatirkan dirinya. "Kau yang memulainya duluan saat menelpon Kakak ku," kelak Lorna.

Jovan menaikkan sebelah alisnya. "Aku bertanya hal yang lain Lorna," kata Jovan sambil tersenyum. "Oke, akan aku ganti pertanyaannya. Maukah kau menjadi kekasih ku?"

Lorna sedikit tertawa tidak percaya. "Van, kita.. kita tidak sedekat itu untuk menjalin hubungan yang sungguhan. Kita hanya akan berkencan tiga kali, oke?"

Kini Jovan menaruh dagunya di atas meja. Sangat menggemaskan bagi Lorna. "Tiga kali tidak akan cukup. Kalau begitu ayo kita menikah!"

Lorna berdecak kesal, "berapa wanita yang sudah kau lamar?" Tanya Lorna.

One Degree / 1°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang