Bismillah..
Gagas duduk terdiam di sudut salah satu ruang inap di rumah sakit. Menatap seorang laki-laki tua renta yang tertidur tak jauh darinya. Selang infus terpasang di tangan kiri laki-laki itu membuat Gagas tanpa sadar meringis.
Ya, laki-laki sekuat dan sekekar Gagas itu takut jarum suntik. Dan fakta memalukan itu hanya diketahui oleh Risa seorang. Tanpa sadar Gagas tersenyum, Risa sedang apa ya ? pikirnya.
Segera Gagas mengambil ponsel. Ia benar-benar merasa bersalah meninggalkan gadis itu sendirian di toko buku tadi sore. Tapi apa daya, kakeknya, satu-satunya orang yang selalu ada untuk Gagas tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit, membuat cowok itu mau tak mau panik luar biasa.
Padahal tadi pagi kakeknya itu masih cengengesan pada Gagas. Tapi kenapa tiba-tiba sore ini sakit ?
"Gas"
Gagas baru saja akan mengirimkan pesan untuk Risa saat sebuah suara muncul. Gagas mendongak. Kakeknya sudah sadar.
"Kakek !"
Gagas segera berlari mendekat ke arah kakeknya. Wajah kakeknya yang sudah keriput terlihat cerah saat Gagas menatapnya khawatir.
"Adrian mana ?"tanya Kakeknya. Gagas mengedip.
"Ah itu-" Gagas terdiam sejenak.
"Papa lagi di luar negri"kata Gagas setelah berhasil mengingat ucapan Papa nya dua hari yang lalu.
Yah, setidaknya walaupun Papa nya sibuk luar biasa, ia tidak pernah lupa mengabarkan kepada Gagas kalau ia sekarang sedang berada di belahan dunia mana.
Kakek Gagas mengangguk-angguk. Tidak bertanya lagi.
"Kakek kenapa tiba-tiba bisa pingsan ? Tadi pagi masih sehat kok"protes Gagas saat Kakeknya hanya diam dengan mata sayu.
Kakek Gagas mendecih.
"Kamu masih muda makanya ngomong begitu, kalau udah tua kayak kakek nanti kamu rasakan sendiri deh, pagi nya masih sehat bisa jadi siangnya udah mati"kata kakeknya protes balik. Gagas mendengus.
"Tadi bukannya kamu lagi jalan sama Risa ?"tanya Kakeknya. Gagas terdiam.
"Kakek tau darimana ?"tanya Gagas dengan mata menyipit.
Kakek Gagas tersenyum sombong.
"Tua-tua begini, kakek itu orang kaya, mata-mata kakek ada dimana-mana" kata Kakek Gagas. Gagas mendelik.
"Halah, paling tau karena lihat postingan Gagas"kata Gagas yang baru ingat kalau tadi siang ia mengepost snapgram dengan Risa.
Kakeknya terkekeh.
"Itu tau"katanya.
Gagas tersenyum kecil. Ia tidak mengerti kenapa bisa memiliki kakek seabsurd dan segaul kakeknya. Padahal Papa nya sendiri bicara sangat kaku padanya. Bayangkan saja sejak kecil, saat Papa nya bicara dengan Gagas, Papanya berkata dengan kata 'Saya' pada anaknya sendiri. Sungguh membosankan.
Gagas tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan Mama nya dulu saat masih bersama Papa nya. Pasti Mama nya cepat meninggal karena Papa nya terlalu kaku dan membosankan.
"Gas"
"Iya ?"
"Sepertinya ada sesuatu yang terjadi sama Risa"kata kakeknya serius.
✂✂✂
Besok paginya, jam 6 tepat, Gagas sudah berhenti di depan rumah Risa. Ucapan kakeknya malam itu berhasil membuatnya tak bisa tidur semalaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
96 Minggu Bersamamu [SELESAI]
Roman pour Adolescents[Sebagian cerita telah dipindahkan ke aplikasi kubaca.] Keinginan Rafa sebenarnya sederhana. Hidup normal selayaknya anak SMA, bergabung dengan organisasi keagamaan dan lulus dengan nilai yang memuaskan. Namun ternyata 96 minggu bertetangga dengan...