Bismillah..
Namanya Muhammad Rada Al-Farizi. Panggilannya Rafa atau sering dipanggil abang ganteng kalau lagi di rumah.
Cowok berumur 16 tahun itu lahir di Solok, Sumatra Barat. Tapi karena satu dan lain hal jadilah ia diboyong mamaknya untuk tinggal di Jakarta. Sebuah kota yang selama ini hanya bisa dilihat Rafa melalui televisi.
*Mamak = Saudara laki-laki IbuGak banyak hal menarik di kota kelahirannya. Mungkin di banding kota Padang, Solok kelihatan kayak anak cupu dan Padang adalah anak hits. Tapi walaupun begitu, Rafa bangga sekali lahir disana.
"Rafa, kalau lah tibo di Jakarta, jan lupo samo Ibu disiko, elok-elok disitu, jan suko buek masalah, ingek, Rafa ndak di rumah surang do, manumpang tingga samo Mamak."
*Rafa, kalau sudah sampai di Jakarta, jangan lupa sama Ibu yang ada disini, baik-baik disana, jangan suka buat masalah, ingat, Rafa enggak di rumah sendiri, menumpang sama Mamak
Itu adalah pesan ibunya saat Rafa akan berangkat ke Jakarta. Di bandara. Rafa ingat sekali saat itu ia menangis seperti bocah SD yang tidak dibelikan mainan. Memeluk ibunya erat sekali seolah tak mau ditinggal.
"Jan buek malu."
*Jangan buat maluRafa tertawa saat itu, ketika ibunya memarahinya karena menangis.
Dan sekarang, disinilah Rafa, berdiri sendirian sambil menatap kota Jakarta dari balkon kamar barunya.
Cowok itu tersenyum lebar. Semoga saja hari-harinya di Jakarta berjalan dengan lancar.
✂✂✂
"Sa, kita punya tetangga baru ya?"
Kalimat Shena membuat Risa yang sedang menonton televisi mengalihkan pandangannya dari layar televisi ke wajah Shena. Lalu mengedikkan bahu.
"Mana gue tau," jawabnya tak acuh. Shena mendecak.
"Ih elo mah gitu, penasaran dikit kek, tetangga baru kita seumuran lo tau."
Risa mendengus.
"Cewek?"
Shena bergumam. "Cowok."
Risa mengangguk, membulatkan mulut lalu kembali sibuk nonton Tv. Shena jadi terpana dibuatnya.
"Gila! Lo es batu banget ya! Dingin banget! Lo gak penasaran?" cecar Shena. Risa menggeleng. Gak peduli.
"Gue gak tertarik."
"Yakin gak tertarik? Kata Mama, ponakannya Om Danu itu cakep tau," ujar Shena sambil mengedip genit.
Risa medengus. Shena memang centil, dia suka sekali memperhatikan cowok-cowok ganteng yang sering lewat di depan rumah mereka. Biasanya sih kakaknya itu bakalan sok jaim kalau disapa sama target cogannya. Shena memang genit sih tapi banyak yang naksir.
"Lo gak tertarik kan? Berarti boleh dong tetangga baru kita buat gue aja?" kata Shena lagi. Risa memutuskan untuk tidak memberikan jawaban.
"Yeiy! Diam bertanda iya, terserah berarti enggak suka," sorak Shena lalu menari-nari gak jelas saking senangnya.
Risa tersenyum kecil. Enak sekali bisa kayak kakaknya itu, naksir cowok, jadiin gebetan trus jadian. Sedangkan Risa? Cewek itu meringis. Jangankan naksir cowok, ngelirik cowok lain aja gak boleh sama pawangnya.
Memang, kadang hidup berjalan gak adil.
✂✂✂
Pagi hari di Jakarta gak jauh beda sama pagi hari di Solok. Sama-sama masih gelap. Bedanya kalau di Solok jam segini masih sepi, di Jakarta udah macet.
KAMU SEDANG MEMBACA
96 Minggu Bersamamu [SELESAI]
Fiksi Remaja[Sebagian cerita telah dipindahkan ke aplikasi kubaca.] Keinginan Rafa sebenarnya sederhana. Hidup normal selayaknya anak SMA, bergabung dengan organisasi keagamaan dan lulus dengan nilai yang memuaskan. Namun ternyata 96 minggu bertetangga dengan...