"Keep it and save it for good. Jaga dan simpan ini selamanya" - Jeffrey.
***
Nico terbangun pada pukul 5 pagi. Dia mengeliat dan mengecek handphone-nya. Ada pesan baru dari grup kelasnya. Ternyata itu dari dosen fisikanya.
"Hari ini tidak ada kelas karena saya ada keperluan mendadak. Silakan lanjutkan untuk membaca materi mengenai kinematika lanjutan".
Begitulah isi pesan dari dosen fisikanya. Ia terniat untuk membangunkan Jeffrey yang masih tertidur, tapi... setelah mengingat kejadian semalam ia mengurungkan niatnya.
"Aku rasa dia bakalan bangun sebentar lagi. Lebih baik aku pura - pura tidur saja" Ucap Nico sendiri.
Dia kemudian menarik selimutnya kembali dan bertingkah seperti ia sedang tidur.
Ia masih menunggu.
30 menit sudah berlalu, tapi Jeffrey masih terlihat pulas.
"Tumben dia bangunnya lama sekali" Gumam Nico.
Akhirnya ia memutuskan untuk membangunkan Jeffrey.
"Umm. Jeff. Jeffrey. Ayo bangun.."
"Kenapa?" Tanya Jeffrey singkat. Nico menjadi tersentak lagi.
"Umm.. Kata Pak Robert kita hari ini tidak ada ..."
"Aku sudah tahu" Potong Jeffrey.
"Ok, baiklah" Ucap Nico.
Nico menjadi lebih merasa bersalah. Ia cemas jika perlakuannya bisa menyebabkan pertemanan mereka berdua hancur. Tapi apa daya, nasi sudah menjadi bubur. Andai saja mesin waktu itu ada, maka Nicolah yang akan menggunakannya kali ini.
***
Nico membuka matanya. Ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 7 lewat. Ia menggeliat dan kemudian berjalan ke toilet untuk mencuci mukanya. Setelah itu, ia berjalan menuju ruang makan dan ternyata Jeffrey juga akan sarapan. Tanpa basa basi, Nico ikut duduk bersama Jeffrey di meja makan. Nico tidak menyangka bahwa Jeffrey masih mau menyediakan sarapan untuknya.
Mereka makan tanpa saling berbicara satu kata pun. Perasaan Nico menjadi tidak enak. Sesekali Nico mencuri pandang untuk melihat Jeffrey, namun Jeffrey tetap menunduk sambil menyuap dan mengunyah sarapannya.
Mereka berdua sudah selesai sarapan, tapi masih saling diam satu sama lain.
"Umm.. Jeff? Jam berapa kamu akan menemui bu Chika hari ini?" Tanya Nico.
"Kamu tetap akan menemaniku?" Jawab Jeffrey.
"Tentu saja" Ucap Nico seakan - akan ia lupa yang telah terjadi.
"Baiklah, kita lihat saja nanti" Kata Jeffrey singkat. Kemudian ia pergi menuju dapur untuk mencuci beberapa piring.
Perasaan Nico menjadi lebih kacau.
***
Nico melihat jam dinding untuk kesekian kalinya. Sudah pukul 9. Artinya ia harus bersiap - siap untuk pergi ke kampus. Begitu juga dengan Jeffrey, ia tampak sudah mengganti pakaiannya dan telah siap untuk berangkat.
"Nico" Panggil Jeffrey singkat. Ekspresi dingin dan datarnya terlihat sekali dari raut wajahnya. Hal tersebut menjadikan Nico ekstra gugup.
"Ya.. Ya?? Apa Jeff?" Kepanikan Nico sudah mencapai level maksimal.
"Aku ingin bicara. Aku tunggu di meja makan" Kata Jeff sambil keluar kamar. Masih datar.
Nico yang penasaran segera berganti pakaian dan pergi keluar dan duduk di meja makan bersama Jeffrey.
"Umm.. Ada apa Jeff?" Kata Nico memulai percakapan.
"Jadi, sudah berapa lama kamu membaca diaryku?" Tanya Jeffrey.
"Ma... Maaf, Jeff. Aku sudah membacanya.. 2 kali. Iya, 2 kali" Jawab Nico. Masih gugup.
"Jujur, aku tak habis pikir kamu bisa begitu" Kata Jeffrey.
"Iya.. I.. Iya.. Tapi, Jeff.. Aku tahu aku salah.. Aku.. Aku benar - benar menyesal dan aku minta maaf. Aku harap kamu bisa memaafkanmu" Kata Nico. Matanya berkaca - kaca, kacamatanya menjadi berembun.
"Kamu adalah teman terbaikku, Nico" Ucap Jeffrey.
"Iya, kamu juga teman terbaikku. Aku.. Aku tidak punya sahabat selain kamu" Timpal Nico.
"Iya. Kamu adalah teman terbaikku" Ucap Jeffrey lagi.
"Iya, Jeff" Balas Nico.
"Kamu adalah teman terbaikku" Ulang Jeffrey sekali lagi.
"Aa.. Apa maksudmu?" Nico menjadi heran.
"Dengar. Kamu adalah teman terbaikku, jadi aku tak perlu menyembunyikan sesuatu darimu. Apakah kau merasakannya?" Kata Jeffrey.
"Aku rasa, aku merasakannya. Kamu selalu bercerita tentang keluargamu, hidupmu dulu, dan kegiatanmu sehari - hari saat aku tidak menginap di rumahmu" Kata Nico.
"Ya, kamu benar. Sudah dapat poinnya?" Tanya Jeffrey. Nico menjadi semakin heran.
"Apa maksudmu, Jeff?" Tampak banyak sekali kerutan di kening Nico.
"Haha.. Begini, Nico. Jika kamu membaca diary-ku, itu bukanlah sebuah masalah bagiku. Aku dulu pernah bilang kan, jika aku pernah berniat untuk bunuh diri karena orang - orang yang mencaciku. Kamulah orang yang pertama kali aku ceritakan masalah ini. Karena aku tahu, kamu adalah pendengar yang baik, kamu adalah pemberi solusi terbaik, dan juga kamu adalah orang yang selalu memberiku semangat. Aku tidak akan marah jika kamu membaca diaryku, bahkan secara diam - diam sekalipun. Aku hanya ingin mengerjaimu. Air mata semalam itu adalah air dari gelas di dekat tempat tidurku. Maafkan aku, tapi kamu harus bisa menjaga semuanya tetap aman" Kata Jeffrey menjelaskan.
"Waahh. Benarkah? Kamu benar - benar membuatku panik. Tentu saja aku akan menjaganya. Maafkan aku juga" Kata Nico tersenyum. Ia kemudian memeluk Jeffrey dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secrets & Lies (COMPLETED)
Ficção GeralSebuah kepercayaan yang menuntut ketakhinggan. "Keep it and save it for good" "Jaga dan simpan ini untuk selamanya" *** Rank: #25 teenagelife (June 10th 2019), #6 teenagelife (June 16th 2019), #21 truefriend (June 18th 2019), #8 closefriend (July 8t...