Asap hitam mengepul di kejauhan. Di sebuah tanah yang lebih tinggi. Berpusat di sebuah kastil megah yang berdiri di atasnya. Api terlihat berkobar di hampir semua sudut. Ratusan sosok - sosok mengerikan bak monster merangsek masuk setelah berhasil merobohkan gerbang besi. Membunuh ratusan prajurit yang berjaga. Mayat - mayat bergeletakan, darah berceceran di tanah layaknya sungai, beberapa merupakan mayat monster mengerikan, sebagian besar dari prajurit yang tewas karena berusaha melawan monster - monster itu.
Ratusan anak panah terus dilepaskan dari atas benteng dan puncak menara ke arah gerombolan monster. Masih belum menyerah melawan meski rasa takut akan kematian tak bisa dielakkan. Teriakan - teriakan penyemangat dari para jendral perang terus diteriakan, mendorong nyali agar tidak padam. Senjata - senjata terayun. Batu - batu besar melayang menghadang terjangan musuh.
Benturan pedang dengan senjata lain yang dibawa para monster terdengar mengerikan. Aroma anyir darah menguar di udara, menarik burung - burung pemakan bangkai untuk datang dan menunggu kesempatan mereka berpesta atas mayat - mayat yang bergeletakan.
"Bunuh semua manusia yang ada disini! Hancurkan semuanya!''
Teriakan seseorang yang duduk di atas punggung kuda di tengah pertempuran besar membuat para monster semakin menggila. Teriakan mengerikan dari mulut yang dipenuhi gigi tajam dan napas busuk semakin mengikis keberanian para prajurit yang terus berusaha mempertahankan kerajaan mereka.
"Cepat pergi dari sini!''
Seorang pria berambut pirang dengan pakaian perangnya berteriak keras ke arah wanita cantik yang tampak ketakutan melihat sosok - sosok mengerikan yang mengelilingi mereka. Beberapa kali dia berteriak saat pedang di tangan pria pirang itu menebas leher ataupun menusuk perut monster - monster yang mengepung mereka.
"Yang Mulia Ratu, ayo pergi dari sini!''
Wanita dengan sanggul rambut yang sudah berantakan itu menggeleng ketakutan. Dia tidak mungkin pergi begitu saja meninggalkan istana, terlebih meninggalkan pria pirang yang kini tengah membuka jalan untuk mereka agar bisa keluar. Melewati lorong - lorong istana yang dirasa masih aman untuk mereka lewati.
"Tidak. Aku tidak bisa pergi sendiri Shion'' si wanita yang merupakan ratu dari kerajaan itu menggenggam erat lengan pelayannya ''Aku tidak akan meninggalkan Yang Mulia sendiri''
"Tapi...''
"Cepat pergi Hinata, kembali ke Isildur. Katakan apa yang terjadi disini pada Ayahmu'' Si wanita di paksa untuk naik ke atas kuda saat mereka sudah sampai di area yang aman.
"Yang Mulia aku tidak bisa....'' air mata mengalir di wajah cantik namun pucat dan berantakan itu, dia tidak ingin meninggalkan orang yang dicintainya sendiri disini. Dia ingin kalaupun harus mati, setidaknya mereka bisa mati bersama.
"Dengar, kau harus hidup. Aku tidak akan membiarkanmu mati. Jika tetap disini aku takut tidak bisa melindungimu. Shion cepat pergi dengan Ratu''
Si pria pirang berteriak memerintahkan pelayannya untuk naik ke atas kuda yang satunya. Yang diteriaki segera mengangguk, meraih tali kekang kuda untuk pegangan saat akan naik.
"Kalian tidak akan pergi kemanapun. Karena disini adalah kuburan kalian!''
Tidak diduga satu sosok monster muncul dan langsung menyerang Shion. Dengan mudah mematahkan leher kurus gadis itu dan melemparkan tubuhnya ke arah tembok pagar.
Hinata menjerit ketakutan. Masih berada di atas kudanya, sementara sang raja berdiri di depan, melindunginya dari monster yang mulai berdatangan.
"Brengsek kau Danzo. Pengkhianat licik. Kau yang membawa monster - monster menjijikan ini untuk menyerang Galadril huh! Apa maumu sebenarnya?''
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAY LIGHT
RandomNaruto harus mengambil kembali semua miliknya yang hilang. Kehormatan, harga diri dan kerajaannya. Tapi, apa dia juga mampu mendapatkan kembali cintanya. Naruto @ Masashi Kishimoto.