Tanda Kamu Suka Padaku

110 14 2
                                    

 "Aku diam-diam suka kamu, kucoba mendekat, kucoba mendekati hatimu..."

'Diam-Diam Suka', Cherybelle

⚘❤⚘❤⚘❤⚘

Cowok sawo matang dengan rahang chubby dan senyum manis itu sudah berdiri di depan pintu kamar kosku ketika pagi ini aku membukanya untuk membuang sampah.

Jangan tanya warna mukaku waktu mata yang masih belekan ini berserobok dengan tatapannya.

"Eits!" separuh lengan bawahnya masuk ke kamarku melintasi ambang pintu, menahan daun pintu yang buru-buru kututup dengan malu itu, "Jangan ditutup dong, ini tanganku entar putusss!"

"Tarik dulu tanganmu kalo nggak mau putus!" seruku sambil masih menekan daun pintu itu.

"Y ampun, serius, Za. Jangan ditutup!"

"Cepet tarik!" ingin aku menangkap tangan itu dan mendorongnya keluar tapi aku takut nanti malah aku yang ditarik keluar.

Cowok itu menyerah. Ditariknya tangannya. Pintu kugabrukkan dengan keras lalu kukunci.

"Zara!" serunya dari luar, "Aduhhh tega banget kamu..."

Aku buru-buru menyambar face foam, sikat gigi dan odol, lalu bergegas ke kamar mandi. Suara air yang mengucur dari keran menelan suara cowok itu sehingga aku tak bisa lagi mendengarnya dengan jelas. Entah apa yang dikatakannya. Aku nggak perduli karena aku lagi buru-buru. Cuci muka, keringin, buka lemari, pilih kaos, pakai kaosnya...

Lima menit kemudian aku sudah memandangi diriku yang tersenyum balik kepadaku dengan wajah segar dari cermin full body yang terpasang di samping pintu kamarku.

"Zara... buka pintunya, please..."

"Iya, tunggu!" jawabku sambil memutar kunci yang agak macet itu, "Yaelah ni kunci, giliran darurat gini pake lama lagi!"

Untunglah akhirnya kunci tersebut bersikap kooperatif setelah kuputar bolak-balik arah selama hampir dua menit.

Cowok penggerebek kamarku itu berdiri di hadapanku dengan wajah menyeringai seolah menahan sakit.

"Pagi?" ucapku sambil tersenyum dan bersandar di pintu yang belum kubuka penuh itu. Berusaha berpose penuh pesona di hadapannya. Namun sedetik kemudian senyumku lenyap karena cowok itu maju lalu menerkamku dan... eh, nggak, ternyata dia cuma mau mendorong pintu kamarku lebih lebar dan segera nyelonong masuk.

"Aku numpang ke toilet, dong!" izinnya sambil menghilang di balik pintu PVC warna krem tersebut.

Sial, kirain mau kasih ciuman selamat pagi di jidatku.

Kuhembuskan nafas berat lalu membuka pintu kamarku lebar-lebar. Ya iyalah kan ada cowok di dalam, jangan sampai aku kepergok sama pembantu di sini terus dilaporin ke Pak RT. Bisa disuruh nikah paksa deh ...

Aku tersenyum sendiri membayangkannya.

"Napa senyum-senyum?" cowok itu sudah berdiri di hadapanku yang sedang menggenggam cangkir kosong.

"Ih, kepo. Kamu juga, ngapain pagi-pagi ke sini?" kuraih kopi sasetan dan kunyalakan teko listrik di meja belajarku, "Mau kopi?"

"Mau, dong." lalu tanpa kusuruh ia keluar dari kamar dan menarik masuk salah satu kursi teras yang ada di situ, "Siapa bilang aku ke sini pagi-pagi?"

"Lah emang ini udah siang, ya?" kulirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah tujuh pagi sambil mengisikan bubuk hitam harum itu ke dua buah cangkir di mejaku.

"Aku udah di luar kamarmu ini dari tadi malam, Za,"

"Hah?" kutatap dia dengan heran. Semalam dia nginap di luar kamarku?

"Iya,"

"Kenapa?"

"Aku... aku nggak mau kehilangan kamu, Za..." jawabnya setelah agak lama menatap tepat di mataku.

Aisshhh... apa artinya ini? Apa ini tanda bahwa kamu akhirnya suka sama aku?

Otakku spontan memutar kembali peristiwa memalukan yang terjadi semalam.

Kemarin sore sebuah pesan singkat tiba-tiba masuk di saat jam di hapeku menunjukkan pukul tiga lewat empat puluh dua menit. Aku sendiri lagi leyeh-leyeh di tempat tidur, melepas penat karena pada hari tersebut jadwal kuliahku penuh dari jam delapan sampai jam tiga sore.

Ketika kutahu bahwa pesan itu dari Zayn hapeku langsung jatuh dari tanganku. Untungnya ke kasur. Kaget banget udah berbulan-bulan nggak pernah lagi WA-an sama dia. Pikiran malasku yang tadi udah berniat bablas tidur sampai magrib akhirnya menyuruhku masuk ke kamar mandi.

Karena di pesan itu dia mau ngajak aku ketemuan di kafe belakang kampus. Sebentar aja katanya. Cuma mau ngomongin project sosial media kampus. Ya mau semenit doang juga tetep aja aku nggak mau ketemuan sama dia nggak pake mandi nggak pake dandan!

Kalau kalian mau tau kenapa aku sampai repot-repot gitu, nih aku ceritain dulu dia itu siapa.

Zayn Malik adalah salah satu cowok yang jadi incaran cewek-cewek di angkatanku. Kenapa, pertama karena dia itu ganteng. Kedua, dia baik hati banget. Yah, ganteng itu sebenarnya relatif sih, kalo jelek kan absolut ya, hehehe. Nah, kakak senior yang ganteng dan baik hati itu adalah perpaduan yang berbahaya, karena bisa membuat para mahasiswi junior jatuh cinta berjamaah. Iya bener, semua cewek yang jadi anak bimbingannya diam-diam suka sama dia. Termasuk aku, Zara Karmela.

Jadi di kampusku, selama satu bulan pertama kuliah ada yang namanya mabim, alias masa bimbingan. Pada periode tersebut, beberapa mahasiswa senior dari tahun sebelumnya harus menjadi mentor dari sebuah kelompok berisi empat sampai enam mahasiswa baru. Kebetulan kelompokku yang berisi lima orang, cewek semua, dimentori oleh Zayn. Jadilah selama sebulan itu kami berlima sering makan bareng, jalan bareng, dan belajar bareng sama dia.

Pada saat itu aku merasa nyaman dan aman. Zayn ngebantuin kami bukan cuma untuk urusan kampus tapi juga buat urusan lain yang nggak penting. Pendek kata, mabim yang program kampus itu akhirnya jadi personal buat kami. Karena pada suatu hari, Selly, Janice, Diba, Alifa dan aku, saling tau-tauan kalo suka sama dia. Tapi kami nggak saingan sih. Mungkin karena Zayn nggak pernah memperlakukan satupun dari kami dengan berbeda.

Sebelum UTS, kelompok kami dibubarkan karena masa bimbingan sudah selesai. Saat itu ada rasa kehilangan dalam hatiku dan keempat temanku. Selanjutnya karena sudah dekat, kami tetap ngumpul dan jalan bareng meski tanpa Zayn. Waktupun berlalu dan akhirnya semester satu selesai.

Jelang libur itu ketika kami makan bareng di kafe belakang kampus kurasakan keempat temanku sudah move on dari kenangan manis di kelompok mabim itu. Tak sedikitpun mereka membicarakan Zayn padahal cowok itu belum juga bisa kukeluarkan dari kepalaku. Aku merasa bingung dan sendirian.

Ketika semester dua dimulai, aku beberapa kali berpapasan dengan Zayn di kampus. Dia cuma tersenyum sambil berlalu. Cuma senyum, nggak ada basa basi!! Eh, aku kok jadi sakit hati. Ada apa sebenarnya dengan diriku? Dia dan aku kan memang udah nggak ada urusan lagi.

Kenapa aku jadi galau?

🚶‍♀️🥀🚶‍♀️🥀🚶‍♀️🥀🚶‍♀️🥀🚶‍♀️

Tanda (Bisa dibeli di Apps LONTARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang