Tanda Permintaan Maaf

15 0 0
                                    

Sekali-kali P.O.V Hannah lah ya, Guys. Biar kalian juga mengerti apa yang dirasakan oleh pacar resminya Zayn ini.
😊

Zayn terlihat sangat kaget ketika tatapannya bertubrukan dengan tatapanku di teras rumahnya.  Tidak biasanya ia bersikap seperti itu. Biasanya dia senang banget kalau menemukanku melakukan kunjungan ke rumahnya. Apalagi dadakan kayak gini.

"Eh, ngapain di sini, Han?" tanyanya agak canggung sambil mengamatiku yang masih dengan outfit kuliah tadi.

"Kenapa? Kamu nggak senang aku ke sini?" tanyaku balik dengan heran campur kesal, "Tumben..."

"Enggak, Han, biasanya kan kita janjian dulu..." jawabnya sambil melewatiku di teras dan melepaskan sepatunya di muka rak sepatu.

"Lho, sejak kapan aku sebagai pacar kamu harus bikin janji untuk datang ke rumah kamu?!" tantangku ketus karena sikapnya malam itu sangat menyebalkan.

"Bukan, gitu..." Zayn ngeles. Kuamati tangannya yang tak membawa tasnya. Kebiasaan Zayn mencekal hapenya di tangan juga kali ini tidak dilakukan. Aneh, aku merasa ada yang tidak beres...

Zayn masuk ke kamar tanpa bicara lagi kepadaku. Diucapkannya salam pada ibunya yang sedang mandi untuk memberitahukan hadirnya di rumah. Tak lama kemudian ia keluar dari kamar dengan sebuah paperbag kecil di tangannya.

Apa isinya? Buat siapa? Aku bertanya kepo dalam hati.

"Han, aku mau jalan lagi," pamitnya singkat sambil menyelipkan kakinya pada sepasang sandal kulit di depan pintu.

"Mau kemana? Aku ikut..." jawabku penasaran.

Sejak kapan Zayn punya acara sendiri dan tidak memberitahukannya kepadaku?

"Nggak usah," jawabnya singkat sambil keluar dari pagar.

"Lho, kenapa?" cetusku sambil membuntuti, "Mau naik apa? Mobil kamu kemana, Zayn?"

Seketika wajah gelap Zayn kelihatan pias seolah mendengar kabar buruk. Padahal aku hanya menanyakan keberadaan mobilnya.

"Hannah," cowokku itu menghentikan langkahnya, "Sekali ini saja, tolong, aku mau pergi sendiri."

Nadanya, caranya memanggil namaku, dan permintaannya itu! Aku merasa ada yang tidak beres. Entah mengapa perasaanku tiba-tiba membawaku ke insiden di kantin siang tadi. Saat dia berada satu meja dengan gadis itu padahal sebelumnya sudah berjanji akan makan denganku.

Zara Karmela! Gadis aneh itu. Entah kenapa aku nggak suka sama dia. Sejak dia masuk dua tahun lalu dan Zayn jadi mentor kelompoknya, dia kelihatan banget suka sama Zayn. Di saat yang sama, aku juga lagi pedekate sama Zayn. Untunglah Zayn akhirnya jadian sama aku.

Terus minggu kemaren lagi, Zayn disuruh anak BEM ngontak dia buat jadi tim sosmed kampus. Perasaanku udah nggak enak, kenapa harus nyuruh Zayn? Bener 'kan, mereka jadi dekat. Aku nggak suka kalo ada cewek lain deketin pacarku!

"Hannah, kok kamu ngikutin aku, sih?" teguran Zayn menyadarkanku yang sedang berjalan di belakangnya sambil melamun.

"Kamu mau kemana, sih, Zayn? Kalo aku gak boleh ikut ya nggak apa-apa, tapi jawab aku, dong. Kamu mau kemana?"

"Mau makan di luar aja," jawab Zayn sambil menatap mobilnya yang terparkir di jarak duapuluhan meter di depan kami.

"Sama?" kejarku.

"Temen," jawabnya singkat mencurigakan, "Kamu aku pesenin online, ya?"

"Lho, kenapa?" sahutku keheranan, "Segitu buru-burunya sampe gak bisa anterin aku dulu. Memangnya mau makan di mana, sih?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tanda (Bisa dibeli di Apps LONTARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang