Nggak Bisa Baca Tanda-Tanda

60 6 2
                                    

❤🤦‍♀️💔

Aku terus berusaha memahami apa yang terjadi denganku. Sampai akhirnya aku mendengar rumor itu. Dan sayangnya itu bukan gosip lagi. Zayn memang punya pacar di angkatannya. Ya Tuhan, kenapa aku baru tahu? Kenapa juga selama ini aku sebodoh itu mengira cowok seperti dia belum ada yang punya...

Hatiku patah, entah jadi berapa keping. Dan yang lebih menyakitkan lagi adalah aku nggak tau harus gimana. Rasa ini jauh berbeda dengan rasa suka sama cowok yang aku alami di SMA. Dan buruknya aku nggak tahu gimana harus mengakhirinya.

Akhirnya aku menjauh. Mencoba menghindari Zayn sebisaku untuk melupakannya. Nggak susah sih untuk menghindar, karena aku memang nggak ada di lingkaran pergaulannya. Dia ada di BEM, lapis pertama orang-orang penting di kampus, sementara aku entah ada di ring ke berapa, yang tongkrongannya di bangku tamu lobi kampus. Hiks.

Pokoknya aku nggak mau nongkrong di kantin dan sekitar kelas. Aku datang cuma buat kuliah habis itu pulang. Kalo tugasku udah kelar, biasanya aku buka Wattpad di kamar kosku. Di semesta alternatif itu akhirnya aku hidup. Baca, nulis, kenalan sama orang-orang baru. Asyik sama kegiatan yang baru itu akhirnya membantuku berdamai dengan perasaanku.

Perlahan aku nggak sakit hati lagi walaupun aku belum bisa move on.

Akhirnya pada awal tahun kuliah yang kedua, aku nggak lagi menghindari Zayn. Aku mulai bisa bicara padanya kendatipun hanya sekedar basa-basi kalau tetiba harus sama-sama makan di kantin atau ngantri di ruang dosen wali.

Aku juga udah nggak sakit hati lagi kalo ngeliat dia jalan berdua sama pacarnya. Tapi ya itu, aku sadar masih suka sama Zayn. Ya udahlah, aku pasrah. Yang penting mentalku nggak terganggu-terganggu amat, dan kami masih bisa jadi teman.

Oke, kembali ke sore itu. Setelah mandi dan berdandan rapi aku melangkah ke kafe yang populer di antara para mahasiswa di kampusku itu. Jam lima kurang aku sudah duduk manis di salah satu sudut, di meja yang berkursi dua, lalu aku mulai membuka Wattpad sambil menunggu cowok itu.

"Zara!" lima belas menit kemudian Zayn muncul di pintu depan kafe, "Sorry, aku telat,"

"Nggak apa-apa, aku kayaknya yang kecepetan," anggukku sìngkat, menahan perasaan yang tau-tau menarikku terbang ke masa lalu. Ke waktu seperti ini, waktu bisa nongkrong di kafe sama dia.

Zayn menarik kursi di depanku lalu duduk dan meletakkan hapenya.

"Mo ngomongin apa?" tanyaku berbarengan dengan dia menanyakan kabarku.

Lalu kami berdua sama-sama diam karena terkejut.

"Ngomongin sosial media kampus," jawab Zayn lagi-lagi berbarengan dengan jawabanku bahwa aku baik-baik saja.

Kami berdua jadi tertawa gara-gara ngomong barengan melulu kaya gitu.

"Udah lama banget ya kita nggak makan bareng di sini. Kapan ya terakhir kita ke sini sama-sama?" tukas Zayn sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Dadaku berdegup kencang entah kenapa. Pasti gara-gara sudah lama tak bertemu dia, lalu hari ini bisa duduk berdua dengannya. Yah, ini mah nggak bakalan bisa ngobrol normal...

"Sori Zayn, bisa langsung ke topik aja nggak?" cetusanku mengembalikan tatapannya kepadaku.

"Hmm?" Zayn terlihat kaget, "Oh, oke. Masalah sosmed fakultas kita ya? Gini. Aku dikasih tau sama Alifa,"

Aku mengangguk mendengar nama teman akrabku itu.

"Dia bilang kamu keren banget kalo ngedisplay karya, bikin kata motivasi. Aku juga dikasih screen shot fanspage yang pernah kamu buat waktu SMA,"

Tanda (Bisa dibeli di Apps LONTARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang