"Dasar wanita murahan, pelacur! Cuihhh!!"
"Perempuan tidah tau malu! Perempuan miskin seperti kamu, mana pantas mendampingi Rioz. Aku. Hanya aku yang pantas mendampinginya."
"Lebih baik kau mati saja! Tidak ada gunanya kau hidup, anak sialan!"
"Jangan pernah bermimpi kau bisa hidup dengan putraku. Pelacur sepertimu tidak layak untuk bangsawan seperti kami. Menjijikkan, dasar pelacur tidak sadar diri!"
"Gugurkan! Aku tidak ingin mempunyai anak denganmu. Aku akan menikahi Karin, jadi jangan memperumit masalah ini. Atau aku akan membuangmu."
"Cinta? Apa yang kau bicarakan? Diam, dan layani aku!"
"Jangan dekat dengan pria manapun! Aku tak suka, aku benci melihatnya. Aku benci melihat lelaki lain menatapmu, atau kau memang terlalu murahan seperti yang Ibuku bilang?"
Maya membuka matanya perlahan. Ingatan-ingatan menyakitkan itu seperti kaset rusak, yang berputar tanpa henti di kepalanya. Hatinya sungguh sakit mengingat bagaimana orang-orang kaya itu menghinanya.
Bahkan lelaki itu, yang kini sedang berdiri kaku di hadapannya. Lelaki yang begitu dicintainya, dan lelaki pertamanya. Dengan sadisnya menyebutnya murahan, hanya karena dirinya bicara dengan beberapa orang lelaki dari peternakan.
"Maya, kumohon...." lirih Rioz. Kakinya perlahan mendekati pagar pembatas jurang.
"Jangan mendekat Tuan, di situ saja. Aku hanya ingin mengucapkan selamat tingga-"
"Tidak, tidak! Kumohon, hentikan. Maya kemarilah, ulurkan tanganmu. Aku berjanji semua akan baik-baik saja." Rioz mengulurkan tangan kanannya. Wajahnya pias, ketakutan menguasai dirinya.
Rioz sungguh takut kehilangan Maya. Dia tidak dapat hidup tanpa Maya!
"Jangan tinggalkan aku... kumohon Maya. Aku tidak bisa hidup tan-"
"Bohong! Anda pembohong ulung Tuan Rioz!"
"Maya, sayang, dengarkan aku. Aku minta maaf atas sikapku, aku minta maaf karena menyakitimu. Kumohon jangan seperti ini, aku tidak sanggup Maya. Kumohon!"
"Ingat baik-baik saat ini. Hari ini adalah awal segala kesakitanmu. Aku akan membawanya, bayi kita. Selama tinggal Rioz."
"Mayaaa!!"
Rioz berusaha mencapai jari tangan Maya, menggenggam jemari kurus itu. Namun apa daya, tubuh Maya tak mampu lagi ia tarik. Tubuh kurus dengan perut berisi janin buah cintanya meluncur ke dasar jurang. Menghempas permukaan air laut, lalu hilang di telan laut biru.
"MAYAAA!!!"
"MAYAAA!!!"
Rioz menjerit histeris, meneriaki nama wanita yang baru saja ia sadari bahwa ia mencintai wanita itu. Dadanya sakit, seakan ribuan belati sedang menghujami hatinya. Andai saja dirinya tidak bodoh mengikuti perasaan cemburu yang enggan diakuinya. Andai saja dirinya tidak mendengarkan ucapan Ibunya dan juga Karin. Dan berbagai macam andai-andai lainnya bermunculan mengiringi kesedihannya.
------Di dasar laut.
Ketika tubuh Maya menyentuh permukaan air laut, seekor siren berenang cepat kearahnya. Mengejar tubuh Maya yang meluncur menuju dasar laut yang gelap. Siren lelaki itu menangkap tubuh Maya yang sudah tak bernyawa. Mengguncang-guncang tubuh itu, berharap tubuh wanita itu merespon. Nihil, Maya meregang nyawa.
Mata siren lelaki itu menuju kearah perut Maya. Mendelik mengetahui bahwa ada kehidupan lain di tubuh wanita itu. Dengan cepat siren itu memeluk tubuh Maya, lalu berenang cepat menuju sebuah gua.
"Aku ingin menukar nyawaku!" teriaknya begitu sampai di pintu gua.
Seorang pria paruh baya, bermata merah, dengan tongkat kayu ditanganya terkekeh.
"Apa yang kau inginkan sebagai gantinya?" tanya pria tua itu.
"Hidupnya,"
*TBC*
Hayoo, ini cerita tentang apa coba?
Ada yg tau siren?
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story About LOVE
Historia CortaIni tentang cinta yang enggan memilih. Ini tentang persahabatan yang penuh ujian. Ini tentang hidup yang butuh pilihan... Kumpulan cerita pendek.