Perang. Kata itu mulai berputar-putar di kepala masing-masing siren. Wajah mereka tampak tegas, tanda bahwa mereka sudah siap menghadapi apapun resikonya. Termasuk kehilangan nyawa mereka.
“Kuriôn, sudah kau dapatkan keberadaan mereka?”
Demeter muncul di sisinya. Mata siren tua itu merah menyala-nyala bak api. Herroz menerawang menatap permukaan laut di atasnya. Tak lama kemudian ia menoleh menatap penyihir tua itu.
“Kau tenang saja, Demeter. Perang ini akan kita menangkan. Akan kubawa kemari Algro dan pengikutnya, lalu kau yang akan menjatuhkan hukuman pada mereka,” ujarnya.
“Bagaimana dengan wanita penghianat itu?” Herroz menaikkan sebelah ujung bibirnya.
“Akan kuurus dia. Sesuai apa yang telah ia lakukan. Padaku, dan kaumku.”
Demeter mengangguk. Ia tau Kuriôn-nya tidak sedang bercanda. Baginya, kalimat yang dilontarkan Kuriôn dengan santai itu mengartikan sesuatu yg kejam. Tetapi, wanita sialan itu memang pantas mendapatkannya.
Tiba-tiba Demeter tersentak, ia menggeram keras. Herroz menyentuh bahunya. “Ada apa Demeter?” tanyanya risau.
“Pergi! Maya dalam bahaya!”
Tanpa banyak bicara lelaki itu meluncur cepat melewati permukaan air dan semak-semak di belakang rumahnya. Hingga ia melihat sosok Karin berdiri di depan rumah.
Kakinya mendarat tepat di atas tubuh seekor siren yang sedang menyeret Maya. Siren malang itu remuk seketika meregang nyawa.
“Karin,” panggilnya dengan nada penuh amarah. Karin tersentak, mundur beberapa langkah.
“Bagus sekali aku tak perlu bersusah payah mencarimu,” lanjut Herroz. Lelaki itu berbalik, menatap Maya, dengan lembut ia bertanya, “Di mana Mike dan suamimu?”
“D-di dalam ... to-tolong me--”
“Maya!”
Rioz memeluk Maya bersama Mike di gendongannya. Han muncul dari pintu sambil bersiul menyeret tiga siren yang babak-belur.
“Di dalam aman. Kurasa sebaiknya mereka masuk saja, selagi kita membereskan ... 'sampah' ini,” ujar Han. Rioz memahami maksudnya. Ia membimbing Maya ke dalam rumah dan mengunci pintunya.
“Mana yang lain? Bosan sekali kalau hanya mereka,” tambah Han sambil menjentikkan dagu ke arah Karin.
“Dasar ikan sialan! Kalian pikir aku takut, huh? Algro akan datang dan mencincang kalian semua, Keparat!” geram Karin.
Herroz terkekeh. Sudah diduganya wanita itu pasti datang bersama Algro. Ia pun tak perlu bersusah payah mencari keberadaan jalang kecil itu dan juga sang pengkhianat.
“Oh, kurasa dia sudah datang, bukan?” gumam Han. Herroz meringis senang, ketika seorang, bukan, seekor siren sombong berjalan angkuh menuju mereka. Ia mendengkus ketika Karin langsung berlari memeluk Algro saat ia menyadari keberadaan lelaki itu.
“Oh! Drama yang bagus!” seru Han jijik. Herroz terbahak mendengarnya.
“Ayolah ... jarang sekali kita menikmati drama murahan seperti ini,” goda Herroz. Han membuat mimik seolah ia akan muntah.
“Keparat kau!” geram Karin. “Bunuh mereka semua, kecuali Rioz,” ujarnya pada Algro.
Ah, Herroz berpikir sebaliknya. Ia akan membunuh semua ikan penghianat itu kecuali wanita sialan dan licik itu. Ia memiliki rencana special untuk wanita itu.
“Hanya kalian?” tanya Algro sombong. Han mengangkat bahu acuh.
“Oh yeah,” jawab Han malas. Algro tersenyum miring, ia menjauhkan Karin dari sisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story About LOVE
Cerita PendekIni tentang cinta yang enggan memilih. Ini tentang persahabatan yang penuh ujian. Ini tentang hidup yang butuh pilihan... Kumpulan cerita pendek.