"Aku siap berperang."
Han maju mendekati Herroz dengan rahang mengeras. Herroz menepuk bahu lelaki itu, lalu memendang saudara-saudaranya. Populasi siren semakin terancam, Bou menangkap saudara-saudaranya untuk dijadikan alat penghasil mutiara. Entah bagaimana keadaan saudara-saudaranya itu, Herroz membuang nafas keras.
"Kita butuh perencanaan. Di mana Demeter?" tanya lelaki itu. Matanya meliar mencari sosok tua itu, namun tak terlihat.
"Dia berpesan agar kau menemuinya setelah selesai." Herroz mengangguk mendengar ucapan Han. Lelaki itu sudah menunggu cukup lama untuk saat ini.
Herroz dan beberapa siren berbincang tentang strategi mereka. Mereka butuh perencanaan yang baik. Baik Bou atau Karin, mereka harus benar-benar hancur. Han, Koz, dan saudara lainnya akan mendapatkan Bou. Sementara ia akan dengan senang hati memiliki Karin. Wanita sialan itu harus merasakan hukuman darinya.
Setelah cukup lama berbincang, Herroz berenang mencari Demeter. Di sebuah gua bawah laut yang dingin dan gelap, penyihir tua itu tampak memandang lekat pada bola kristal bercahaya merah. Herroz tau bahwa sesuatu terjadi.
"Pergi. Tinggalkan dia bersama Rioz!"
Perintah Demeter dengan nyaring. Tanpa menunggu aba-aba lelaki itu meluncur secepat kilat , seperti misil yang menuju sasaran. Tubuh lelaki itu meluncur hingga menapak di dekat pohon tempat di mana ia meletakkan pakaiannya. Lelaki itu menyambar dan memakainya dengan terburu-buru, lalu berlari menuju rumahnya.
Sebuah jeep berhenti di depan rumah mungil itu. Lima orang lelaki turun, dan memperhatikan sekitar. Tampak sepi, karena memang rumah itu cukup jauh dari keramaian.
"Sial!!!"
Herro mempercepat larinya, hidungnya mencium aroma siren lain. Tangannya bergerak kebelakang seolah meminta, sedetik kemudian gumpalan air sebesar bola meluncur dari arah lautan dan berhenti di atas telapak tangannya. Tak buang-buang waktu, lelaki itu mengayunkan tangannya, melempar bola air tersebut.
Tepat ketika tangan kanan seorang siren lelaki menyentuh handle pintu, sebuah bola air menghantam wajahnya. Siren tersebut terpelanting menghantam tanah. Herroz melompat dan mendarat tepat di depan pintu rumahnya. Matanya tajam berkilat amarah. Berani sekali siren rendahan ini menyentuh wilayahnya.
"Kuriôn." Sapaan dingin membuat suasana semakin mencekam. Herroz memandangi Takh, penghianat itu akan dihabisinya. Ia takkan memberi ampunan!
"Populasi siren rendahan seperti kalian tidak cocok berada di wilayahku. Kalian mengotori rumahku." Herroz berdiri tegak di depan pintu rumahnya.
Tangan kanannya bergerak meliuk di udara. Dari arah lautan, melaju cepat sebuah tombak. Melesat tepat di sisi telinga kiri Takh, sehingga membuat sedikit goresan.
TAP!
"Jadi ... apa yang kalian inginkan?" tanya Herroz tak kalah dingin. Matanya menatap tepat di mata Takh. Takh berdehem, merasa gentar dengan tatapan Kuriôn. Tak mudah mengintimidasi seorang Kuriôn, kekuatannya tak bisa ditebak.
Takh memandang air laut yang meliuk-liuk menyerupai seekor ular. Ular dari air itu kemudian memiliki sepasang mata yang sama dengan mata Herroz. Sepertinya Kuriôn-nya menciptakan sebuah pengawal untuk melindungi sesuatu. Bukan, bukan sesuatu. Tapi seseorang, yang kini menjadi tujuan Takh berada di sini.
"Aku hanya ingin menyapamu, Kuriôn." Takh melangkah mendekati sebuah pot bunga mawar, lalu memetik setangkai. Herroz berdecak sebal.
"Kau merusak tanaman istriku," tatapan Herroz semakin menajam. Takh tersenyum sinis, niatnya untuk memancing amarah lelaki itu sepertinya berhasil.
"Hanya tanaman tak guna."
Seketika pohon mawar itu menghitam, lalu kemudian menjadi debu tertiup angin dan lenyat. Herroz mengangkat sebelah alisnya. Takh hanya siren rendahan, tak mungkin ia mempunyai sihir.
'Tentu saja berkat musuh bebuyutanku, Kuriôn!'
Suara Demeter berbisik lirih di telinganya. Herroz terbahak, ternyata Algro. Baiklah.
"Apa maumu?" tanya Herroz di sela tawanya.
"Istri dan anakmu." Takh memandang jendela kaca di sebelah Herroz. Tampak kelibat Maya bersama putranya.
"Kalau begitu, kematianmu jawabannya!"
Ular air tiba-tiba menjadi semakin besar, hingga mampu melingkari rumah itu. Seekor siren meloncat mencoba menerkam kepala ular, namun sayang usahanya berakhir tragis. Kepala siren itu putus digigit ular air itu. Takh tau lawannya tidak bisa dianggap enteng. Diam-diam dia memberi kode kepada siren lainnya untuk menyelinap ke belakang rumah.
Sementara Takh dan beberapa siren lain mulai memasang kuda-kuda untuk menyerang Herroz.
"Jaga rumahku. Habisi siapapun yang berani mengotori rumahku."
Herroz mengelus-elus kepala ular air tersebut. Lalu dengan langkah tegap ia mendekati tiga siren di hadapannya. Sebuah senyum tersungging.
"Bersedia untuk kehilangan nyawa?" tanyanya dingin.
Takh merasa kesabarannya habis sudah. Lelaki itu berjongkok, menepuk tanah. Gumpalan asap tipis berwarna hitam muncul menyelimuti telapak tangannya. Takh berdiri dengan pongah. Kekuatan pemberian Algro pasti mampu melukai Herroz, setidaknya dirinya mempunyai kesempatan menghajar Kuriôn itu.
Herroz menggerakkan tangannya, lalu air dari bagian tubuh ular itu meliuk membentuk sebuah perisai di tangan kirinya. Herroz tentu tau kekuatan apa yang ada bersama Takh. Pasir. Tampak butir-butir pasir melayang berkumpul di tangan kanan Takh.
"Aku akan menghabisimu!"
Takh maju. Melepaskan sebuah tendangan yang lantas ditangkis cepat oleh Herroz. Takh dengan cepat menghujami lelaki itu dengan ribuan pasir yang melesat mencoba menembus perisai air yang melindungi lelaki itu.
Dengan sebelah tangan menahan perisai air, Herroz menggunakan tangan kanannya bergerak berputar, sebelum menghujamkan pukulan angin ke tubuh Takh yang nampak lengah. Takh terpelanting di atas tanah. Lelaki itu terbatuk-batuk lalu mengeluarkan cairan merah.
"Sial!" Takh mengusap bibirnya kasar.
"Bunuh DIA!!!" teriaknya marah.
Kedua siren lain sigap menyerang Herroz membabi-buta. Sementara itu seorang siren menyelinap kebelakang rumah. Saat ular air tampak lengah, siren tersebut menyelinap masuk dari sebuah jendela yang sedikit terbuka.
"K-kau siapa?" Maya terkejut melihat seorang lelaki berdiri di pintu dapurnya. Maya meraih baby Mike kedalam gendongannya. Kakinya perlahan mundur diikuti langkah kaki lelaki di depannya.
"Halo, buddy."
Sebuah suara berat menyapa, membuat Maya menatap ke arah belakang lelaki di depannya. Han tersenyum tipis sambil mengangguk menatap Maya. Jedh menoleh, terkejut mendapati Han sudah berdiri di belakangnya.
"Masuk ke dalam kamar anda, Maya. Lelaki ini urusanku, dan ingat, kunci pintunya dan jangan keluar sebelum suamimu kembali."
Han melihat Maya berlari menuju kamar, lalu ia mendekati Jedh dan meraih tengkuknya. Jedh tak mampu bergerak ketika Han menarik tubuhnya ke luar dari rumah.
"Butuh bantuan, Kuriôn?"
Han muncul saat ketiga siren melancarkan serangan pada Herroz. Lelaki itu sedikit kewalahan.
"Tentu, setelah kau patahkan leher ikan sialan itu!"
~TBC~
Wih... maaf ya lama update. Masih hanyut pada pesona kemerdekaan.😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story About LOVE
Cerita PendekIni tentang cinta yang enggan memilih. Ini tentang persahabatan yang penuh ujian. Ini tentang hidup yang butuh pilihan... Kumpulan cerita pendek.